Followers

Saturday, December 17, 2022

Memperhitungkan Kekuatan Prancis dan Argentina dalam Laga Penahbisan Raja Bola 2022

Laga terakhir sekaligus penahbisan Sang Raja Bola 2022. Negara Qatar akan menjadi saksi sejarah penyematan mahkota raja. Kepada timnas mana dari dua negara terkuat dunia, akan dianugerahkan. 

Hari ini jam 22.00 WIB, waktu seolah berhenti, menyaksikan momen akbar dalam sejarah sepak bola. Dan yang berlari kencang hanyalah degup jantung jutaan pecinta bola, menikmati pertunjukan setiap sentuhan bola dari para artis si kulit bulat. Para pemain elit dunia. 

Prancis mewakili daratan Eropa dan Argentina dari benua nun jauh di Amerika sana. Bersua dalam sebuah negara yang bernama Qatar. Untuk memperebutkan suratan takdir, siapa yang paling  layak duduk di singgasana. 

Mari mencoba memandingkan kekuatan kedua negara. Siapa yang paling layak diantara mereka. Walau sebenarnya posisi dan langkah kedua negara sejauh ini sudah membuktikan sama layak menjadi raja. 

Lini serang

Prancis memiliki trisula Mbappe-Giroud-Griesman. Tiga striker ini siap meneror lini pertahanan Argentina. Dan sudah teruji sejauh ini. 

Argentina juga memiliki deretan penyerang yang tidak kalah menyeramkan. Tim tango akan mengandalkan tridente Alvarez-Messi-Martinez. Juga tidak kalah ganasnya. 

Uniknya Mbappe-Messi-Alvarez terlibat persaingan memperebutkan sepatu emas piala dunia, Qatar. Mbappe-Messi sama-sama mengemas 5 gol. Dan Julian Alvarez menguntit di belakangnya, dengan 4 gol.

Sekilas tampak jelas, lini serang Argentina lebih tajam ketimbang para striker tim Ayam Jantan, Prancis. Walau faktanya trisula perwakilan Eropa ini juga bisa membuat tim tango berderai air mata di akhir babak. Kalau tidak hati-hati. Ini ayam jantan, bukan ayam sayur. 

Lini gelandang

Argentina memiliki Mac Allister-Leandro Paredes-Thiago Almada. Prancis mengandalkan Tchouameni-Camavinga-Rabiot. Di sektor gelandang secara kasat mata, Ayam Jantan sepertinya lebih bertenaga walau tidak mutlak superior. 

Tembok pertahanan

Benteng kokoh Prancis akan coba mematahkan ketajaman lini serang Argentina. Kuartet Pavard-Kounde-Varane-Hernandes yang tampil solid sejauh ini, kemungkinan besar akan mengisi starting eleven wakil benua biru.  

Di kubu Albiceleste, Lisandro Martinez-Otamendi-Acuna-Tagliafico akan mencoba melumpuhkan lini serang Ayam Jantan.  Diperkirakan tembok Argentina tidak akan mudah memandulkan kejantanan Prancis. Sejauh ini, mental juara sudah teruji. 

Penulis menilai, lini pertahanan kedua tim relatih berimbang, dengan sedikit keunggulan di kubu Prancis, dengan hadirnya nama Kounde dan Varane. Tapi di partai final, keunggulan itupun menjadi relatif. Sama sekali tidak absolut. 

Menilik kekuatan dan materi pemain kedua tim bisa kita tarik benang merah. Argentina jauh lebih tajam di depan. Dan Prancis lebih kokoh di belakang. Lini gelandang kedua tim relatif berimbang, 11-12 utuk keunggulan Prancis. 

Diperkirakan adu taktik, skill dan fisik hari ini akan berjalan dengan tensi tinggi. Prediksi kemenangan 50:50 untuk kedua tim. Dan harus ada pemenangnya. Karena ini final. Sekaranglah saatnya atau tidak sama sekali. 

Salam sehat tampa batas !






Thursday, December 15, 2022

Sikap Simpatik Mbappe Pasca Prancis Menumbangkan Maroko


Semua pemain berharap menembus babak final, kemudian mengangkat tropi. Persoalannya ini hanyalah sebuah kompetisi dalam sebuah permainan. Dari banyak tim hanya satu yang lolos untuk jadi kampiun. 

Dalam mengarungi kompetisi tingkat dewa ini, para kontestan hadir ke Qatar dengan membawa harapan dan target. Entah pribadi atau sengaja dipasang oleh negara masing-masing. Karena ini emang permainan profesional. 

Dalam sepak bola dominan sisi olahraganya, kompetisi hanya media penyemangat saja. Ada banyak hal yang terkait di dalamnya. Mulai dari sarana prasarana, medis sampai media massa.   Karena dilakukan oleh orang-orang yang ahli di bidang masing-masing, kemudian dicap profesional. 


Pada saat pertandingan sebenarnya sudah ada wasit sebagai pengadil di lapangan, layaknya hakim dalam persidangan kasus. Karena dalam kondisi fisik dan emosional yang terpacu, beda pemikiran antar pemain rentan menimbulkan keributan. Antar pemain atau dengan wasitnya, karena sikap berlebihan melakukan protes.

