Followers

Saturday, August 29, 2020

Ini yang Dilakukan Pep Guardiola Sehingga Menjadi Pelatih Terhebat Sedunia

 


Ngobrolin pelatih hebat dan terbaik di dunia sepak bola tidak akan pernah habis. Karena dari generasi ke generasi akan lahir seorang perancang taktik dan strategi permainan ini. Selama kompetisi sepak bola terus menggelinding.

Pep Guardiola salah satu pelatih yang sangat dikagumi oleh berbagai kalangan pecinta bola. Bukan hanya gelimang raihan tropi dan prestasi yang telah ia dapatkan, tapi pola permainan yang membuat orang yang menontonya seolah terhibur dan terhipnotis. Para penikmat bola menyebutnya sebagai sepak bola seksi.

Baca juga : Perjodohan Messi dengan Manchester City Berkah ataukah Musibah ? Ini Jawabannya

Ini kenapa dalam kisaran 10 tahun terakhir, kiblat sepak bola seolah beralih dari Catenaccio (pertahanan grendel) ala Italia menjadi passing game (tiki-taka) ala Spanyol. Sebenarnya tiki-taka sendiri dipopulerkan Sang Genius Pep Guardiola dengan super tim yang dihuni oleh nama-nama legenda Iniesta, Xavi, Messi dan Peque. Di masa ini juga, para pemain timnas Spanyol dihuni oleh separuh anak-didiknya.

Ini kenapa tiki-taka seolah membentuk warna permainan Timnas Spanyol dan menjadi Juara Dunia. Pelatih Timnas Spanyol mengakui pola permainan tiki-taka dimotori oleh legenda-legenda Spanyol tersebut. Dan kreatornya adalah Pep Guardiola.

Menarik diulas, tentunya Pep Guardiola tidak ujug-ujug jadi hebat berkualitas begitu. Ada sebab yang melatari kesuksesannya. Seperti kata pepatah dimana ada laki-laki sukses pasti ada wanita hebat di belakangnya. Halah, standard banget pemikirannya. Tapi, itu ada benarnya walau tidak mutlak. Yang akan disorot adalah filosofi permainan yang telah diserap olehnya, sehingga menghadirkan sebuah maha karya yang diikuti oleh dunia.

Secara basis permainan sebenarnya, Pep Guardiola banyak dipengaruhi falsafah Total Football (seluruh pemain dari keeper sampai striker terkoneksi membentuk suatu sistem permainan) yang dipopulerkan oleh Johan Cruyf, seorang jenius sepak bola pendahulunya. Pemikiran pendahulu yang sudah menjadi filosofi klub yang telah membesarkannya, mempengaruhi permainan seorang Pep, yang kebetulan posisi natural ketika bermain seorang gelandang. Tentu posisi inilah yang menjadi titik sentral pola permainan sepak bola total. Posisi ini juga yang paling dinamis.

Tidak heran ketika jadi pelatih, Pep maunya seluruh pemain di lapangan memiliki sudut pandang ini. Bahkan keepernya sekalipun harus memahami enggelnya. Uniknya Sang Keeper juga dituntut untuk mampu memainkan bola dengan baik di kakinya. Bahkan tidak perlu pakai tangan kalau tidak benar-benar darurat. Hasilnya luar biasa, bola akan terus mengalir di kaki pemain seolah tanpa henti.

Di masa mendekati akhir kariernya sebagai pemain, Pep Guardiola memutuskan bermain di salah satu klub Italia. Negara yang juga salah satu kiblat sepak bola, dengan kultur sepak bola yang jauh berbeda dengan Spanyol. Sepak bola yang lebih pragmatis. Dimana pusat permainan mengandalkan ketangguhan dalam bertahan, yang lebih familiar dengan Catenaccio. Gak ada urusan dengan sepak bola indah, yang terpenting kemenangan dan hasil akhir.

Pep Guardiola mungkin tidak mengambil mentah-mentah filosofi ini, tapi ada pengaruh Catenaccio dalam setiap tim yang dibangun olehnya. Tim yang dibangunnya, biasanya bahkan pernah menjadi tim paling sedikit kebobolan. Ini tidak terlalu diungkap oleh para analis, tapi nyatanya Sang Genius juga mengadopsi secara kreatif filosofi ini. Tentu dengan penyesuaian dengan skema permainan yang telah dia bangun.

Selepas dari Italia, Sang Calon pelatih hebat saat itu,  memutuskan untuk hijrah ke Amerika Latin. Dia memutuskan untuk bergabung dengan salah satu klub di sana, dalam bimbingan pelatih hebat juga Marcelo Bielsa. Dari pelatih ini pula, dia belajar strategi kepelatihan dengan menyebutnya sebagai pelatih hebat. Corak sepak bola Amerika Latin terserap dengan baik oleh Si Jenius. Bahkan salah satu partner bermainnya mengatakan, Pep selalu membawa media mencatat setiap kali ada hal yang dianggap penting yang disampaikan oleh mentornya.

Dari salah satu pelatih hebat ini, Pep mendapati strategi untuk secepatnya merebut kembali bola yang terlepas dari penguasaan timnya. Maka tidak heran apabila menjumpai tim asuhannya ketika kehilangan bola, akan menekan sistem penyerangan yang terkoneksi di tim lawan. Maka seorang striker sekalipun harus terlibat dalam upaya merebut bola ini.

Baca juga : Ini Penyebab Salah Satu Club Tersukses di Kolong Langit Barcelona, FC Terlihat Seperti Tim Kampung di Hadapan Muenchen

Akhir-akhir ini medi-media menyebutnya dengan gegen pressing. Selain tim yang diasuh Pep Guardiola, ternyata ada salah satu klub Inggris yang beru mejuarai Liga Primier Inggris 2019-2020, juga terlihat memperagakan strategi ini dengan corak Jermannya. Uniknya mentornya yang hebat, justru menangani tim liga dua Inggris, yang baru dibawa promasi ke Liga Primier. Menarik diikuti ada tiga pelatih yang memiliki corak strategi gegen pressing di Inggris.

Dari kisah perjalanan belajar Pep seorang pemain sepak bola, menjadi pelatih sepak bola hebat, bisa diambil kesimpulan. Untuk menjadi salah satu yang terbaik, maka harus belajar kepada yang terbaik. Walau pada tahap berikutnya perlu menambahkan unsur dirinya dalam sebuah karya.

Pep Guardiola sama saja dengan kebanyakan orang, tapi bisa menghasilkan sesuatu  karya yang luar biasa di bidang sepak bola, karena berpikir terbuka dan mau belajar. Dan yang lebih penting lagi, dia tahu sedang mempersiapkan diri menjadi pelatih dengan membawa catatan pada sesi latihan dari seorang pelatih yang dia kagumi. Tentu kesuksesannya disebabkan visi yang jelas yang dia tanamkan dalam dirinya. Dia perjuangkan dengan tekun dan belajar kepada yang terbaik. Salam sehat, kaya raya dekat dengan Yang Kuasa !


Ditulis oleh :

Tholibul Khair  MVB

Pengamat sekaligus analis taktikal sepak bola masa kini

No comments: