Followers

Saturday, December 17, 2022

Memperhitungkan Kekuatan Prancis dan Argentina dalam Laga Penahbisan Raja Bola 2022

Laga terakhir sekaligus penahbisan Sang Raja Bola 2022. Negara Qatar akan menjadi saksi sejarah penyematan mahkota raja. Kepada timnas mana dari dua negara terkuat dunia, akan dianugerahkan. 

Hari ini jam 22.00 WIB, waktu seolah berhenti, menyaksikan momen akbar dalam sejarah sepak bola. Dan yang berlari kencang hanyalah degup jantung jutaan pecinta bola, menikmati pertunjukan setiap sentuhan bola dari para artis si kulit bulat. Para pemain elit dunia. 

Prancis mewakili daratan Eropa dan Argentina dari benua nun jauh di Amerika sana. Bersua dalam sebuah negara yang bernama Qatar. Untuk memperebutkan suratan takdir, siapa yang paling  layak duduk di singgasana. 

Mari mencoba memandingkan kekuatan kedua negara. Siapa yang paling layak diantara mereka. Walau sebenarnya posisi dan langkah kedua negara sejauh ini sudah membuktikan sama layak menjadi raja. 

Lini serang

Prancis memiliki trisula Mbappe-Giroud-Griesman. Tiga striker ini siap meneror lini pertahanan Argentina. Dan sudah teruji sejauh ini. 

Argentina juga memiliki deretan penyerang yang tidak kalah menyeramkan. Tim tango akan mengandalkan tridente Alvarez-Messi-Martinez. Juga tidak kalah ganasnya. 

Uniknya Mbappe-Messi-Alvarez terlibat persaingan memperebutkan sepatu emas piala dunia, Qatar. Mbappe-Messi sama-sama mengemas 5 gol. Dan Julian Alvarez menguntit di belakangnya, dengan 4 gol.

Sekilas tampak jelas, lini serang Argentina lebih tajam ketimbang para striker tim Ayam Jantan, Prancis. Walau faktanya trisula perwakilan Eropa ini juga bisa membuat tim tango berderai air mata di akhir babak. Kalau tidak hati-hati. Ini ayam jantan, bukan ayam sayur. 

Lini gelandang

Argentina memiliki Mac Allister-Leandro Paredes-Thiago Almada. Prancis mengandalkan Tchouameni-Camavinga-Rabiot. Di sektor gelandang secara kasat mata, Ayam Jantan sepertinya lebih bertenaga walau tidak mutlak superior. 

Tembok pertahanan

Benteng kokoh Prancis akan coba mematahkan ketajaman lini serang Argentina. Kuartet Pavard-Kounde-Varane-Hernandes yang tampil solid sejauh ini, kemungkinan besar akan mengisi starting eleven wakil benua biru.  

Di kubu Albiceleste, Lisandro Martinez-Otamendi-Acuna-Tagliafico akan mencoba melumpuhkan lini serang Ayam Jantan.  Diperkirakan tembok Argentina tidak akan mudah memandulkan kejantanan Prancis. Sejauh ini, mental juara sudah teruji. 

Penulis menilai, lini pertahanan kedua tim relatih berimbang, dengan sedikit keunggulan di kubu Prancis, dengan hadirnya nama Kounde dan Varane. Tapi di partai final, keunggulan itupun menjadi relatif. Sama sekali tidak absolut. 

Menilik kekuatan dan materi pemain kedua tim bisa kita tarik benang merah. Argentina jauh lebih tajam di depan. Dan Prancis lebih kokoh di belakang. Lini gelandang kedua tim relatif berimbang, 11-12 utuk keunggulan Prancis. 

Diperkirakan adu taktik, skill dan fisik hari ini akan berjalan dengan tensi tinggi. Prediksi kemenangan 50:50 untuk kedua tim. Dan harus ada pemenangnya. Karena ini final. Sekaranglah saatnya atau tidak sama sekali. 

Salam sehat tampa batas !






Thursday, December 15, 2022

Sikap Simpatik Mbappe Pasca Prancis Menumbangkan Maroko


Semua pemain berharap menembus babak final, kemudian mengangkat tropi. Persoalannya ini hanyalah sebuah kompetisi dalam sebuah permainan. Dari banyak tim hanya satu yang lolos untuk jadi kampiun. 

Dalam mengarungi kompetisi tingkat dewa ini, para kontestan hadir ke Qatar dengan membawa harapan dan target. Entah pribadi atau sengaja dipasang oleh negara masing-masing. Karena ini emang permainan profesional. 

Dalam sepak bola dominan sisi olahraganya, kompetisi hanya media penyemangat saja. Ada banyak hal yang terkait di dalamnya. Mulai dari sarana prasarana, medis sampai media massa.   Karena dilakukan oleh orang-orang yang ahli di bidang masing-masing, kemudian dicap profesional. 


Pada saat pertandingan sebenarnya sudah ada wasit sebagai pengadil di lapangan, layaknya hakim dalam persidangan kasus. Karena dalam kondisi fisik dan emosional yang terpacu, beda pemikiran antar pemain rentan menimbulkan keributan. Antar pemain atau dengan wasitnya, karena sikap berlebihan melakukan protes.

Sebuah permainan tensi tinggi, dengan berbagai motifnya, bisa berdampak luas kemana-mana. Sering terjadi keributan di lapangan. Bahkan meluas menjadi bentrokan antar penonton. 

Kecintaan fans pada klub dan negara, bahkan berubah menjadi sebuah fanatisme. Tak jarang menjelma menjadi seperti sebuah rasa nasionalisme dalam bernegara. Apalagi melibatkan dua tim dari dua negara yang memiliki histori tertentu, bisa over heating tensinya. 


Nah apa yang dilakukan Mappe sangat berkelas dan cerminan pribadi sportif. Beberapa jam setelah kemenangan Prancis melawan Maroko, langsung memberikan pernyataan di akun twitternya, menguatkan pemain lawan. "Don't be sad bro, everybody is proud of what you did, you made history". "Gak usah bersedih Mas Bro, semua orang bangga terhadap apa yang telah kamu lakukan, kamu telah menciptakan sejarah".
Sungguh sebuah sikap yang elegan, dari seorang artis top sepak bola dunia. Dengan skill olah bola yang juga aduhai. Dengan sederat prestasi yang layak dibanggakan. Good Mbappe, semoga beruntung di final. 

Salam sehat tanpa batas !

Tuesday, December 13, 2022

Selamat Buat Julian Alvarez, Messi dan Argentina


Tak banyak yang perlu diobrolkan kali ini. Kemenangan 3-0 atas Kroasia hanyalah sebuah kenormalan yang benar-benar biasa saja. Mengingat ada sederet nama bertalenta di tim tango. Analisa cerdasnya silahkan dibaca pada tulisan-tulisan hebat sebelumnya di blog ini.

Messi emang harus disebut pertama, mengingat track recordnya. Berikutnya anak muda, Julian Alvarez. Kalau pelatihnya bosan bisa juga memunculkan Lautaro Martinez, langganan ujung tombak Inter. 

Jemu juga, boleh tuh Dybala yang sudah lama memperkuat Juve. Sekarang bersama Roma, dibawah komando pelatih Jose Mourinho. Skillfull dan kaya pengalaman. 


Maka gak heran sama sekali kalau di bangku cadangan saja penuh dengan para pemain dengan bakat dan atau pengalaman model Di Maria. Mantan gelandang Madrid, sekarang bersama PSG. Bener-bener sesak dengan bintang dan matahari, seperti logo negaranya. 

Salam sehat tanpa batas !

Monday, December 12, 2022

Otak-Atik Calon Juara Piala Dunia 2022 Qatar

Gelaran akbar sepak bola tinggal menyisakan empat pertandingan lagi. Momentum medekati puncak, makin sederhana dianalisa. Juga makin sulit menentukan sang juara. 

Berikut jam tayang Argentina Vs Kroasia, Rabu tanggal 14 Desember, jam 02.00 pagi dini hari. Prancis Vs Maroko, Kamis tanggal 15 Desember, jam 02.00 pagi dini hari. Catat, jangan sampai kelewat, ntar nyeselnya gak kelar-kelar. Momentum ini empat tahun sekali lho ya. 

Berandai-andai saja, separuhnya kemungkinan. Kroasia sebagai pemenang, pada hari Rabu nanti. Dan hari Kamisnya Maroko yang memenangkan pertandingan. Partai puncak akan disuguhkan pertandingan dua tim penuh kejutan, dengan sistem klasik ala Italia, catenaccio. 

Baca juga : Ini yang Dilakukan Pep Guardiola Sehingga Menjadi Pelatih Terhebat Sedunia

Permainan yang menitikberatkan pada kokohnya lini pertahanan, dengan sesekali melancarkan serangan balik cepat. Kalau perlu secepat pesawat sukhoi. Dan setajam mata panah Arjuna. Jiah. 

Menilik dari riwayat kedua tim yang kerap melanjutkan ke babak perpanjangan waktu. Selanjutnya, menghabisi lawan dengan adu pinalti. Dan ternyata dua tim sama-sama memiliki dua keeper tangguh.  Dominik Livakovic milik Kroasia dan Yassine Bounou di bawah mistar Maroko. 

Anggap saja, prediksi tim kejutan memenangkan pertandingan tidak terjadi. Yang keluar sebagai pemenang, Argentina dan Prancis. Di final akan disuguhkan sepakbola attraktif ala Amerika Latin dan keseimbangan tim style Eropa. 

Opsi kedua ini, akan jauh lebih menarik untuk ditonton. Dengan adanya pertarungan para striker top dunia. Sebut saja Mbappe di Prancis dan Messi memperkuat Argentina. Cuma, membosankan dari sisi persaingan dan dominasi tim Eropa dan Amerika Latin. 

Baca juga : CATUR PERMAINAN DAN MANFAATNYA

Taruhlah kedua opsi ini tidak terjadi. Salah satu Argentina atau Prancis yang menang, sedang salah satu dari Kroasia dan Maroko kalah. Maka kisah tim defensif memenangkan pertandingan lagi di final kemungkinan besar terulang. Atau tim ofensif, berhasil memutus trend itu. Kita tunggu saja hari H-nya. Bola itu bulat mas bro. 

Salam sehat tanpa batas !



Saturday, December 10, 2022

Maroko Kejutan Inggris Butuh Mentalitas Juara


Inggris harus mengakui ketangguhan mental Prancis. Bagaimana para pemain lincah milik negeri Raja Charles, macam Foden, Bukayo, Rashy dan Sterling tidak mampu menembus catenaccio ala menara Paris. Descham telah berhasil menyuntikkan mentalitas juara pada timnya. 

Peluang terakhir yang dimiliki Imggris setelah tertinggal 2-1 berkat goal pemain gaek Giroud, Kane gagal menjalankan tugas pinalti kedua. Setelah Mount dilanggar Theo Hernandes di kotak terlarang tim ayam jantan. Entah bagaimana menyebutnya, kurang beruntung atau kurang tenang. 

Skor 2-1 berhasil dipertahankan Prancis hingga laga usai.  Walau di menit-menit terakhir Inggris terus mencoba memberikan tekanan dengan hadirnya pemain-pemain lincah mereka. Mentalitas dan kejelian menerapkan taktik yang geniuslah penentu laga big match ini. 


