Followers

Wednesday, May 3, 2017

Oleh-Oleh dari Singapore

Oleh: Tholibul Khair, Ok. Pp
(24 s.d 28 April 2017)

Ke Singapore? Sama sekali dari kecil tidak pernah terlintas di benak saya. Karena saya pikir ini hanyalah refreshingnya orang-orang yang berduit. Hanya milik kaum borjo, begitu kira-kira lah ya. Nah, bagi saya kaum sudra, mana bisa men …? Untuk sementara, kita pinjem dulu istilah kastanisasi sosial ala hindu.
Pi bukan itu kawan yang ingin saya  share ke kamu. Lebih kepada ke kaguman saya akan begitu tertibnya bangsa ini, padahal kalo ngeliat cara berpakaian cewek-cewek sini, inna lillah banget dech. Ya kalo sedikit mengikuti nafsu, alhamdulillah nian guys. Sorry ini hanya bercanda. Baik kita kembali ke tema.
Selama 5 days di Singapore, saya  belum pernah menemukan orang berantem gara-gara salah paham. Bahkan yang saya alami, ada kejadian menarik, ketika saya jalan clengak-clengok melihat gedung-gedung yang tertata rapi dan cewek-cewek yang bening-bening, tanpa sengaja saya menabrak ibu-ibu, beng …! Tau gak guys reaksi si ibu tadi. Hanya tersenyum saja, sembari berkata dengan lembut, “Sorry”. Luar biasa. Saya gak bisa bayangkan, kalo kejadian ini terjadi di Jakarta, mungkin saya sudah dimaki abis. Top banget kan? Berkata lembut dan mulia ajaran Islam bukan ya? Hehe.

Ada lagi friend, yang bikin saya salut. Gedung-gedung di sana tuh, percaya dech ama saya, gede-gede, bahkan gueeede-gueeede. Kalo gak percaya, cari aja di google. Hebatnya, gedung-gedung itu, terlihat tertata rapi. Gak ada sama sekali kesan, gedung-gedung itu asal bangun, alias bangunan liar. Sepertinya designer tata kota negara ini, memiliki kecerdasan yang bagus dalam mengkonsep tata kelola bangunan.  Mungkin ini sesuai dengan fatwa Om Enstein, engkongnya ilmu eksak ntu, bahwa kecerdasan tertinggi yang sebenarnya adalah imajinasi. Inget ya, Imajinasi. Pi jangan ngeres, ni imajinasi yang positif. Bukan yang liar. Tepatnya, imajinasi tentang menata kota.
Buktinya guys, supaya kamu lebih percaya. Di gangnya saja antara satu ruko dengan ruko yang lain, masih tersisa seperti jalan raya, maksudnya kalau di ujung kanan kamu parkir mobil dan ujung kiri ada yang parkir mobil juga, di antara (space) antara ujung kanan dan kiri, masih bisa dipake lewat mobil yang saling berpapasan. Keren kan ? Wah, kalau gak bilang keren berarti kamu gak ngerti yang saya omongin. Udah dech gak papa, lupakan saja.
Trus, bikin salut juga. Lingkungan bangsa ini bersih banget. Kamu kalo ke sana, kamu akan kesulitan menemukan sampah anorganik, kecuali di tempat sampah kali ya, hehe. Pi, serius saya jarang menemukan sampah, bisa dibilang gak ada. Bingung juga, sampah-sampah di sana yang ada di tempat sampah dikemanakan? Yang ini, saya gak bisa jawab. Sepertinya gak mungkin dibuang ke laut, soalnya air laut mereka suling dan bisa langsung diminum mentah-mentah. Gak mungkin kan? Ya jelas gak mungkin, jangan ngeyel lah. Mikir. Ya kemungkinan terbesarnya ya recycle. Titik. Gak setuju ya boleh ja, kan di sisni(Indonesia) negara demokrasi terbesar ke-3. Ke-3 apa ke-5 di dunia ya? Lupa saya. Sepertinya kamu labih tau ya. Hehehe.


Kalo lagi bĂȘte gamana dong di sana? Nah, urusan yang atu ini di sana pastilah akan segera ilang. Gak da bĂȘte-betean. Soalnya di sana banyak kali destinasi wisatanya, walau negaranya kecil mungil sich.  Kalo nyebutin semuanya, maaf saya lupa guys, pi yang saya inget ja ya, misalnya Merlion, Sentosa, Musium Nasional Singapura, dll. Kalo kuliah gimana? Apalagi cuma kuliah kawan, kamu bisa milih kampus-kampus terbaik di sana, bejibun. Pi satu kekurangannya, muaaahal bingit. Hehe.
Oya, hampir lupa guys. Orang sono tu pada high tech. Keren dech pokoknya. Bayangkan ja, di tempat saya nginep, hostel kelas melati ja kunci pintunya untuk buka tutup cuma digesek pake kartu. Saya nich, pas baru pertama kali datang bingung mo buka pintu, gimana caranya buka pintu dengan kartu. Costumer servicenya gak ngasih tau lagi bagaimana cara penggunaannya. Main kasih-kasih aja. Kalo kata orang Medan, macam mana pula nich pintu, masak bukanya pake kartu. Bingung lah aku. Pi alahamdulillah, saya pernah belajar bahasa inggris, walau masih terbata-bata masih bisa dipakai untuk nanya ama costumer servicenya.


Pi kunjungan ini menyisakan sedikit kesedihan di benak saya. Singapore yang sekecil ini, bisa lebih maju dari Indonesia yang memiliki wilayah yang lebih besar baratus kali lipat. Coba yu bayangkan, kalo setiap propinsi Indonesia, bisa membuat 1 destinasi wisata unggulan seperti Singapore, gampangnya setiap propinsi di Indonesia kita sulap (majukan) seperti Singapore, maka setiap bangsa yang datang ke Indonesia akan bilang, “Wow Indonesia”. Cukup dulu ya, kapan-kapan lanjut lagi. Doakan saya mengunjungi Negara lain selain Singapore. Baarakumullah.

No comments: