Followers

Saturday, August 29, 2020

Ini yang Dilakukan Pep Guardiola Sehingga Menjadi Pelatih Terhebat Sedunia

 


Ngobrolin pelatih hebat dan terbaik di dunia sepak bola tidak akan pernah habis. Karena dari generasi ke generasi akan lahir seorang perancang taktik dan strategi permainan ini. Selama kompetisi sepak bola terus menggelinding.

Pep Guardiola salah satu pelatih yang sangat dikagumi oleh berbagai kalangan pecinta bola. Bukan hanya gelimang raihan tropi dan prestasi yang telah ia dapatkan, tapi pola permainan yang membuat orang yang menontonya seolah terhibur dan terhipnotis. Para penikmat bola menyebutnya sebagai sepak bola seksi.

Baca juga : Perjodohan Messi dengan Manchester City Berkah ataukah Musibah ? Ini Jawabannya

Ini kenapa dalam kisaran 10 tahun terakhir, kiblat sepak bola seolah beralih dari Catenaccio (pertahanan grendel) ala Italia menjadi passing game (tiki-taka) ala Spanyol. Sebenarnya tiki-taka sendiri dipopulerkan Sang Genius Pep Guardiola dengan super tim yang dihuni oleh nama-nama legenda Iniesta, Xavi, Messi dan Peque. Di masa ini juga, para pemain timnas Spanyol dihuni oleh separuh anak-didiknya.

Ini kenapa tiki-taka seolah membentuk warna permainan Timnas Spanyol dan menjadi Juara Dunia. Pelatih Timnas Spanyol mengakui pola permainan tiki-taka dimotori oleh legenda-legenda Spanyol tersebut. Dan kreatornya adalah Pep Guardiola.

Menarik diulas, tentunya Pep Guardiola tidak ujug-ujug jadi hebat berkualitas begitu. Ada sebab yang melatari kesuksesannya. Seperti kata pepatah dimana ada laki-laki sukses pasti ada wanita hebat di belakangnya. Halah, standard banget pemikirannya. Tapi, itu ada benarnya walau tidak mutlak. Yang akan disorot adalah filosofi permainan yang telah diserap olehnya, sehingga menghadirkan sebuah maha karya yang diikuti oleh dunia.

Secara basis permainan sebenarnya, Pep Guardiola banyak dipengaruhi falsafah Total Football (seluruh pemain dari keeper sampai striker terkoneksi membentuk suatu sistem permainan) yang dipopulerkan oleh Johan Cruyf, seorang jenius sepak bola pendahulunya. Pemikiran pendahulu yang sudah menjadi filosofi klub yang telah membesarkannya, mempengaruhi permainan seorang Pep, yang kebetulan posisi natural ketika bermain seorang gelandang. Tentu posisi inilah yang menjadi titik sentral pola permainan sepak bola total. Posisi ini juga yang paling dinamis.

Tidak heran ketika jadi pelatih, Pep maunya seluruh pemain di lapangan memiliki sudut pandang ini. Bahkan keepernya sekalipun harus memahami enggelnya. Uniknya Sang Keeper juga dituntut untuk mampu memainkan bola dengan baik di kakinya. Bahkan tidak perlu pakai tangan kalau tidak benar-benar darurat. Hasilnya luar biasa, bola akan terus mengalir di kaki pemain seolah tanpa henti.

Di masa mendekati akhir kariernya sebagai pemain, Pep Guardiola memutuskan bermain di salah satu klub Italia. Negara yang juga salah satu kiblat sepak bola, dengan kultur sepak bola yang jauh berbeda dengan Spanyol. Sepak bola yang lebih pragmatis. Dimana pusat permainan mengandalkan ketangguhan dalam bertahan, yang lebih familiar dengan Catenaccio. Gak ada urusan dengan sepak bola indah, yang terpenting kemenangan dan hasil akhir.

Pep Guardiola mungkin tidak mengambil mentah-mentah filosofi ini, tapi ada pengaruh Catenaccio dalam setiap tim yang dibangun olehnya. Tim yang dibangunnya, biasanya bahkan pernah menjadi tim paling sedikit kebobolan. Ini tidak terlalu diungkap oleh para analis, tapi nyatanya Sang Genius juga mengadopsi secara kreatif filosofi ini. Tentu dengan penyesuaian dengan skema permainan yang telah dia bangun.

Selepas dari Italia, Sang Calon pelatih hebat saat itu,  memutuskan untuk hijrah ke Amerika Latin. Dia memutuskan untuk bergabung dengan salah satu klub di sana, dalam bimbingan pelatih hebat juga Marcelo Bielsa. Dari pelatih ini pula, dia belajar strategi kepelatihan dengan menyebutnya sebagai pelatih hebat. Corak sepak bola Amerika Latin terserap dengan baik oleh Si Jenius. Bahkan salah satu partner bermainnya mengatakan, Pep selalu membawa media mencatat setiap kali ada hal yang dianggap penting yang disampaikan oleh mentornya.

Dari salah satu pelatih hebat ini, Pep mendapati strategi untuk secepatnya merebut kembali bola yang terlepas dari penguasaan timnya. Maka tidak heran apabila menjumpai tim asuhannya ketika kehilangan bola, akan menekan sistem penyerangan yang terkoneksi di tim lawan. Maka seorang striker sekalipun harus terlibat dalam upaya merebut bola ini.

Baca juga : Ini Penyebab Salah Satu Club Tersukses di Kolong Langit Barcelona, FC Terlihat Seperti Tim Kampung di Hadapan Muenchen

Akhir-akhir ini medi-media menyebutnya dengan gegen pressing. Selain tim yang diasuh Pep Guardiola, ternyata ada salah satu klub Inggris yang beru mejuarai Liga Primier Inggris 2019-2020, juga terlihat memperagakan strategi ini dengan corak Jermannya. Uniknya mentornya yang hebat, justru menangani tim liga dua Inggris, yang baru dibawa promasi ke Liga Primier. Menarik diikuti ada tiga pelatih yang memiliki corak strategi gegen pressing di Inggris.

Dari kisah perjalanan belajar Pep seorang pemain sepak bola, menjadi pelatih sepak bola hebat, bisa diambil kesimpulan. Untuk menjadi salah satu yang terbaik, maka harus belajar kepada yang terbaik. Walau pada tahap berikutnya perlu menambahkan unsur dirinya dalam sebuah karya.

Pep Guardiola sama saja dengan kebanyakan orang, tapi bisa menghasilkan sesuatu  karya yang luar biasa di bidang sepak bola, karena berpikir terbuka dan mau belajar. Dan yang lebih penting lagi, dia tahu sedang mempersiapkan diri menjadi pelatih dengan membawa catatan pada sesi latihan dari seorang pelatih yang dia kagumi. Tentu kesuksesannya disebabkan visi yang jelas yang dia tanamkan dalam dirinya. Dia perjuangkan dengan tekun dan belajar kepada yang terbaik. Salam sehat, kaya raya dekat dengan Yang Kuasa !


Ditulis oleh :

Tholibul Khair  MVB

Pengamat sekaligus analis taktikal sepak bola masa kini

Perjodohan Messi dengan Manchester City Berkah ataukah Musibah ? Ini Jawabannya

 


Ada banyak kabar yang beredar, Manchester City akan merekrut salah satu pemain terbaik yang pernah ada di muka bumi ini. Peraih 6 penghargaan pemain terbaik dunia, Ballon D’or. Dengan skill olah bola kelas dewa, nyaris tanpa tandingan. Siapa lagi kalau bukan Lionel Messi, yang sebagian orang bahkan menyebutnya Sang Messiah.

Hampir semua pecinta olahraga sepak bola, mengenal popularitasnya. Di masa keemasan Messi tentu klub di seantero bumi berminat untuk memasukkan namanya ke dalam tim. Tidak terkecuali Man. City. Apalagi club ini tentu mampu membelinya berapapun harga, termasuk klausul pelepasan yang ditulis pada ikatan kontrak sang pemain, 700 juta Euro.

Bukan masalah mampu dan tidaknya club Manchester biru ini membelinya, selain masalah Financial Fair Play yang menunggu club ini jika nekat menebus dengan harga yang hiper mahal, masih mampukah berkontribusi besar untuk kesuksesan tim biru langit ke depannya, pertanyaan berikutnya. Kalau menilik kontribusi Sang Superstar untuk pemiliknya saat ini, yang disokong pelatih hebat model Pep Guardiola, tentunya tidak akan ada yang meragukannya. Itulah yang diinginkan Messi, hanya semata untuk mengulangi sinar kebintangannya bersama Sang Super Mentor.

Baca juga : Nasib Manc.City di Atas Kulit Bulat Bola Liga Champion

Umur Messi yang sudah mencapai 33 tahun, sudah bukan umur ideal untuk seorang pesepakbola. Kariernya secara alamiah akan segera meredup. Tentu ini menurut pandangan terhadap pesepak bola pada umumnya. Terus, pada kasusnya apa ada perbedaan? Jawabannya, bisa iya bisa tidak.

Sebelum menentukan jawaban pasti, kemampuan Messi berkontribusi secara nyata bagi perkembangan club sebesar Manchester City, ada baiknya dianalisa secara logis. Ada beberapa hal yang harus dipenuhi oleh seorang atlet sepakbola professional, agar mampu berprestasi secara maksimal.

1.       Skill olah bola

Olah bola yang dimaksud yaitu kemampuan seorang atlet dalam memainkan bola. Meliputi mendribbling (menggiring bola), passing (mengumpan), controlling (mengontrol) dan shooting (menembakkan bola ke gawang). Tanpa ketiga skill ini berarti seorang atlet, tidak dinamakan pesepakbola. Bisa jadi petinju atau pegulat dan lainnya. Hehehe.

2.       Berlari

Berlari salah satu aspek yang harus dipenuhi oleh seorang atlet profesional yang ingin berprestasi di cabang olahraga yang paling digemari di seantero dunia ini. Skill bagus tapi tidak kuat dalam berlari, minimal berlari standar atlet profesional, maka dia akan ditinggal oleh pelari yang memiliki kecepatan sprint. Karena perpindahan bola dari satu area ke area yang lain membutuhkan kemampuan ini dengan baik.

3.       Mentalitas

Mentalitas juara harus dimiliki oleh seorang atlet sepakbola, yang ingin mencapai krier yang lumayan panjang dan gemilang. Tentunya bergelimang duit dan tropi juara. Dengan sendirinya ketiban berkah popularitas yang hebat.

Mental juara tentunya tidak serta merta ada di dada para atlet. Keparcayaan diri menjadi juara, hadir berjalan seiring seringnya berlatih dan bertanding. Simple sesuai dengan menit bermain yang dimiliki seorang atlet. Maka tidak jarang sebuah club meminjamkan para pemain junior potensial ke club yang lebih kecil untuk mendapatkan menit bermain lebih banyak, supaya mendapatkan pengalaman lebih dan mentalitas juara dalam pertandingan.

4.       Tim yang memadai

Sehebat apapun skill dan mentalitas seorang atlet, kalau tidak didukung oleh tim yang hebat maka skill individu hanya akan mubaddzir saja. Maka di sini dituntut kepiawaian seorang pelatih untuk memenej tim dengan baik. Pelatih harus menempatkan para pemain di posisi terbaik setiap pemain. Selain memang perlu merancang taktik dan strategi yang cocok dengan tim yang dimiliki. Biasanya di club yang sudah mapan, sudah memiliki filisofi bermain masing-masing. Dan coachnya hanya perlu inovasi saja.

Berdasar uraian potensi seorang atlet untuk mencapai juara, sebenarnya Messi dengan usia 33 tahun, masih bisa berkontribusi banyak terhadap perkembangan selanjutnya bagi Man. City. Dari keempat elemen yang mungkin hilang darinya adalah kecepatan berlarinya yang sudah dimakan usia. Paling tidak sudah berkurang. Mengharapkan pengulangan masa keemasannya bersama Man.City tentunya merupakan harapan yang terlalu berlebihan, karena satu elemen sudah menurun dalam dirinya.

Demikian juga, menghilangkan semua atribut juara yang menempel dalam diri Messi juga bukan sebuah pandangan yang bijak. Kecepatan yang dimilikinya boleh memudar tapi pengalaman bermain dengan meraih juara bertahun-tahun masih sangat berpengaruh dan bisa ditularkan bagi tim di club. Apalagi mentor yang tahu persis skill kelas dewanya, yang berwujud Pep Guardiola akan sangat mengerti untuk menutupi kekurangan dan mengeksploitasi segala kelebihan yang dimilikinya.

Perpaduan Pep dan Messi kemungkinan terbesarnya, masih sangat menghasilkan sesuatu yang hebat luar biasa. Apalagi didukung oleh para gelandang macam Kevin Debruyne, Rodri dan Foden. Belum lagi ditopang Bek Sayap model Walker dan Zinchenko. Bek sayap ini selain termasuk bek kreatif juga pelari yang hebat. Sentral beknya juga, yang akan dikawal Laporte dan Ake akan berperan sebagai defender player. Jangankan bek, keeper seperti Ederson juga diserahi tugas pertama untuk membangun serangan dari belakang.

Di lini depan Pep tinggal memilih sesuai selera dan situasi kondisi mau memakai SAM (Sterling, Aguero dan Messi) atau MAM (Mahrez, Aguero dan Messi). Jadi, kecepatan Messi yang sudah mulai menurun masih bisa ditutupi oleh kecepatan dan kreatifitas pemain di sekitarnya. Apalagi tandem-tandemnya di lini depan juga sangat tajam untuk menjebol jala lawan. Maka tim lawan akan gemeteran sebelum berhadapan dengan Manchester City.

Selama harga masih wajar untuk seorang Messi dan tidak keukeh diangka 700 juta paun, maka akan menjadi berkah buat Manc. City. Tapi, khawatir juga manajemen club akan kehilangan akal sehat apabila menebus klausul pelepasannya yang tertulis di kontrak, hanya untuk pemain berumur 33 tahun. Jauh lebih baik bagi Manc.City mengorbitkan Messi-Messi yang ada di akademi. Bukankah banyak jebolan akademi menjelma pemain hebat ketika diberi kesempatan yang banyak oleh klub lain? Jadon Sancho misalnya. Yang jelas, akademi klub ini tidak kekurangan pemain potensial dan berbakat. Hanya butuh kesempatan dan kepercayaan. Salam sehat, kaya raya dan dekat dengan Yang Kuasa.


Ditulis oleh :

Tholibul Khair, MVB

Pengamat sekaligus analis taktikal sepak bola masa kini


Friday, August 21, 2020

Ini Penyebab Salah Satu Club Tersukses di Kolong Langit Barcelona, FC Terlihat Seperti Tim Kampung di Hadapan Muenchen

 


Sudah beberapa hari berlalu dari kekalahan telak tim raksasa Spanyol, Barcelona dari Bayern Munchen dengan skor 2-8, saya baru sempat menuliskan sebuah analisa karena ada beberapa kesibukan yang tidak bisa ditinggal. Barcelona sebuah tim sepak bola yang bertabur bintang di setiap lininya, harus menerima kenyataan pahit, hancur lebur di kaki para pemain Muenchen. Tentunya, Muenchen bukanlah sebuah tim sembarangan. Muenchen dan Barca secara kalkulasi kekuatan dan taktik sebenarnya relatif berimbang. Namun, keberadaan Leonil Messi di kubu Barca, akan membuat para analis sepakbola di seantero dunia akan menjagokan Barca sebagai pemenangnya. Walau, nyatanya yang terjadi malah sebaliknya.

Sebagai gambaran saja, seorang Leonil Messi yang oleh para wartawan kadang menjulukinya secara hiperbol, Sang Messiah “Sang Juru Selamat” sudah sangat lumrah, terlihat sangat mudah sekali melewati hadangan tiga atau bahkan lima pemain lawan sebelum mencetak goal. Dengan skill kelas dewanya, dia sudah mengoleksi 6 Ballon D’or salah satu penghargaan pemain terbaik dunia di setiap musimnya, diadakan oleh FIFA. Untuk menunjukkan kualitas skill olah bola Messi, salah satu pelatih terbaik dunia Jose Mourinho bahkan pernah mengatakan, “Siapapun pelatihnya, dengan keberadaan Messi di dalam tim, maka akan lebih mudah untuk memenangkan pertandingan”. Asal tau saja, mantan asisten Mourinho saja saat melatih Chelsea, Gus Hiddink ketika melatih Timnas Korsel, mampu mengandaskan Timnas Italia yang terkenal dengan salah satu kiblat sebak bola dunia, dengan ‘Catenaccio’nya, pada saat Piala Dunia yang dihelat di Jepang dan Korsel beberapa tahun yang lalu. Ini baru asistennya ya.

Baca juga : Nasib Manc.City di Atas Kulit Bulat Bola Liga Champion

Nah, apa yang terjadi hingga Barca luluh lantak di hadapan Muenchen? Barca yang mulai rapuh atau memang Muenchen yang sedang on fire? Dua-duanya ada benarnya. Dan mari kita analisa dengan seksama kedua sebab musabab tersebut.

1.       Usia Pemain Kunci Barca Sudah Aus

 Para pemain bola profesional, kairernya terbilang pendek. Mulai dari umur 18 tahun sampai dengan 30-35. Sangat jarang sekali atlet profesional sepak bola mencapai angka umur 40 tahun. Ada tapi jarang. Para pemain kunci Barca sudah berada di masa akhir kariernya, tentu mereka sudah mulai melambat di atas lapangan, walau secara teknis masih mumpuni.

 Umur pemain kunci Barca saat ini: Gerrard Pique (32) tahun, Arturo Vidal (32), Luiz Suarez (32) dan Messi (32). Mungkin untuk Messi sebuah pengecualian, karena Messi masih mampu menyumbangkan 50 gol dalam semusim. Untuk yang lain mungkin sudah waktunya peremajaan skuad. Jika tidak mau kekalahan memalukan ini terulang kembali.

2.       Kemampuan Manajerial Pelatih yang Kurang Pas Untuk Pemain

Tidak ada yang bisa menyangkal era keemasan Barca 15 tahun terakhir, ada di tangan Pep Guardiola. Pep mampu menghadirkan berbagai gelar bergengsi selama menukangi Barca, sampai undur diri, karena sudah bosan menjadi juara. Pelatih selanjutnya, bukan jelek, tapi tidak ada yang mampu menyamai pencapaiannya walau dengan skuad yang sama. Mungkin hanya Luis Enrique yang bisa mendekati.

Tidak hanya berhasil mempersembahkan gelar juara yang berlimpah, tapi seorang Pep telah berhasil menciptakan dan memperagakan pola permainan sepak bola indah dengan Tiki-Takanya. Para penggemar sepak bola akan sangat mengagumi pendekatan pola permainan tekhnikal dan taktikal tiki-taka ini. Dan hanya pemain yang memiliki skill olah bola  bagus yang mampu memperagakannya.

3.       Hengkangnya Para Playmaker Visioner Handal

Messi memang seorang goal maker yang sudah diakui dunia sepak bola dari berbagai generasi. Tidak ada yang meragukan itu. Tapi tanpa keberadaan Iniesta dan Xavi di lini tengah Barca, maka Messi pun tidak berkutik dan tidak berdaya. Seperti singa ompong yang tak bergigi.

Bukan berarti lini tengah Barca saat ini tidak bagus, belum mencapai visi besar dan tekhnikal permainan Iniesta dan Xavi lebih tepatnya. Saya tidak bermaksud merendahkan pengganti mereka berdua yang diisi Ivan Rakitic dan Vidal. Lebih tepatnya Rakitic dan Vidal belum mampu menggantikan peran Xavi dan Iniesta dengan setara.

4.       Jenuh Jadi Juara

Setiap tahunnya para pemain dengan segudang pengalaman di Barca tidak pernah absen mengangkat tropi juara suatu kompetisi. Dari mulai yang ecek-ecek model Copa Del Ray sampai Liga Champion. Jadi pemain model Pique, Busquest, Suarez dan Messi mengalami kejenuhan juara. Bahasa sederhananya mabuk juara.

5.       Terjadi Keretakan di Manajemen Barcelona

Tuntutan juara di level manajemen untuk juara sangat tinggi. Ini berkaitan dengan image dan brand club. Tentunya juga berkaitan dengan sponsorship dan pendapatan club. Terkadang, hasil kurang memuaskan di lapangan menimbulkan gejolak di level manajemen. Pernah suatu ketika Barca bermain di bawah form, yang berujung kekalahan, Eric Abidal yang menjabat sebagai Direktur Tekhnik Barcelona langsung menuduh para pemain, bermain tidak serius.

Tindakan Abidal kemudian menyulut emosi Sang Mega Bintang Lionel Messi yang menyerang balik Abidal. Dengan mengatakan bahwa peryataan Abidal serampangan dan tidak memahami para pemain di lapangan. Singkatnya perseteruan ini berujung lengsernya Valverde sebagai pelatih dan digantikan Satien. Dan kabar terbaru Satien juga dipecat dan digantikan Koeman. Lucunya juga, Abidal harus lengser dari jabatan direktur tekhnis Barca.

Jadi wajar, kalau Barca dibantai habis-habisan oleh Muenchen 2-8, mengingat kondisi psikologis Barca  yang lagi bergejolak dan sakit. Sebenarnya, Muenchen sedang menghadapi tim yang sedang depresi secara psikologis.

6.       Muenchen Sebagai Representasi Sepak Bola Jerman

Dari berbagai referensi, sepak bola Jerman adalah hasil adaptasi dari total football yang dicetuskan oleh Johan Cruyf. Salah satu legenda sepak bola Belanda dan Barcelona sendiri. Hal ini merujuk dari pernyataan salah satu pemain anak asuh Klopp yang kental sepak bola Jermannya. Klopp akan memintanya berlatih tekhnis dan berlari. Ketika pemain mengira sudah selesai latihan, Klopp menambahkan sesi latihan lagi. Tentu, di bagian ini Klopp tidak disukai pemain, tapi pemain merasakan manfaatnya ketika pertandingan di lapangan dimulai.

Baca juga : Oleh-Oleh dari Singapore

Trus hubungannya apa? Ini yang akan saya sampaikan, sepak bola Jerman masa kini, permainan kolektif terorganisir yang kita sebut total foot ball dipadukan dengan kemampuan tekhnik dan fisik yang kuat. Dalam hal ini termasuk duel-duel dan lari yang tidak kenal lelah. Maka lahirlah sepak bola agresif dan powerfull. Barca yang lagi oleng menjadi korbannya. Coba kita lihat, siapa yang jadi pemenangnya di Liga Champion tahun ini, PSG atau Muenchen. PSG atau Muenchen sama-sama dinakhodai oleh manajer asal Jerman, yaitu Flick dan Tuchel. Menarik untuk ditunggu.

Jadi sebenarnya kekalahan telak memalukan Barca oleh Muenchen, disebabkan oleh factor internal dan eksternal. Faktor internal Barca sendiri yang lagi oleng dan eksternal, yang berwujud sepakbola khas Jerman dalam diri Muenchen. Berdasar analisa ini wajar apabila Barca luluh lantak dihadapan Muenchen. Salam sehat bahagia, kaya raya dekat dengan Yang Kuasa !


 Ditulis Oleh :

Tholibul Khair MVB

Pengamat sekaligus analis taktikal sepak bola masa kini




 





Sunday, August 16, 2020

Dirgahayu Indonesia Super Power !

 


Di usia yang semakin dewasa, tentunya sudah banyak hal yang dilalui. Suka duka sudah dirasakan selama nafas kemerdekaan terus berdenyut di bumi pertiwi. Tempat tumpah darah sekaligus tempat mencari nafkah dan beranak pinak. Hahahai. Lah kok gitu? Ya iyalah, harus diikutkan yang seneng-seneng juga, biar gak serem gitu. Klo “tumpah darah” mulu, yang ada otak kita akan tersugesti bawaannnya pada urusan darah yang tumpah. Udah gak jaman keles ! Trus yang tumpah apa? Ya tumpahkan yang lain ja.

Menelaah kembali paham kemerdekaan yang sering kita dengungkan di setiap kesempatan 17 agustusan, yang tercermin dari ekspresi acara-acara yang kita lakukan. Mulai lomba makan kerupuk, bakiak, tarik tambang, pidato, lari karung dan yang lainnya. Paling tidak biasanya rakyat Indonesia mengibarkan bendera merah putih di rumahnya. Itu rakyat Indonesia ya kan? Ya bener. Trus, klo pemerintahnya gmna? Urusan itu saya belum tau ya, pi berhusnuddzon ja lah. Kan di istana negara ngadain upaca bendera. Itu juga sebagai bentuk kecintaan dan penghormatan pada bangsa ini.

Tujuannya apa sich acara-acara itu diadakan? Tentu masing-masing orang akan punya jawaban masing-masing. Mulai yang hanya ikut memeriahkan, ikut-ikutan saja, heppi-heppi ja atau bahkan gak tau alasannya. Yang penting ngadain ja. Beres, daripada ngomong panjang lebar. Hehehe.

Baca juga : CATUR PERMAINAN DAN MANFAATNYA

Pi mungkin ada yang tidak sengaja menganggap itu sebagai sebuah kekonyolan belaka. Kenapa gak makan yang lain aja? Makan martabak misalnya. Kenapa harus lari karung ? Kenapa gak lari maraton ato lari-lari yang lainnya? Buang-buang waktu ja. Sekali lagi orang punya persepsi dan paham masing-masing, kita gak bisa memaksakan kehendak kita, dan perlu menghargai pemahaman orang lain.

Ini sambil ngupas jeruk, yang barusan saya beli di pinggir jalan, manis sekali. Mari kita lanjutkan obrolan tentang budaya yang sering kita lakukan pas acara 17an. Saya coba untuk melihat kebiasaan tersebut dari kacamata positif. Misal lari karung, sebenarnya saya juga gak ngerti dan siapa yang pertama memunculkan ide lomba ini, yang jelas kemudian seolah membudaya di setiap acara 17an. Tapi coba saya tafsirkan saja dengan pola pandang yang positif, lari karung adalah simbol pengekangan dan keterbatasan, namun kita tetap terus dan harus bisa bergerak bahkan berlari bagaimanapun caranya. Jadi segala keterbatasan tidak menghentikan kita untuk terus mengupayakan sesuatu yang lebih baik lagi.

Makan kerupuk, sebenarnya saya melihat ada banyak hal positif yang bisa dilihat secara filosofis. Kalau di generasi saya, hampir kurang lengkap rasanya kalau makan tanpa makanan yang satu ini. Di sisi lain dengan melakukan lomba ini, kita diharapkan melestarikan budaya yang kita punya termasuk kuliner kerupuk ini. Karena sesederhana apapun, kerupuk adalah sebuah karya yang bernilai ekonomis. Melestarikan makan kerupuk, berarti kita mendukung produksi kerupuk untuk tetap lestari dan memberikan penghidupan bagi para produsen dan pedagangnya. Pesannya adalah lestarikan budaya sendiri, karena kita mendapat penghidupan dari budaya sendiri.

Oya, ada satu lagi lomba yang biasanya sering menghiasi 17an, panjat pinang. Di atas pohon pinang biasanya di taruhin barang-barang berharga untuk diperebutkan oleh para peserta. Tiada lain dan tiada bukan, saya melihatnya sebagai sebuah pesan tersirat, bahwa untuk mencapai sesuatu atau untuk mewujudkan mimpi, seharusnya kita harus berjuang dengan sungguh-sungguh untuk mencapainya. Jangan lupa juga, tinggikan cita-citamu, karena klo jatuh akan bersama bintang-bintang. Caileh. Hehehe.

Baca juga : Kegagalan Mengajarkan Cara untuk Sukses !

Udah ah, gak usah ditafsirkan semua lomba 17an, cuapek tau. Sambil bibir dimonyongin ya, kecuali bibir lo udah monyong, gak usah, ntar lo tambah jelek lagi. Hehehe. Becanda ya, jangan muke lo merah padam gitu, kaya cabe kriting. Maap, map ya, sambil angguk-angguk kayak orang jepang.

Yuk kita serius lagi, jangan becanda terus, hidup ini bukan hanya candaan soalnya. Ya kan? Serius ni saya. Bagi ello ello pada yang punya pemikiran lebih keren dan beken tentang format acara 17an, boleh tuh share program dengan panitia 17an. Biar acaranya gak gitu-gitu aja. Hasil kreatifitas dari suatu momen, yang kemudian dilakukan berulang-ulang hanya akan menjadi ketidakkreatifan. Bener gak sih? Tos dulu klo sepakat, klo gak sepakat ya gak pa-pa, kita tetep temenan kok, tenang ja. Hehehe.

Dirgahayu Indonesiaku yang ke-75. Umur 75th adalah umur satu generasi dari sebuah bangsa. Orang-orang yang mencicipi pahit getirnya penjahan secara fisik kebanyakan mungkin sudah tidak ada. Bersama ketiadaan mereka yang sudah tenang di alam sana, mental dan trauma penjajahan sudah tidak ada lagi di jiwa putra-putri bangsa Indonesia. Artinya, mestinya Indonesia sudah merdeka lahir batin.

Dengan segala hormat, rasa syukur dan angkat topi bagi angkatan 40an yang sudah mempersembahkan kemerdekaan dengan cucuran keringat dan darah. Alangkah lebih baiknya, kalau kita menata ulang mentalitas dan cara pandang kita terhadap bangsa ini. Dan kita mulai dari visi Indonesia untuk 75th berikutnya. Sepertinya kata mengisi kemerdekaan sudah sangat tua, kuno bin karatan. Sudah gak kontekstual dan gak jaman lagi. Wuih, hebat bener. Sambil mulut menganga ya. Hehehe.

Terinspirasi plus teraspirasi oleh realitas bangsa ini, yang membangun dengan seolah sporadis. Terkesan tanpa plan yang rapi. Ditambah lagi kesan yang saya tangkep, visi yang masih burem tentang bagaimana seharusnya Indonesia menjadi apa? Dari mana sumber kesimpulan ini ? Dari hasil pengamatan saya pada tokoh-tokoh penting yang memangku kebijakan bangsa ini. Tapi, maaf persepsi saya, bisa salah dan semoga salah.

Baca juga : Strategi Jenius Millioner Dunia dalam Mencapai Kebebasan Finansial

Menurut saya, bangsa ini perlu menetapkan visi “Indonesia Super Power” pada tahun 2095, tepat pada ulang tahunnya yang ke-150. Berarti tepatnya 17 Agustus 2095. Dimana bangsa ini, mempengaruhi dunia, seperti layaknya Amerika dan Rusia mempengaruhi dunia saat ini. Keren sekali kan? Emang bisa? Eits, saya tanya balik, kenapa tidak bisa? Maka belajarlah pada filosofi lomba panjat pinang. Dulu juga kita diketawain dunia, karena mau meluncurkan produksi pesawat terbang. Lihat dong apa yang ditunjutkan oleh manusia jenius, Mr. Habibi almarhum.

Ini lho gagasan dan uneg-uneg yang perlu saya kemukakan. Untuk menjadi negara “super power” ada berapa hal yang harus bangsa ini tingkatkan. Pertama, penguasaan dan produksi alutsista super canggih. Kedua, penguatan ekonomi dalam negeri dan penguasaan ekonomi Indonesia di dunia. Ketiga, memperkokoh kemitraan dengan dunia internasional.

Memproduksi dan mengembangkan alutsista super canggih, bukan berarti kita mau berperang dan menginvasi negara lain. Sama sekali bukan, lebih tepatnya Indonesia hanya memagari diri sendiri dan meningkatkan bargaining position di percaturan ekonomi politik international. Demikian juga, meperkuat ekonomi dan industri dalam negeri, untuk kemudian memperluas menguasai pasar dunia. Bisa gak ya? Saya pikir bisa, kalau pemerintah mengatur sedemikian rupa, sentra-sentra produksi spesifik uanggulan di setiap provinsi. Maka Indonesia harus punya tim research untuk dikembangkan secara terstruktur dan massal di suatu propinsi dan dilarang produksi di propinsi lain, untuk memenuhi kebutuhan propinsi tersebut dan seluruh propinsi di Indonesia sehingga bangsa ini tidak perlu impor. Sehingga terjadi silang dagang antar propinsi. Imbasnya, tenaga kerja Indonesia terserap dengan baik. Jika ini sudah terpenuhi, baru langkah selanjutnya menguasai pasar international.

Untuk mencapai semua ini, maka tugas sekolah dan perguruan tinggi mempersiapkan mentalitas siswa/mahasiswa dan mengeksplorasi serta menyeleksi SDM yang tepat untuk visi misi “Indonesia Super Power”. Lembaga pendidikan bukan lagi hanya berfokus transfer pengetahuan dan pendidikan mental apalagi hanya teori semata, sekaligus berfungsi sebagai tempat pelatihan keterampilan skill yang menunjang dan memperkuat industri dan visi bangsa ini yang sudah dirumuskan dengan sedemikian rupa. Seluruh rakyat dan elemen bangsa ini harus mematuhinya. Sepertinya bolehlah TNI-POLRI terlibat mendisiplinkan pelaksanaan di lapangan demi terwujudnya visi ini.

Dirgahayu Indonesia, salam sehat kaya raya bagia, serta dekat dengan Yang Kuasa !


Ditulis oleh :
Tholibul Khair MVB


Seorang nasionalis dan pemerhati perkembangan kemajuan bangsa


Saturday, August 15, 2020

Nasib Manc.City di Atas Kulit Bulat Bola Liga Champion



Luar biasa senangnya gak kira-kira. Mulai jam 02.00 pagi sampai jam 04.00 ditemani secangkir kopi susu campur aduk dengan jahe, menyaksikan tim kesayangan berlaga di Liga Champion 2019/2020. Manc.City VS Olympique Lyonnais. Sendirian melotot di depan TV. Jangan ditiru ya, ini kebiasaan buruk. Gak baik buat kesehatan. Ini saya lakukan karena liburan saja, dan menyalurkan kesenangan jua, supaya enjoy my life. Hehehe udah mulai lebay ya? Ho-oh dikit.


Sambil sesekali ditemani oleh raungan alarm handphone yang setia mengingatkan istri, lagi istirahat untuk bangun. Pi kayaknya, dia gak merespon tuh. Jadi biarin ja lah, mungkin dia niatnya mo qiyamullail, karena kecapean ya babblas ja tidurnya.


Nah mulai gak fokus nih. Yuk kita balik ja ke tema. Mumpung alarm udah gak bunyi lagi dan TV udah saya matiin. Penginnya sih, saya tendangin ja nih TV karena tim kesayangan saya kalah, kesel juga tau. Hehehe, bercanda jangan dimasukkan di hati. Kali, saya kayak gitu, masak tim kesayangan kalah, TVnya yang dirusak, mikir dong ! Klo TVnya rusak ntar beli lagi, mubaddzirlah klo pun ceritanya lagi punya banyak duit. Inget ya, klo kata anak saya, mubadzdzir itu temennya syetan. Hehehe.


OOOO iya, kok jadi ngelantur kemana-mana ya?! Kita kan lagi ngobrolin Manc.City Vs Lyonnais. Berdasarkan prediksi seluruh manusia sejagad raya, pasti Man.City menang mudah atas Lyon. Dengan kemungkinan gol, 10 – 0 untuk kemenangan City. Mungkin yang tidak mengunggulkan City menang palingan supporter Lyon garis keras alias para fanatis karatan. Ini bisa dimaklumi sih, City kurang apa coba, para pemain bintang lima ada di setiap lini skuad City. Satu ja nich saya kasih tau harga, Si Riyadh Mahrez ketika didatangkan dari Licester, 60 juta paun, ntar saya Googling dulu ya, oya 1,171,260,000,000.00 (Setriliyun, seratus tujuh puluh satu milyar, dua ratus enam puluh juta rupiah) dengan kurs rupiah dengan Ponsterling, 19.521,64. Itupun angka 64 di belakang koma saya buang biar gak ribet ngitungnya, belum lagi pemain bintang yang lainnya. Waduh, duit sebanyak itu udah lebih dari cukup kali ya untuk membeli kehormatan kamu-kamu nich yang masih pada kere. Hehehe, maaf becanda, jangan dimasukin di hati. Anggap saja angin sepoi-sepoi, maksud saya angin lalu.


Baca juga : Selalu Ada yang Bisa Disyukuri


Tapi nyatanya, faktanya dan realitasnya di lapangan jauh panggang daripada api. Pas saya nulis ini, kok perasaan saya mengatakan ini lebay ngesot banget ya? Menurut lo lo pada, gitu gak sih? Saya yakinnya gitu. Hehehe. Lupakan saja. Kita balik lagi ke tema ya. Emang bener sih, permainan indah ala tiki-taka Pep Guardiola, Sang filosof taktisian sepak bola sejagad raya, dibuat tidak berdaya oleh strategi parkir bis di areal kotak pinalti dengan rapi, yang diterapkan oleh pelatih Lyon, Rudi Garcia. Sekadar informasi, taktik ini sebenarnya sering dipakai oleh seorang pelatih bengal dan edan, tapi jangan salah sudah sukses mempersembahkan banyak tropi juara, Jose Mourinho. Inspirasinya adalah filosofi Catenacio milik bangsa Italia. Kita simplekan saja menjadi “Italiano Style”.


Sedihnya lagi ya, plus hati berasa sakit seperti tersayat sembilu berkeping-keping, bek kanan buangan Jason Denayer si kribo yang sering disekolahkan City ke klub-klub lain malah tampil mempesona memikat hati, aduhai pokoknya, berhasil meredam daya ledak Raheem Sterling, winger kiri kesayangan Pep Guardiola. Addooo, nyesel nich kayakya Bos Pep telah ngebuang Denayer. Pi, apapun hasilnya inilah pilihan dan hasil ijtihad terbaik Pep Guardiola, yang jeniusnya di sepak bola tak kewer-kewer. Hehehe. Jangan berani-beraninya ya kamu nyalah-nyalahin dia. Ini kejuaraan antar tim terbaik se Eropa ya. Dia juga udah langganan juari di kompetisi-kompetisi terbaik di sono. Nah, elo juara antar kampong enggak, awas klo berani nyalah-nyalahin. Jaga lisan ya, karena lisan lebih tajam daripada golok. Hehehe.


Aduh cape juga ngomong mlulu, eh nulis terus dari tadi. Gini ja deh, sebenarnya City kalah dari Lyon, 1-3 karena faktor tidak beruntung saja. Ada momen di menit ke-80an, Raheem Sterling mendapat umpan mateng klo gak salah Debruyne keepernya udah mati kutu, bek Lyon udah tertinggal 3 langkah, tinggal nyocor aja ke gawang yang kosong gak terjaga, entah kenapa Sterling jadi gak tenang tu bocah, hingga bola cocorannya malah melambung di atas tiang  gawang. Secara hitungan matematis tu peluang sebenarnya, 99, 9 % tuh goal. Mungkin ini kali ya guys yang kita sebut sebagai takdir. Gak tau lah harus ngomog apa. Sambil garuk-garuk kepala nih, plus tangan di bawah dagu. Hehehe.


Ada lagi proses terjadinya gol ketiga Lyon oleh Musa Dembele, seluruh bek City sudah beranggapan itu sudah offside, sehingga tidak ada satu pun bek-bek City bereaksi, dan membiarkan Si Dembele berhadapan man-to-man langsung dengan keeper City. Jebolah gawang City. Entah kenapa wasit tidak menganggap itu offside.


Inilah indahnya sepak bola, bola sepak. Bulet menggelinding membawa permainan dan takdir. Terkadang keluar dari logika dan teori probability matematika. Maka keluarlah kata-kata bijak dari mulut para pelatih dan pemain yang kadang sukar mengerti dengan hasil sebuah pertandingan. Inilah sepak bola dan semua bisa terjadi.


Selamat buat Lyon karena sudah melaju ke babak final. Dan tetap cinta buat Man.City dan para pemain, karena telah menampilkan permainan yang luar biasa, penguasaan bola 65%, dengan permainan yang indah pula. 16 peluang tercipta, namun ternyata hanya satu yang berbuah gol. Tegakkan kepala, dan belajar dari hari ini untuk menjadi juara di musim depan. Ini bukanlah kegagalan, melainkan sebuah petunjuk bagaimana cara menjadi juara. Salam sehat bahagia, kaya raya dekat dengan Yang Kuasa. Tersenyum itu lebih indah.