Di partai lainnya, Maroko berhasil memulangkan salah satu favorit juara lainnya, Portugal dengan skor 1-0. Negara Afrika ini memperkokoh jargon, sepak bola itu bulat. Hasil akhir kadang tidak sesuai dengan prediksi di atas kertas para analis.

Youssef En-Nasyri pemain yang memperkuat Sevilla menjadi pahlawan kemenangan Maroko di menit 42. Layak diperhitungkan, bagaimana tim kejutan ini, membabat habis tim-tim kuat Eropa. Mungkin hanya sebuah keberuntungan, atau memang buah dari kejelian pelatihnya dalam menerapkan taktik sesuai SDM pemainnya. 

Maroko menerapkan sistem pertahanan rapat ala catenaccio untuk menghadapi dominasi Portugal. Di tengah trend dan maraknya tim dengan penguasaan bola dominan, ternyata tuah pertahanan grendel masih tersisa dalam diri Maroko. Uniknya, negara asal taktik ini, Italia malah tidak lolos ke Qatar. 

Menarik diamati dua tim Prancis dan Maroko berhasil merangsek ke babak 4 besar setelah menyingkirkan lawan masing-masing. Terlihat jelas mereka kuat dalam bertahan, menghadapi gempuran lawan. Sambil melihat celah melakukan counter attack. Apakah ini sebuah indikasi, bahwa sepak bola telah berbalik arah dari tiki-taka ke catenaccio lagi ? Cukup seksi untuk dinantikan. 


Pada babak semi final, Prancis telah menunggu Maroko. Bisakah perwakilan Afrika, sekali lagi membuktikan mampu menaklukkan Eropa? Jika ia, berarti esensinya memang layak juara. Ditunggu saja kisahnya. 

Salam sehat tanpa batas !


Inggris Vs Prancis Big Match Piala Dunia 2022 Qatar


Laga besar akan tersaji besok pagi. Tanggal 11 Desember 2022, jam 02.00 WIB.  Inggris meladeni tantangan Prancis. 

Eropa salah satu kiblat sepak bola modern. Tak terkecuali Prancis dan Inggris. Kedua raksasa akan baku hantam untuk memperebutkan satu tiket ke semifinal. Yang terkuatlah yang akan maju sebagai semifinalis untuk membuktikan diri layak sebagai juara. 

Mari bandingkan antar lini kedua tim. Mulai lini depan. Mbappe di kubu Prancis dan Kane di tim Inggris. Mbappe top skor sementara Piala Dunia Qatar, dengan 5 goal. 
Kane malah belum terlibat dalam persaingan top skor sementara. Tapi rekannya Bukayo dan Rashford telah mencetak masing-masing 3 goal. 


Turun ke lini tengah masing-masing tim. Tchouameni dan Rabiot akan mengatur ritme dan pola permainan Prancis dalam skema 4-2-3-1. Di pihak Inggris ada nama yang sedang naik daun, Jude Bellingham, Declan Rice dan Henderson jika menggunakan tiga gelandang. Sektor ggelandang kedua tim seimbang. 

Mundur ke lini pertahanan. Dengan formasi 4 bek, Inggris bisa menurunkan duet John Stone dan Tripper di sentral beknya. Diapit Luky Shaw kiri dan Kyle Walker kalau bugar,  kanan.

Di Timnas Prancis dengan 4 bek. Nama Upamecano dan Konate bisa berduet di jantung pertahanan. Diapit Pavard dan Hernandes di sisi kanan kiri. Sektor belakang kedua negara sama kuat. 

Posisi keeper juga tidak beda jauh persaingannya. Lloris keeper Prancis milik Tottenham. Dan Ramsdale yang lagi bersinar bersama Arsenal bisa digunakan Inggris untuk mengamankan gawang. 

Kursi pelatih sebagai otak taktikal, mempertemukan pelatih beda kelas. Descham di Prancis dan Southgate di Inggris. Descham lebih unggul karena telah mempersembahkan tropi piala dunia sebelumnya dan piala Eropa. Jadi, Prancis unggul. 

Ditambah fakta bahwa dalam 10 pertemuan terakhir di semua ajang, Prancis menang 9 kali, sisanya milik Inggris. Jadi Prancis didukung rekor kemenangan jangka menengah. 


Prediksi:

Melihat komposisi pemain dan pelatih kedua tim. Peluang menang dan kalahnya sama-sama 50-50. Kedua tim sama kuat, walau pada akhirnya harus ada yang kalah. Dan Prancis diuntungkan rekor pertemuan sebelumnya. 

Sekali lagi bola itu bulat, menggelinding mengikuti petunjuk takdir. Dan memilih siapa yang akan menjadi pemenangnya.  Dengan segala upaya yang dilakukan pemain dan pelatih tentunya. 

Salam sehat tanpa batas !

Mampukah Maroko Memulangkan Portugal dari Qatar?

Maroko merupakan tim kejutan yang merangsek masuk ke dalam salah satu tim terbaik di babak 8 besar dunia.  Sebelumnya tidak terlalu diperhitungkan. Karena biasanya tim-tim dari Afrika hanyalah kuda hitam.  Sama kayak Asia-Australia yang hanya numpang lewat. 

Kemudian menjadi fenomenal karena mampu melengserkan Spanyol, salah satu kandidat juara, dari perhelatan akbar ini. Bisakan kejutan yang ditunjukkan Maroko berlanjut? Atau hanya cukup terhenti di 8 besar, sebagai catatan terbaiknya. 

Ada dua nama bintang yang layak untuk diperhitungkan di tim Afrika ini. Achraf Hakimi dan Hakim Ziyech. Achraf Hakimi yang besar di akademi Real Madrid, sekarang memperkuat sektor bek PSG, di League 1. 

Baca juga : Ingin Berlaga di Piala Dunia? Ini yang Dibutuhkan Indonesia!

Hakim Ziyech, juga salah satu nama di tim Maroko yang juga patut diperhitungkan perannya di tim asal Afrika. Pemain yang memperkuat salah satu raksasa London, Chelsea di Premier League. Liga utama Inggris, yang terkenal liga terbaik saat ini.

Posisi Ziyech sendiri bisa gelandang, atau penyerang sayap. Pria kelahiran Belanda ini, sudah memperkuat Belanda untuk setiap kelompok umur. Sekarang terlempar ke Maroko. 

Tentu sebagai tim, Maroko tidak hanya bergantung kepada dua pemain ini. Namun, keberadaan kedua pemain bintang ini, akan mengangkat moral tim. Ditambah lagi diperkuat Yassine Bono di bawah mistar gawang, telah menunjukkan kualitasnya ketika menyingkirkan tim matador di babak gugur. 

Sekaranglah saat yang tepat bagi Timnas Maroko, wakil Afrika untuk membuktikan mereka mampu menciptakan sejarah baru. Mengalahkan salah satu raksasa Eropa, Portugal dengan Cristiano Ronaldonya. Atau tidak sama sekali. 

Di pihak Portugal sendiri sudah sangat siap untuk meladeni tantangan Bono Cs. Ini dibuktikan dengan keberhasilan Pepe dan kawan-kawan meluluhlantakan Swiss dengan kemenangn 6-1 di babak 16 besar. Merupakan alarm yang berdering nyaring bagi tim manapun yang bersua Portugal. 

Sederet label bintang bertebaran di skuat Portugal. Mulai dari keeper sampai penyerangnya. Sebut sebagian saja. 

Baca juga : CATUR PERMAINAN DAN MANFAATNYA

Ruben Dias pemain Manchester City akan berpartner dengan mantan bek tangguh Madrid, Pepe. Cancelo bek kiri dan Dalot di sektor bek kanan. 

Lini tengah akan dipercayakan kepada Bernardo Silva gelandang lincah milik City. Berpartner dengan William Carvalho dan gelandang Porto, Otavio. Menilik nama-nama lini tengah, diperkirakan Portugal akan menguasai lini tengah. 

Sektor penyerangan kemungkinan besar akan dipercayakan kepada Goncalo Ramos, peencetak hattrick ke gawang Swiss.  Diapit oleh Joao Felix penyerang Atletico Madrid dan Bruno Fernandes pemain Manchester United.  Tentu dengan nama-nama beken ini, Portugal berpotensi menciptakan bencana buat Maroko. 

Tapi sepak bola bukan ilmu pasti. Di atas kertas Maroko akan gampang dikalahkan Portugal. Minimal 2-0, berdasar analisis skuat yang ada. 

Kalau Maroko mampu memaksakan pertandingan pada babak pinalti. Ada kemungkinan dan peluang untuk memenangkan pertandingan, melangkah lebih jauh. Mengingat keahlian Mas Mono, eh Bono dalam menepis pinalti. 

Salam sehat tanpa batas !


Friday, December 9, 2022

Hasil Laga Menuju 4 Besar Piala Dunia 2022 Qatar


Laga Brazil Vs Kroasia digelar tadi malam jam 22.00. Dengan hasil sama kuat 1-1, hingga babak extra time 2x15 menit usai. Berlanjut pada babak tostosan. 

Dominik Livakovic, keeper Timnas Kroasia keluar sebagai pahlawan kemenangan timnya. Pemain yang bermain untuk klub Dinamo Zegreb ini berhasil mementahkan 6 peluang Brazil di babak normal. Dan menggagalkan 2 tembakan pinalti dua pemain Brazil, Rodrygo dan Marquinhos. Skor akhir adu tosan pun 4-2 untuk kemenangan Kroasia. 


Kemenangan ini mengantarkan Kroasia ke babak semi final. Tim tangguh lainnya dari Amerika Latin sudah menyusul di fase berikutnya. Sungguh perjalanan yang berat. 

Argentina melaju ke 4 besar setelah berhasil mengandaskan perlawanan sengit dari Belanda. Unggul 1-0 di babak pertama dari goal Lautaro Martinez, tidak membuat tim tango bermain dengan nyaman di babak kedua. Negeri kincir angin memberikan perlawanan yang sengit. 

Nyaris tertinggal 2-0, Belanda berhasil menyamakan kedudukan di sisa waktu 7 menit waktu normal.  Lewat goal pemain pengganti Wout Weghors.  Ditambah 1 satu goal lagi, dari goal Teun Koopmeiner melalui skema tendangan bebas, di waktu tambahan 10 menit. 

Pertandingan yang menegangkan. Argentina yang seolah sudah menyeselaikan pertandingan dengan skor 2-0, dibuat gelisah dengan perlawanan Belanda yang tak kenal menyerah di sisa waktu 17 menit terakhir. Malah berlanjut pada babak pinalti karena Belanda berhasil menyamakan skor jadi 2-2.

Pada sesi adu pinalti, Argentina berhasil mengalahkan Belanda dengan skor 4-3. Vandijk dan Bergwin dari kubu orange gagal menjalankan tugas pinalti dengan baik. Dari kubu tango, ada nama Enzo Fernandes yang juga mengalami nasib serupa. 


Berdasar hasil ini perwakilan Amerika Latin berhasil menyegel satu tempat di semifinal. Laga Argentina melawan Kroasia layak untuk dinantikan. Takdirlah yang akan memilih tim mana yang akan keluar sebagai juara, ketika seluruh upaya telah dikerahkan. 

Salam sehat tanpa batas !




Ini Dia Kekuatan Belanda dan Argentina dalam Pertandingan Perempat Final World Cup Qatar

Belanda sepuluh kali tampil di Piala Dunia sejak 1934, 3 kali mencapai final. Tepatnya pada gelaran tahun 1974, 1978  dan 2010. Sayangnya dari tiga kali mencapai laga puncak tidak satupun berakhir sebagai juara. Makanya tim orange ini dikenal sebagai raja tanpa mahkota.

Ada banyak bintang yang dilahirkan Belanda. Para pemain hebat ini meramaikan berbagai kompetisi top Eropa. Sebut saja Wesley Sneidjer, yang malang melintang bersaama Ajax, Real Madrid, Inter Milan dan Galatasaray. Salah satu nama besar yang dimiliki negri kincir angin.

Nama lain ada mantan gelandang Madrid dan Hotspur,  Rafael Ferdinand Van der Vaart. Juga salah satu bintang dan nama populer di kalangan pecinta bola pada masanya. Layak disandingkan dengan para profesional lainnya. Serta masih banyak lagi yang tidak bisa disebut satu-satu.

Baca juga : Gara-Gara Pemain Sering Thowaf di Ka'bah Arab Saudi Mengalahkan Argentina

Yang terbaru para bintang yang masih bersinar, dibawa Belanda ke Piala Dunia Qatar, ada nama Gakpo yang bersanding dengan Mbappe dan Rashford dalam daftar pencetak goal terbanyak saat ini. Dengan gelontoran 3 goal. 

Sektor gelandang diisi bintang Barcelona Frenkie de Jong. Lini belakang ada Vandijk, yang sedang bersinar bersama Liverpool dan Natan Ake bek andalan Manchester City. Tim Nasional Belanda lumayan bertabur bintang di setiap lininya.

Di kursi kepelatihan, Louis Van Gaal salah satu pelatih papan atas Eropa, walau tidak terlalu sukses ketika menangani tim MU. Melihat materi pemain dan pelatih yang ada, orange siap bersaing memperebutkan gelar juara. Tinggal dilihat jalan takdir akan menentukan siapa yang akan jadi juara. Pada fase ini, semua tim sudah masuk 8 tim terbaik dunia, bedanya kecil sekali.

Di tim Argentina juga tidak kalah bagusnya. Ada nama-nama tenar menghiasi tim. Messi bintang PSG. Julian Alvarez penghuni tim utama Manchester City. Lautaro Martinez ujung tombak Inter Milan.

Lini depan Tim Tango dihuni nama-nama bomber haus goal yang sudah teruji di klub masing-masing. Baik secara mental kompetisi atau tekhnis. Lagi-lagi Argentina juga slah satu tim yang layak diperhitungkan sebagai juara.

La Albiceleste julukan Argentina ditukangi oleh pelatih yang masih tergolong muda, Lionil Scolani. Pelatih yang sudah mempersembahkan Copa America edisi 2021 yang lalu bersama skuat ini. Tentu tidak diragukan lagi kemampuan taktiknya.

Tidak seperti Belanda, Argentina sudah pernah menjadi raja piala dunia dengan dua mahkota. Tahun 1978 dan 1986. Secara sejarah tim Tango lebih kaya.

Negara ini sudah banyak melahirkan para bintang sepak bola. Yang paling fenomenal adalah Diego Armando Maradona dan legenda hidup dan masih aktif bermain saat ini Leonel Messi sendiri. Dan sederet nama beken lainnya.

Laga ini bisa disaksikan hari Sabtu, jam 02.00 WIB disiarkan langsung TV swasta nasional. Sayang sekali kalau melewatkan tayangannya. Karena evennya 4 tahun sekali. 

Baca juga : Oleh-Oleh dari Singapore

Prediksi pertandingan :

Pertandingan ini akan menyajikan tontonan pertandingan level tinggi. Peluangnya 50:50  untuk kedua tim. Dengan Argentina sedikit diunggulkan karena faktor materi pemain dan sejarah yang mengirinya. Namun sepak bola bukan matematika, hasilnya pasti. Bola itu bulat, hasilnya bisa saja keluar dari prediksi banyak orang. Kedua tim layak juara tahun ini. Tinggal menunggu takdir yang akan memilihnya.

Salam sehat tanpa batas !



Wednesday, December 7, 2022

Mengintip Kekuatan Brazil dan Kroasia dalam Pertarungan Perempat Final Piala Dunia 2022

Pada hari Jum'at tanggal 9 Desember 2022, jam 22.00,  kita akan menyaksikan laga seru antara dua tim yang telah berhasil membuktikan diri sebagai salah satu tim terbaik dunia saat ini. Brazil Vs Kroasia. Dua tim lintas benua, yang mewakili negara dengan kultur sepak bola yang sangat kental.

Prestasi terbaik Kroasia sejak keikutsertaannya dalam ajang piala dunia, berhasil menembus babak final Piala Dunia tahun 2018 di Rusia. Sebelum ditumbangkan Prancis dengan skor 4-2. Sekaligus Prancis berhasil menjuarai ajang tersebut. Dan Kroasia menjadi runner-upnya.

Pemain yang masih tersisa seperti Luka Modric masih menjadi andalan di lini tengah. Meski sudah berumur 37 tahun dan  tidak lagi muda, pemain yang merumput bersama Real Madrid ini masih dipercaya sebagai mentor bagi timnya. Mengingat pengalaman bermiain di level tertinggi dan berbagai tropi yang telah diraih. 

Kroasia masih dilatih oleh orang yang sama yang berhasil mengantarkan negara ini sebagai runner-up pada tahun 2018 silam, Zlatko Dalic. Taktisian oportunis yang sering gonta-ganti formasi dalam mengahadapi berbagai pertandingan. Tergantung lawan yang akan dihadapi. Terlihat dari formasi yang sering digunakannya dalam menyussun pemain, 4-2-3-1, 4-3-2-1, dan 4-1-4-1.

Baca juga : Membaca Peta Formasi 4-1-4-1 dalam Memenangkan Football Game

Sejauh ini Dalic sudah membuktikan bahwa dia juga layak diperhitungkan. Raihan runner-up tentu sebuah prestasi tersendiri bagi seorang pelatih. Sekarang berlaga di perempat final, merupakan bukti berikutnya dari sebuah kecerdikan dan konsistensi.

Coba kita lirik tim samba Brazil. Berbeda dengan Kroasia yang mentok pada posisi runner-up. Brazil merupakan pemengang gelar juara terbanyak di turnamen internasional ini. Dengan merengkuh 5 tropi. Negara ini rajanya. Tepatnya tahun 1958, 1962, 1970, 1994 dan 2002.

Dengan sejarah besar yang menempel pada  Brazil, di setiap turnamem 4 tahunan ini berlangsung, otomatis akan menjadi kandidat juara. Walau bersifat tidak pasti, tapi seluruh pengamat bola dunia, akan menempatkannya pada posisi favorit. Super powernya sepak bola. 

Mari kita lihat struktur pemain di dalamnya, Neymar sebagai salah satu pemegang rekor pemain termahal saat ini. Dengan nominal transfer dari Barca ke PSG tahun 2017, 222 juta euro. Kurs rupiah saat ini, 16.409.08. Berarti harga mega transfersnya 3.6 triliun rupiah. Uang sebanyak ini kalau dibelikan cendol tentu akan menjadi sungai, banjir lagi.

Baca juga : Ini Alasan Tim-Tim Kecil di Inggris Kerap Menggunakan Formasi 3-5-2

Kita lihat nama lain, ada Antony yang merumput bersama MU. Vinicius dan Rodrygo dengan Real Madrid. Jesus di Arsenal. Richarlison bersama Hotspurs. Alisson bersama Liverpool. Ederson keeper utama City. Dan sederet nama bintang di setiap lininya.

Di kursi pelatih tercantum nama Tite, pelatih yang berhasil mengantar Brazil sampai perempat final piala dunia edisi 2018. Menjuarai Copa America 2019, setelah 12 tahun puasa gelar. Prestasi yang cukup bagus bagi seorang pelatih. Formasi yang sering dipakai 4-3-3.

Melihat sisi sejarah kedua tim, Brazil jelas lebih unggul dari Kroasia. Demikian juga dari komposisi pemain, lagi-lagi Brazil lebih terlihat menjanjikan dari segi skill bermain, karena diperkuat para pemain bintang yang bertebaran di klub-klub elite Eropa. Di kursi pelatih Dalic dan Tite relatif seimbang.

Dalam laga nanti Brazil lebih diunggulkan untuk memenangkan pertandingan dan melaju ke babak selanjutnya. Prediksi ini tidak mutlak karena sifat relatif yang menempel dalam sepak bola. 70:30 untuk kemenangan tim samba. Bola itu bulat.

Salam sehat tanpa batas !



 

 

Tuesday, December 6, 2022

Hebat ! Ada Pemain Indonesia dalam Kemenangan Maroko atas Spanyol


Mungkin hanya segelintir orang yang memperkirakan Maroko akan menjungkalkan tim matador. Tim dengan kultur sepak bola yang kuat. Salah satu kiblat sepak bola modern. 

Hanya bermodalkan satu bintang Chelsea, Hakim Ziyeh yang ikut mengantarkan The Blues menjuarai Liga Champion Eropa edisi 2021 kala bersua Manchester City di Final. Di bawah komando Tuchel, yang menakodai tim biru asal Kota London kala itu. Melawan taktisian genius di kubu The Sky Blues, Pep Guardiola. 

Baja juga : Perjodohan Messi dengan Manchester City Berkah ataukah Musibah ? Ini Jawabannya

Terlibat dengan momentum pertarungan tingkat tinggi di antara dua pelatih dan sekaligus dua tim tangguh Eropa, seolah menyuntikkan virus mindset pemenang dalam diri Ziyeh. Virus itu pun menjalar ke seluruh tim Maroko.  Tak ayal lagi, tim yang bahkan kurang dilirik seluruh pengamat bola manapun ini, mampu menahan para penakluk banteng selama 2x45 menit waktu normal. Itupun sudah prestasi tersendiri sebenarnya. 

Pelatih Maroko seolah hanya perlu menduplikasi taktik Tuchel ketika mengalahkan Pep di final Liga Champion. Manchester City kala itu menguasai penguasaan bola. Memaksa Chelsea bertahan dengan mengandalkan serangan balik. Uniknya, Ziyahlah yang jadi penentu kemenangan Chelsea dengan goal tunggalnya. 

Baca juga : Membaca Peta Formasi 4-1-4-1 dalam Memenangkan Football Game

Luis Enrique bukanlah pelatih sembarangan. Mantan pelatih Barca plus Messi ini, telah munyumbangkan banyak tropi untuk klubnya. Penerus tiki-taka khas Spanyol. Dipaksa bermain imbang di waktu normal sampai 2x15 menit babak perpanjangan waktu usai. 

Kali ini bukan Ziyeh yang menjadi penentu kemenangan Maroko atas Spanyol. Tapi keeper Maroko dengan nama Jawa ini yang menjadi pahlawan salah satu perwakilan timur tengah. Mono. Ya, kita gak salah eja. Mirip dengan nama pemilik restoran ayam bakar "Mas Mono".

Mas Mono, maaf yang dimaksud Mono keeper Maroko, berhasil mementahkan 3 tembakan pemain Spanyol dalam adu pinalti. Termasuk tembakan salah satu pemain senior, Busquest. Yang sudah merasakan berbagai gelar juara bersama Barca. Skor akirpun menjadi 3-0 untuk kemenangan Maroko. 

Luar biasa Maroko. Telah menginspirasi bagaimana cara bermain melawan kandidat juara. Kita tunggu kiprahmu di fase berikutnya. Lawan selanjutnya, Portugal menunggu di depan mata. 

Salam sehat tanpa batas !




Sunday, December 4, 2022

Prancis Vs Polandia Bukan Sekadar Pertarungan Mbappe dan Lewandowski, Ini Hasilnya


Secara kasat mata hampir 60% manusia di planet bumi ini akan mengatakan Prancis akan keluar sebagai pemenang. Sisanya mungkin ke Polandia. Itu pun mungkin warga negara sana. 

Dari sudut pandang netral, pasti ke Prancis. Skuat prancis dihuni pemain-pemain yang berlaga di liga top Eropa. Bukan cuma itu, lebih spesifik memperkuat tim-tim kuat dengan mentalitas juara. 

Mbappe bersama PSG. Varane dengan MU. Lloris Memperkuat Hotspurs. Dan bamyak lagi. Mungkin gak perlu disebutkan semuanya. 

Beda dengan Polandia, Lewandowski satu-satunya pemain yang paling populer di tim mereka. Scezny mungkin termasuk di dalamnya. Yang lain, cendrung tidak dikenal. Walau berarti bukan, tidak bagus. 


Tidak dapat dipungkiri, para pemain yang terasah di kompetisi yang kompetitif, akan menciptakan skill dan mental juara pemain. Ini dibuktikan, selama dua puluh menit pertama, Polandia dikurung dalam areal pertahanan sendiri. Cuma sesekali keluar melakukan serangan balik. 

Prancis terlihat mendominasi permainan.  Kerjasama Dembele, Giroud dan Mbappe berhasil merepotkan para pemain Polandia yang bertahan total di belakang. Entah apalah istilahnya. Parkir kereta api juga boleh. 

Sebenarnya Polandia juga terlihat mengerikan ketika berhasil menguasai bola dan memberikan serangan balik, pada menit 30an. Dengan berhasil memborbardir pertahanan Prancis dengan tembakan bertubi-tubi. Namun, lini pertahanan Prancis yang dikomanadoi Varani dan Kounde berhasil menetralisir semua peluang yang ada. 

Di penghujung babak pertama, tepatnya menit ke 43, para pemain Prancis berhasil memecah kebuntuan. Sebuah umpan matang berhasil diselesaikan dengan apik oleh Giroud menjadi goal. Skor berubah 1-0 untuk keunggulan Prancis. 

Pada babak kedua berjalan nyaris tidak ada perubahan pola permaian. Masih dalam kendali Prancis. Kedua tim melakukan pergantian pemain. 


Sampai pada menit 74 umpan matang sampai pada Mbappe. Bintang PSG ini pun berhasil menghujamkan bola ke gawang Polandia. Skor berubah 2-0 untuk keunggulan Prancis. Menit ke 90 Mbappe berhasil menambah keunggulan menjadi 3-0. Goal hiburan Polandia dicetak Lewandoski dari titik putih pada masa injury time. Skor 3-1 bertahan hingga peluit panjang dibunyikan, untuk kemenangan  Prancis.

Salam sehat tanpa batas ! 



Thursday, December 1, 2022

Belgia Emang Tidak Sebagus Manchester City

Penasaran mengetahui Kevin Debruyne mengeluh harus beradaptasi dengan permainan temen-temennya di Timnas Belgia. Penulis sempatkan menyaksikan Belgia melawan Kroasia. 15 menit pertama, sudah ketahuan alasan jendral lapangan tengah Manchester City ini mengeluh. 

Belum genap semenit pluit tanda pertandingan dimulai, gawang Curtois sudah terancam oleh sayap kiri Kroasia. Bukan bermaksud mendukung Debruyne, tapi tampak sekali kualitas pasing dan kemampuan menahan bola para pemain Belgia tidak sebagus para pemain City. Umpan sering eror dan ketika menguasai bola gampang direbut pemain lawan. 

Masih ada momentum dimana umpan terobosan berkelas dari Kevin ke sayap kiri, membuka peluang yang sangat matang. Lagi-lagi kualitas penyealesain Merten yang masih belum klinis, melambung kemana-mana. Peluang terbuag percuma. 


Untuk level Eropa, Belgia tidak jelek-jelek amet. Menjadi sebuah persoalan ketika publik negara tersebut menginginkan, persaingan di level tertinggi. Maka para pemain dalam tim nasional ini terkesan kurang terlalu bagus. 

Skor babak pertama pun, berakhir dengan sama kuat 0-0. Jadi Belgia pun aman. Walau sebenarnya ada momen pelanggaran di kotak pinalti. Bahkan wasit sempat menujuk titik pinalti, sebelum digagalkan oleh VAR, karena para pemain Kroasia dianggap offside terlebih dahulu. Untung saja. 