Sebuah permainan tensi tinggi, dengan berbagai motifnya, bisa berdampak luas kemana-mana. Sering terjadi keributan di lapangan. Bahkan meluas menjadi bentrokan antar penonton. 

Kecintaan fans pada klub dan negara, bahkan berubah menjadi sebuah fanatisme. Tak jarang menjelma menjadi seperti sebuah rasa nasionalisme dalam bernegara. Apalagi melibatkan dua tim dari dua negara yang memiliki histori tertentu, bisa over heating tensinya. 


Nah apa yang dilakukan Mappe sangat berkelas dan cerminan pribadi sportif. Beberapa jam setelah kemenangan Prancis melawan Maroko, langsung memberikan pernyataan di akun twitternya, menguatkan pemain lawan. "Don't be sad bro, everybody is proud of what you did, you made history". "Gak usah bersedih Mas Bro, semua orang bangga terhadap apa yang telah kamu lakukan, kamu telah menciptakan sejarah".
Sungguh sebuah sikap yang elegan, dari seorang artis top sepak bola dunia. Dengan skill olah bola yang juga aduhai. Dengan sederat prestasi yang layak dibanggakan. Good Mbappe, semoga beruntung di final. 

Salam sehat tanpa batas !

Tuesday, December 13, 2022

Selamat Buat Julian Alvarez, Messi dan Argentina


Tak banyak yang perlu diobrolkan kali ini. Kemenangan 3-0 atas Kroasia hanyalah sebuah kenormalan yang benar-benar biasa saja. Mengingat ada sederet nama bertalenta di tim tango. Analisa cerdasnya silahkan dibaca pada tulisan-tulisan hebat sebelumnya di blog ini.

Messi emang harus disebut pertama, mengingat track recordnya. Berikutnya anak muda, Julian Alvarez. Kalau pelatihnya bosan bisa juga memunculkan Lautaro Martinez, langganan ujung tombak Inter. 

Jemu juga, boleh tuh Dybala yang sudah lama memperkuat Juve. Sekarang bersama Roma, dibawah komando pelatih Jose Mourinho. Skillfull dan kaya pengalaman. 


Maka gak heran sama sekali kalau di bangku cadangan saja penuh dengan para pemain dengan bakat dan atau pengalaman model Di Maria. Mantan gelandang Madrid, sekarang bersama PSG. Bener-bener sesak dengan bintang dan matahari, seperti logo negaranya. 

Salam sehat tanpa batas !

Monday, December 12, 2022

Otak-Atik Calon Juara Piala Dunia 2022 Qatar

Gelaran akbar sepak bola tinggal menyisakan empat pertandingan lagi. Momentum medekati puncak, makin sederhana dianalisa. Juga makin sulit menentukan sang juara. 

Berikut jam tayang Argentina Vs Kroasia, Rabu tanggal 14 Desember, jam 02.00 pagi dini hari. Prancis Vs Maroko, Kamis tanggal 15 Desember, jam 02.00 pagi dini hari. Catat, jangan sampai kelewat, ntar nyeselnya gak kelar-kelar. Momentum ini empat tahun sekali lho ya. 

Berandai-andai saja, separuhnya kemungkinan. Kroasia sebagai pemenang, pada hari Rabu nanti. Dan hari Kamisnya Maroko yang memenangkan pertandingan. Partai puncak akan disuguhkan pertandingan dua tim penuh kejutan, dengan sistem klasik ala Italia, catenaccio. 

Baca juga : Ini yang Dilakukan Pep Guardiola Sehingga Menjadi Pelatih Terhebat Sedunia

Permainan yang menitikberatkan pada kokohnya lini pertahanan, dengan sesekali melancarkan serangan balik cepat. Kalau perlu secepat pesawat sukhoi. Dan setajam mata panah Arjuna. Jiah. 

Menilik dari riwayat kedua tim yang kerap melanjutkan ke babak perpanjangan waktu. Selanjutnya, menghabisi lawan dengan adu pinalti. Dan ternyata dua tim sama-sama memiliki dua keeper tangguh.  Dominik Livakovic milik Kroasia dan Yassine Bounou di bawah mistar Maroko. 

Anggap saja, prediksi tim kejutan memenangkan pertandingan tidak terjadi. Yang keluar sebagai pemenang, Argentina dan Prancis. Di final akan disuguhkan sepakbola attraktif ala Amerika Latin dan keseimbangan tim style Eropa. 

Opsi kedua ini, akan jauh lebih menarik untuk ditonton. Dengan adanya pertarungan para striker top dunia. Sebut saja Mbappe di Prancis dan Messi memperkuat Argentina. Cuma, membosankan dari sisi persaingan dan dominasi tim Eropa dan Amerika Latin. 

Baca juga : CATUR PERMAINAN DAN MANFAATNYA

Taruhlah kedua opsi ini tidak terjadi. Salah satu Argentina atau Prancis yang menang, sedang salah satu dari Kroasia dan Maroko kalah. Maka kisah tim defensif memenangkan pertandingan lagi di final kemungkinan besar terulang. Atau tim ofensif, berhasil memutus trend itu. Kita tunggu saja hari H-nya. Bola itu bulat mas bro. 

Salam sehat tanpa batas !



Saturday, December 10, 2022

Maroko Kejutan Inggris Butuh Mentalitas Juara


Inggris harus mengakui ketangguhan mental Prancis. Bagaimana para pemain lincah milik negeri Raja Charles, macam Foden, Bukayo, Rashy dan Sterling tidak mampu menembus catenaccio ala menara Paris. Descham telah berhasil menyuntikkan mentalitas juara pada timnya. 

Peluang terakhir yang dimiliki Imggris setelah tertinggal 2-1 berkat goal pemain gaek Giroud, Kane gagal menjalankan tugas pinalti kedua. Setelah Mount dilanggar Theo Hernandes di kotak terlarang tim ayam jantan. Entah bagaimana menyebutnya, kurang beruntung atau kurang tenang. 

Skor 2-1 berhasil dipertahankan Prancis hingga laga usai.  Walau di menit-menit terakhir Inggris terus mencoba memberikan tekanan dengan hadirnya pemain-pemain lincah mereka. Mentalitas dan kejelian menerapkan taktik yang geniuslah penentu laga big match ini. 


Di partai lainnya, Maroko berhasil memulangkan salah satu favorit juara lainnya, Portugal dengan skor 1-0. Negara Afrika ini memperkokoh jargon, sepak bola itu bulat. Hasil akhir kadang tidak sesuai dengan prediksi di atas kertas para analis.

Youssef En-Nasyri pemain yang memperkuat Sevilla menjadi pahlawan kemenangan Maroko di menit 42. Layak diperhitungkan, bagaimana tim kejutan ini, membabat habis tim-tim kuat Eropa. Mungkin hanya sebuah keberuntungan, atau memang buah dari kejelian pelatihnya dalam menerapkan taktik sesuai SDM pemainnya. 

Maroko menerapkan sistem pertahanan rapat ala catenaccio untuk menghadapi dominasi Portugal. Di tengah trend dan maraknya tim dengan penguasaan bola dominan, ternyata tuah pertahanan grendel masih tersisa dalam diri Maroko. Uniknya, negara asal taktik ini, Italia malah tidak lolos ke Qatar. 

Menarik diamati dua tim Prancis dan Maroko berhasil merangsek ke babak 4 besar setelah menyingkirkan lawan masing-masing. Terlihat jelas mereka kuat dalam bertahan, menghadapi gempuran lawan. Sambil melihat celah melakukan counter attack. Apakah ini sebuah indikasi, bahwa sepak bola telah berbalik arah dari tiki-taka ke catenaccio lagi ? Cukup seksi untuk dinantikan. 


Pada babak semi final, Prancis telah menunggu Maroko. Bisakah perwakilan Afrika, sekali lagi membuktikan mampu menaklukkan Eropa? Jika ia, berarti esensinya memang layak juara. Ditunggu saja kisahnya. 

Salam sehat tanpa batas !


Inggris Vs Prancis Big Match Piala Dunia 2022 Qatar


Laga besar akan tersaji besok pagi. Tanggal 11 Desember 2022, jam 02.00 WIB.  Inggris meladeni tantangan Prancis. 

Eropa salah satu kiblat sepak bola modern. Tak terkecuali Prancis dan Inggris. Kedua raksasa akan baku hantam untuk memperebutkan satu tiket ke semifinal. Yang terkuatlah yang akan maju sebagai semifinalis untuk membuktikan diri layak sebagai juara. 

Mari bandingkan antar lini kedua tim. Mulai lini depan. Mbappe di kubu Prancis dan Kane di tim Inggris. Mbappe top skor sementara Piala Dunia Qatar, dengan 5 goal. 
Kane malah belum terlibat dalam persaingan top skor sementara. Tapi rekannya Bukayo dan Rashford telah mencetak masing-masing 3 goal. 


Turun ke lini tengah masing-masing tim. Tchouameni dan Rabiot akan mengatur ritme dan pola permainan Prancis dalam skema 4-2-3-1. Di pihak Inggris ada nama yang sedang naik daun, Jude Bellingham, Declan Rice dan Henderson jika menggunakan tiga gelandang. Sektor ggelandang kedua tim seimbang. 

Mundur ke lini pertahanan. Dengan formasi 4 bek, Inggris bisa menurunkan duet John Stone dan Tripper di sentral beknya. Diapit Luky Shaw kiri dan Kyle Walker kalau bugar,  kanan.

Di Timnas Prancis dengan 4 bek. Nama Upamecano dan Konate bisa berduet di jantung pertahanan. Diapit Pavard dan Hernandes di sisi kanan kiri. Sektor belakang kedua negara sama kuat. 

Posisi keeper juga tidak beda jauh persaingannya. Lloris keeper Prancis milik Tottenham. Dan Ramsdale yang lagi bersinar bersama Arsenal bisa digunakan Inggris untuk mengamankan gawang. 

Kursi pelatih sebagai otak taktikal, mempertemukan pelatih beda kelas. Descham di Prancis dan Southgate di Inggris. Descham lebih unggul karena telah mempersembahkan tropi piala dunia sebelumnya dan piala Eropa. Jadi, Prancis unggul. 

Ditambah fakta bahwa dalam 10 pertemuan terakhir di semua ajang, Prancis menang 9 kali, sisanya milik Inggris. Jadi Prancis didukung rekor kemenangan jangka menengah. 


Prediksi:

Melihat komposisi pemain dan pelatih kedua tim. Peluang menang dan kalahnya sama-sama 50-50. Kedua tim sama kuat, walau pada akhirnya harus ada yang kalah. Dan Prancis diuntungkan rekor pertemuan sebelumnya. 

Sekali lagi bola itu bulat, menggelinding mengikuti petunjuk takdir. Dan memilih siapa yang akan menjadi pemenangnya.  Dengan segala upaya yang dilakukan pemain dan pelatih tentunya. 

Salam sehat tanpa batas !

Mampukah Maroko Memulangkan Portugal dari Qatar?

Maroko merupakan tim kejutan yang merangsek masuk ke dalam salah satu tim terbaik di babak 8 besar dunia.  Sebelumnya tidak terlalu diperhitungkan. Karena biasanya tim-tim dari Afrika hanyalah kuda hitam.  Sama kayak Asia-Australia yang hanya numpang lewat. 

Kemudian menjadi fenomenal karena mampu melengserkan Spanyol, salah satu kandidat juara, dari perhelatan akbar ini. Bisakan kejutan yang ditunjukkan Maroko berlanjut? Atau hanya cukup terhenti di 8 besar, sebagai catatan terbaiknya. 

Ada dua nama bintang yang layak untuk diperhitungkan di tim Afrika ini. Achraf Hakimi dan Hakim Ziyech. Achraf Hakimi yang besar di akademi Real Madrid, sekarang memperkuat sektor bek PSG, di League 1. 

Baca juga : Ingin Berlaga di Piala Dunia? Ini yang Dibutuhkan Indonesia!

Hakim Ziyech, juga salah satu nama di tim Maroko yang juga patut diperhitungkan perannya di tim asal Afrika. Pemain yang memperkuat salah satu raksasa London, Chelsea di Premier League. Liga utama Inggris, yang terkenal liga terbaik saat ini.

Posisi Ziyech sendiri bisa gelandang, atau penyerang sayap. Pria kelahiran Belanda ini, sudah memperkuat Belanda untuk setiap kelompok umur. Sekarang terlempar ke Maroko. 

Tentu sebagai tim, Maroko tidak hanya bergantung kepada dua pemain ini. Namun, keberadaan kedua pemain bintang ini, akan mengangkat moral tim. Ditambah lagi diperkuat Yassine Bono di bawah mistar gawang, telah menunjukkan kualitasnya ketika menyingkirkan tim matador di babak gugur. 

Sekaranglah saat yang tepat bagi Timnas Maroko, wakil Afrika untuk membuktikan mereka mampu menciptakan sejarah baru. Mengalahkan salah satu raksasa Eropa, Portugal dengan Cristiano Ronaldonya. Atau tidak sama sekali. 

Di pihak Portugal sendiri sudah sangat siap untuk meladeni tantangan Bono Cs. Ini dibuktikan dengan keberhasilan Pepe dan kawan-kawan meluluhlantakan Swiss dengan kemenangn 6-1 di babak 16 besar. Merupakan alarm yang berdering nyaring bagi tim manapun yang bersua Portugal. 

Sederet label bintang bertebaran di skuat Portugal. Mulai dari keeper sampai penyerangnya. Sebut sebagian saja. 

Baca juga : CATUR PERMAINAN DAN MANFAATNYA

Ruben Dias pemain Manchester City akan berpartner dengan mantan bek tangguh Madrid, Pepe. Cancelo bek kiri dan Dalot di sektor bek kanan. 

Lini tengah akan dipercayakan kepada Bernardo Silva gelandang lincah milik City. Berpartner dengan William Carvalho dan gelandang Porto, Otavio. Menilik nama-nama lini tengah, diperkirakan Portugal akan menguasai lini tengah. 

Sektor penyerangan kemungkinan besar akan dipercayakan kepada Goncalo Ramos, peencetak hattrick ke gawang Swiss.  Diapit oleh Joao Felix penyerang Atletico Madrid dan Bruno Fernandes pemain Manchester United.  Tentu dengan nama-nama beken ini, Portugal berpotensi menciptakan bencana buat Maroko. 

Tapi sepak bola bukan ilmu pasti. Di atas kertas Maroko akan gampang dikalahkan Portugal. Minimal 2-0, berdasar analisis skuat yang ada. 

Kalau Maroko mampu memaksakan pertandingan pada babak pinalti. Ada kemungkinan dan peluang untuk memenangkan pertandingan, melangkah lebih jauh. Mengingat keahlian Mas Mono, eh Bono dalam menepis pinalti. 

Salam sehat tanpa batas !


Friday, December 9, 2022

Hasil Laga Menuju 4 Besar Piala Dunia 2022 Qatar


Laga Brazil Vs Kroasia digelar tadi malam jam 22.00. Dengan hasil sama kuat 1-1, hingga babak extra time 2x15 menit usai. Berlanjut pada babak tostosan. 

Dominik Livakovic, keeper Timnas Kroasia keluar sebagai pahlawan kemenangan timnya. Pemain yang bermain untuk klub Dinamo Zegreb ini berhasil mementahkan 6 peluang Brazil di babak normal. Dan menggagalkan 2 tembakan pinalti dua pemain Brazil, Rodrygo dan Marquinhos. Skor akhir adu tosan pun 4-2 untuk kemenangan Kroasia. 


Kemenangan ini mengantarkan Kroasia ke babak semi final. Tim tangguh lainnya dari Amerika Latin sudah menyusul di fase berikutnya. Sungguh perjalanan yang berat. 

Argentina melaju ke 4 besar setelah berhasil mengandaskan perlawanan sengit dari Belanda. Unggul 1-0 di babak pertama dari goal Lautaro Martinez, tidak membuat tim tango bermain dengan nyaman di babak kedua. Negeri kincir angin memberikan perlawanan yang sengit. 

Nyaris tertinggal 2-0, Belanda berhasil menyamakan kedudukan di sisa waktu 7 menit waktu normal.  Lewat goal pemain pengganti Wout Weghors.  Ditambah 1 satu goal lagi, dari goal Teun Koopmeiner melalui skema tendangan bebas, di waktu tambahan 10 menit. 

Pertandingan yang menegangkan. Argentina yang seolah sudah menyeselaikan pertandingan dengan skor 2-0, dibuat gelisah dengan perlawanan Belanda yang tak kenal menyerah di sisa waktu 17 menit terakhir. Malah berlanjut pada babak pinalti karena Belanda berhasil menyamakan skor jadi 2-2.

Pada sesi adu pinalti, Argentina berhasil mengalahkan Belanda dengan skor 4-3. Vandijk dan Bergwin dari kubu orange gagal menjalankan tugas pinalti dengan baik. Dari kubu tango, ada nama Enzo Fernandes yang juga mengalami nasib serupa. 


Berdasar hasil ini perwakilan Amerika Latin berhasil menyegel satu tempat di semifinal. Laga Argentina melawan Kroasia layak untuk dinantikan. Takdirlah yang akan memilih tim mana yang akan keluar sebagai juara, ketika seluruh upaya telah dikerahkan. 

Salam sehat tanpa batas !




Ini Dia Kekuatan Belanda dan Argentina dalam Pertandingan Perempat Final World Cup Qatar

Belanda sepuluh kali tampil di Piala Dunia sejak 1934, 3 kali mencapai final. Tepatnya pada gelaran tahun 1974, 1978  dan 2010. Sayangnya dari tiga kali mencapai laga puncak tidak satupun berakhir sebagai juara. Makanya tim orange ini dikenal sebagai raja tanpa mahkota.

Ada banyak bintang yang dilahirkan Belanda. Para pemain hebat ini meramaikan berbagai kompetisi top Eropa. Sebut saja Wesley Sneidjer, yang malang melintang bersaama Ajax, Real Madrid, Inter Milan dan Galatasaray. Salah satu nama besar yang dimiliki negri kincir angin.

Nama lain ada mantan gelandang Madrid dan Hotspur,  Rafael Ferdinand Van der Vaart. Juga salah satu bintang dan nama populer di kalangan pecinta bola pada masanya. Layak disandingkan dengan para profesional lainnya. Serta masih banyak lagi yang tidak bisa disebut satu-satu.

Baca juga : Gara-Gara Pemain Sering Thowaf di Ka'bah Arab Saudi Mengalahkan Argentina

Yang terbaru para bintang yang masih bersinar, dibawa Belanda ke Piala Dunia Qatar, ada nama Gakpo yang bersanding dengan Mbappe dan Rashford dalam daftar pencetak goal terbanyak saat ini. Dengan gelontoran 3 goal. 

Sektor gelandang diisi bintang Barcelona Frenkie de Jong. Lini belakang ada Vandijk, yang sedang bersinar bersama Liverpool dan Natan Ake bek andalan Manchester City. Tim Nasional Belanda lumayan bertabur bintang di setiap lininya.

Di kursi kepelatihan, Louis Van Gaal salah satu pelatih papan atas Eropa, walau tidak terlalu sukses ketika menangani tim MU. Melihat materi pemain dan pelatih yang ada, orange siap bersaing memperebutkan gelar juara. Tinggal dilihat jalan takdir akan menentukan siapa yang akan jadi juara. Pada fase ini, semua tim sudah masuk 8 tim terbaik dunia, bedanya kecil sekali.

Di tim Argentina juga tidak kalah bagusnya. Ada nama-nama tenar menghiasi tim. Messi bintang PSG. Julian Alvarez penghuni tim utama Manchester City. Lautaro Martinez ujung tombak Inter Milan.

Lini depan Tim Tango dihuni nama-nama bomber haus goal yang sudah teruji di klub masing-masing. Baik secara mental kompetisi atau tekhnis. Lagi-lagi Argentina juga slah satu tim yang layak diperhitungkan sebagai juara.

La Albiceleste julukan Argentina ditukangi oleh pelatih yang masih tergolong muda, Lionil Scolani. Pelatih yang sudah mempersembahkan Copa America edisi 2021 yang lalu bersama skuat ini. Tentu tidak diragukan lagi kemampuan taktiknya.

Tidak seperti Belanda, Argentina sudah pernah menjadi raja piala dunia dengan dua mahkota. Tahun 1978 dan 1986. Secara sejarah tim Tango lebih kaya.

Negara ini sudah banyak melahirkan para bintang sepak bola. Yang paling fenomenal adalah Diego Armando Maradona dan legenda hidup dan masih aktif bermain saat ini Leonel Messi sendiri. Dan sederet nama beken lainnya.

Laga ini bisa disaksikan hari Sabtu, jam 02.00 WIB disiarkan langsung TV swasta nasional. Sayang sekali kalau melewatkan tayangannya. Karena evennya 4 tahun sekali. 

Baca juga : Oleh-Oleh dari Singapore

Prediksi pertandingan :

Pertandingan ini akan menyajikan tontonan pertandingan level tinggi. Peluangnya 50:50  untuk kedua tim. Dengan Argentina sedikit diunggulkan karena faktor materi pemain dan sejarah yang mengirinya. Namun sepak bola bukan matematika, hasilnya pasti. Bola itu bulat, hasilnya bisa saja keluar dari prediksi banyak orang. Kedua tim layak juara tahun ini. Tinggal menunggu takdir yang akan memilihnya.

Salam sehat tanpa batas !



Wednesday, December 7, 2022

Mengintip Kekuatan Brazil dan Kroasia dalam Pertarungan Perempat Final Piala Dunia 2022

Pada hari Jum'at tanggal 9 Desember 2022, jam 22.00,  kita akan menyaksikan laga seru antara dua tim yang telah berhasil membuktikan diri sebagai salah satu tim terbaik dunia saat ini. Brazil Vs Kroasia. Dua tim lintas benua, yang mewakili negara dengan kultur sepak bola yang sangat kental.

Prestasi terbaik Kroasia sejak keikutsertaannya dalam ajang piala dunia, berhasil menembus babak final Piala Dunia tahun 2018 di Rusia. Sebelum ditumbangkan Prancis dengan skor 4-2. Sekaligus Prancis berhasil menjuarai ajang tersebut. Dan Kroasia menjadi runner-upnya.

Pemain yang masih tersisa seperti Luka Modric masih menjadi andalan di lini tengah. Meski sudah berumur 37 tahun dan  tidak lagi muda, pemain yang merumput bersama Real Madrid ini masih dipercaya sebagai mentor bagi timnya. Mengingat pengalaman bermiain di level tertinggi dan berbagai tropi yang telah diraih. 

Kroasia masih dilatih oleh orang yang sama yang berhasil mengantarkan negara ini sebagai runner-up pada tahun 2018 silam, Zlatko Dalic. Taktisian oportunis yang sering gonta-ganti formasi dalam mengahadapi berbagai pertandingan. Tergantung lawan yang akan dihadapi. Terlihat dari formasi yang sering digunakannya dalam menyussun pemain, 4-2-3-1, 4-3-2-1, dan 4-1-4-1.

Baca juga : Membaca Peta Formasi 4-1-4-1 dalam Memenangkan Football Game

Sejauh ini Dalic sudah membuktikan bahwa dia juga layak diperhitungkan. Raihan runner-up tentu sebuah prestasi tersendiri bagi seorang pelatih. Sekarang berlaga di perempat final, merupakan bukti berikutnya dari sebuah kecerdikan dan konsistensi.

Coba kita lirik tim samba Brazil. Berbeda dengan Kroasia yang mentok pada posisi runner-up. Brazil merupakan pemengang gelar juara terbanyak di turnamen internasional ini. Dengan merengkuh 5 tropi. Negara ini rajanya. Tepatnya tahun 1958, 1962, 1970, 1994 dan 2002.

Dengan sejarah besar yang menempel pada  Brazil, di setiap turnamem 4 tahunan ini berlangsung, otomatis akan menjadi kandidat juara. Walau bersifat tidak pasti, tapi seluruh pengamat bola dunia, akan menempatkannya pada posisi favorit. Super powernya sepak bola. 

Mari kita lihat struktur pemain di dalamnya, Neymar sebagai salah satu pemegang rekor pemain termahal saat ini. Dengan nominal transfer dari Barca ke PSG tahun 2017, 222 juta euro. Kurs rupiah saat ini, 16.409.08. Berarti harga mega transfersnya 3.6 triliun rupiah. Uang sebanyak ini kalau dibelikan cendol tentu akan menjadi sungai, banjir lagi.

Baca juga : Ini Alasan Tim-Tim Kecil di Inggris Kerap Menggunakan Formasi 3-5-2

Kita lihat nama lain, ada Antony yang merumput bersama MU. Vinicius dan Rodrygo dengan Real Madrid. Jesus di Arsenal. Richarlison bersama Hotspurs. Alisson bersama Liverpool. Ederson keeper utama City. Dan sederet nama bintang di setiap lininya.

Di kursi pelatih tercantum nama Tite, pelatih yang berhasil mengantar Brazil sampai perempat final piala dunia edisi 2018. Menjuarai Copa America 2019, setelah 12 tahun puasa gelar. Prestasi yang cukup bagus bagi seorang pelatih. Formasi yang sering dipakai 4-3-3.

Melihat sisi sejarah kedua tim, Brazil jelas lebih unggul dari Kroasia. Demikian juga dari komposisi pemain, lagi-lagi Brazil lebih terlihat menjanjikan dari segi skill bermain, karena diperkuat para pemain bintang yang bertebaran di klub-klub elite Eropa. Di kursi pelatih Dalic dan Tite relatif seimbang.

Dalam laga nanti Brazil lebih diunggulkan untuk memenangkan pertandingan dan melaju ke babak selanjutnya. Prediksi ini tidak mutlak karena sifat relatif yang menempel dalam sepak bola. 70:30 untuk kemenangan tim samba. Bola itu bulat.

Salam sehat tanpa batas !



 

 

Tuesday, December 6, 2022

Hebat ! Ada Pemain Indonesia dalam Kemenangan Maroko atas Spanyol


Mungkin hanya segelintir orang yang memperkirakan Maroko akan menjungkalkan tim matador. Tim dengan kultur sepak bola yang kuat. Salah satu kiblat sepak bola modern. 

Hanya bermodalkan satu bintang Chelsea, Hakim Ziyeh yang ikut mengantarkan The Blues menjuarai Liga Champion Eropa edisi 2021 kala bersua Manchester City di Final. Di bawah komando Tuchel, yang menakodai tim biru asal Kota London kala itu. Melawan taktisian genius di kubu The Sky Blues, Pep Guardiola. 

Baja juga : Perjodohan Messi dengan Manchester City Berkah ataukah Musibah ? Ini Jawabannya

Terlibat dengan momentum pertarungan tingkat tinggi di antara dua pelatih dan sekaligus dua tim tangguh Eropa, seolah menyuntikkan virus mindset pemenang dalam diri Ziyeh. Virus itu pun menjalar ke seluruh tim Maroko.  Tak ayal lagi, tim yang bahkan kurang dilirik seluruh pengamat bola manapun ini, mampu menahan para penakluk banteng selama 2x45 menit waktu normal. Itupun sudah prestasi tersendiri sebenarnya. 

Pelatih Maroko seolah hanya perlu menduplikasi taktik Tuchel ketika mengalahkan Pep di final Liga Champion. Manchester City kala itu menguasai penguasaan bola. Memaksa Chelsea bertahan dengan mengandalkan serangan balik. Uniknya, Ziyahlah yang jadi penentu kemenangan Chelsea dengan goal tunggalnya. 

Baca juga : Membaca Peta Formasi 4-1-4-1 dalam Memenangkan Football Game

Luis Enrique bukanlah pelatih sembarangan. Mantan pelatih Barca plus Messi ini, telah munyumbangkan banyak tropi untuk klubnya. Penerus tiki-taka khas Spanyol. Dipaksa bermain imbang di waktu normal sampai 2x15 menit babak perpanjangan waktu usai. 

Kali ini bukan Ziyeh yang menjadi penentu kemenangan Maroko atas Spanyol. Tapi keeper Maroko dengan nama Jawa ini yang menjadi pahlawan salah satu perwakilan timur tengah. Mono. Ya, kita gak salah eja. Mirip dengan nama pemilik restoran ayam bakar "Mas Mono".

Mas Mono, maaf yang dimaksud Mono keeper Maroko, berhasil mementahkan 3 tembakan pemain Spanyol dalam adu pinalti. Termasuk tembakan salah satu pemain senior, Busquest. Yang sudah merasakan berbagai gelar juara bersama Barca. Skor akirpun menjadi 3-0 untuk kemenangan Maroko. 

Luar biasa Maroko. Telah menginspirasi bagaimana cara bermain melawan kandidat juara. Kita tunggu kiprahmu di fase berikutnya. Lawan selanjutnya, Portugal menunggu di depan mata. 

Salam sehat tanpa batas !




Sunday, December 4, 2022

Prancis Vs Polandia Bukan Sekadar Pertarungan Mbappe dan Lewandowski, Ini Hasilnya


Secara kasat mata hampir 60% manusia di planet bumi ini akan mengatakan Prancis akan keluar sebagai pemenang. Sisanya mungkin ke Polandia. Itu pun mungkin warga negara sana. 

Dari sudut pandang netral, pasti ke Prancis. Skuat prancis dihuni pemain-pemain yang berlaga di liga top Eropa. Bukan cuma itu, lebih spesifik memperkuat tim-tim kuat dengan mentalitas juara. 

Mbappe bersama PSG. Varane dengan MU. Lloris Memperkuat Hotspurs. Dan bamyak lagi. Mungkin gak perlu disebutkan semuanya. 

Beda dengan Polandia, Lewandowski satu-satunya pemain yang paling populer di tim mereka. Scezny mungkin termasuk di dalamnya. Yang lain, cendrung tidak dikenal. Walau berarti bukan, tidak bagus. 


Tidak dapat dipungkiri, para pemain yang terasah di kompetisi yang kompetitif, akan menciptakan skill dan mental juara pemain. Ini dibuktikan, selama dua puluh menit pertama, Polandia dikurung dalam areal pertahanan sendiri. Cuma sesekali keluar melakukan serangan balik. 

Prancis terlihat mendominasi permainan.  Kerjasama Dembele, Giroud dan Mbappe berhasil merepotkan para pemain Polandia yang bertahan total di belakang. Entah apalah istilahnya. Parkir kereta api juga boleh. 

Sebenarnya Polandia juga terlihat mengerikan ketika berhasil menguasai bola dan memberikan serangan balik, pada menit 30an. Dengan berhasil memborbardir pertahanan Prancis dengan tembakan bertubi-tubi. Namun, lini pertahanan Prancis yang dikomanadoi Varani dan Kounde berhasil menetralisir semua peluang yang ada. 

Di penghujung babak pertama, tepatnya menit ke 43, para pemain Prancis berhasil memecah kebuntuan. Sebuah umpan matang berhasil diselesaikan dengan apik oleh Giroud menjadi goal. Skor berubah 1-0 untuk keunggulan Prancis. 

Pada babak kedua berjalan nyaris tidak ada perubahan pola permaian. Masih dalam kendali Prancis. Kedua tim melakukan pergantian pemain. 


Sampai pada menit 74 umpan matang sampai pada Mbappe. Bintang PSG ini pun berhasil menghujamkan bola ke gawang Polandia. Skor berubah 2-0 untuk keunggulan Prancis. Menit ke 90 Mbappe berhasil menambah keunggulan menjadi 3-0. Goal hiburan Polandia dicetak Lewandoski dari titik putih pada masa injury time. Skor 3-1 bertahan hingga peluit panjang dibunyikan, untuk kemenangan  Prancis.

Salam sehat tanpa batas ! 



Thursday, December 1, 2022

Belgia Emang Tidak Sebagus Manchester City

Penasaran mengetahui Kevin Debruyne mengeluh harus beradaptasi dengan permainan temen-temennya di Timnas Belgia. Penulis sempatkan menyaksikan Belgia melawan Kroasia. 15 menit pertama, sudah ketahuan alasan jendral lapangan tengah Manchester City ini mengeluh. 

Belum genap semenit pluit tanda pertandingan dimulai, gawang Curtois sudah terancam oleh sayap kiri Kroasia. Bukan bermaksud mendukung Debruyne, tapi tampak sekali kualitas pasing dan kemampuan menahan bola para pemain Belgia tidak sebagus para pemain City. Umpan sering eror dan ketika menguasai bola gampang direbut pemain lawan. 

Masih ada momentum dimana umpan terobosan berkelas dari Kevin ke sayap kiri, membuka peluang yang sangat matang. Lagi-lagi kualitas penyealesain Merten yang masih belum klinis, melambung kemana-mana. Peluang terbuag percuma. 


Untuk level Eropa, Belgia tidak jelek-jelek amet. Menjadi sebuah persoalan ketika publik negara tersebut menginginkan, persaingan di level tertinggi. Maka para pemain dalam tim nasional ini terkesan kurang terlalu bagus. 

Skor babak pertama pun, berakhir dengan sama kuat 0-0. Jadi Belgia pun aman. Walau sebenarnya ada momen pelanggaran di kotak pinalti. Bahkan wasit sempat menujuk titik pinalti, sebelum digagalkan oleh VAR, karena para pemain Kroasia dianggap offside terlebih dahulu. Untung saja. 

Babak kedua Martinez melakukan pergantian Merten dengan Lukaku. Dengan tujuan memberikan ketajaman dan efektifitas penyelesain akhir jadi goal. Ternyata hasilnya sama saja, pemain pinjaman Inter dari Chelsea ini tidak dalam form terbaik.  Menyia-nyiakan 4 peluang yang di miliki. 


Hasil akhir pun menjadi 0-0. Dengan hasil ini Belgia harus angkat kaki dari gelaran piala dunia kali ini. Bye Belgia. 

Generasi emas belgia tidak seperti yang diberitakan media. Ternyata bukan apa-apa. Hanya kumpulan pemain biasa saja. Keberadan Curtois, Debruyne  Hazard dan Lukaku pun tersa sia-sia. 

Debruyne benar.  Sehebat apapun dia mebdistribusikan umpan matang, tampa diimbangi kemampuan penyelesaian akhir temen-temennya, nonsen. Generasi emas itu ternyata hanya kumpulan kerikil. 

Salam sehat tanpa batas !