Babak kedua Martinez melakukan pergantian Merten dengan Lukaku. Dengan tujuan memberikan ketajaman dan efektifitas penyelesain akhir jadi goal. Ternyata hasilnya sama saja, pemain pinjaman Inter dari Chelsea ini tidak dalam form terbaik.  Menyia-nyiakan 4 peluang yang di miliki. 


Hasil akhir pun menjadi 0-0. Dengan hasil ini Belgia harus angkat kaki dari gelaran piala dunia kali ini. Bye Belgia. 

Generasi emas belgia tidak seperti yang diberitakan media. Ternyata bukan apa-apa. Hanya kumpulan pemain biasa saja. Keberadan Curtois, Debruyne  Hazard dan Lukaku pun tersa sia-sia. 

Debruyne benar.  Sehebat apapun dia mebdistribusikan umpan matang, tampa diimbangi kemampuan penyelesaian akhir temen-temennya, nonsen. Generasi emas itu ternyata hanya kumpulan kerikil. 

Salam sehat tanpa batas ! 




Saturday, November 26, 2022

Arab Saudi Menyulitkan Lewandowski Bersama Polandia


Lagi-lagi Arab Saudi. Menaklukkan Argentina mungkin hanya sebuah kebetulan. Jika hanya terjadi sekali. Penilaian akan berbeda kalau mampu mengimbangi permainan tim-tim mapan dunia. 

Kali ini pertandingan tertuju pada lawan dengan standard Eropa. Polandia yang dipeerkuat salah satu bintang klub legendaris, Barcona. Lewandowski dengan Polandia, tentu bukan nama sembarangan. 

Tampak Arab Saudi bermain dengan kepercayaan diri yang tinggi setelah sebelumnya mengalahkan Argentina. Permainannya pun mengalir dengan rapi, dari belakang ke lini gelandang sampai le lini serang. Pola permainan ini mampu memaksa para pemain Polandia bermain bertahan. 

Baca juga : Gara-Gara Pemain Sering Thowaf di Ka'bah Arab Saudi Mengalahkan Argentina 

Melihat cara bermain Arab Saudi, tidak ada ketakutan sama sekali. Seolah mereka tidak peduli tim yang dihadapi salah satu tim yang layak diperhitungkan bersaing dengan tim elit dunia. Dengan keunggulan tekhnis dan pemahaman taktik yang matang. 

Tim Arab kurang beruntung babak pertama dengan banyaknya peluang yang terbuang percuma. Terbentur kegemilangan Sczesny yang berhasil mementahkan pinalti Saudi. Berhasil menyuntikkan moral Polandia, yang justru unggul 1-0 di babak pertama. 

Pada babak kedua para pemain Saudi tetap saja bermain dengan tempo tinggi. Ketahanan fisik mereka sepertinya tidak berkurang sedikitpun. Bermain dengan umpan-umpan pendek, terkadang berlari dengan kecepatan. 

Polandia mampu meredam serangan dengan bertahan dengan rapat, dan melakukan counter attack dengan efektif. Ada beberapa peluang Polandia yang menerpa mistar gawang. Ketenangan dan mentalitas tim Eropa memang tidak bisa dipungkiri. 

Baca juga : Qatar Vs Ecuador Laga yang Tidak Seimbang

Sial bagi Arab di menit ke 82 bek melakukan kontrol bola yang tidak sempurna, berhasil direbut dan dimaksimalkan jadi goal kedua oleh Lewi. Skor berubah 2-0 untuk keunggulan Polandia. Sepertinya permainan telah selesai. Dengan sisa waktu 8 menit sulit mengejar ketertinggalan. 

Arab bermain dengan baik, namun kurang klinis memanfaatkan peluang di depan gawang. Polandia yang hampir sepanjang pertandingan ditekan berhasil menetralisir serangan. Serta lebih licin di depan gawang. Skor 2-0 bertahan hingga peluit akhir dibunyikan. 

Salam sehat tanpa batas !

Tuesday, November 22, 2022

Gara-Gara Pemain Sering Thowaf di Ka'bah Arab Saudi Mengalahkan Argentina

Menakjubkan! Hanya kata ini yang bisa terungkap. Arab Saudi yang bisanya gamisan ja, ternyata juga bisa bermain bola. Mungkin para pemainnya udah pada haji dan melakukan "Thowaf" di Ka'bah, makanya mampu mengalahkan salah satu super power sepak bola dunia. 

Masak sih? Ya bisa jadi. Alias bisa aja. Atau mungkin saja. Sebelum pertandingan dimulai, seluruh dunia pasti nganggap ini hanya sebagai pertandingan seremonial saja. Gak perlu mikir banyak, tebakan pemenang akan tertuju pada Argentina. 

Diperkuat fakta bahwa Argentina diperkuat salah satu legenda hidup sepak bola dunia seolah jaminan 3 poin untuk setiap laga. Belum lagi ada nama Striker Manchester City di sana, J. Alvarez. Jangan lupakan juga nama Dimaria bintang PSG. Lautaro Martinez langganan starting line-up di skuat Inter Milan. Dan seabrek nama bintang pada tiap lininya, tentunya skill-full pokoknya. 


Trus Arab Saudi, tim antah berantah yang mungkin meong Indonesia ja, gak akan mengenalnya. Tim yang sering lewat depan kamera satiap Piala Dunia mewakili zona Asia, kemudian menghilang. Layaknya pemeran figuran dalam sebuah melodrama. 

Nyatanya saat ini, tim negara 'onta' sukses mengandaskan tim penuh bintang Argentina. Mereka menegaskan prinsip sepak bola itu bulat. Tidak ada tim yang enggak bisa dikalahkan. Ini tentang 11 melawan 11.

Salut buat sang pelatih, Herve Renard  yang mampu menyuntikkan semangat tempur dan mentalitas pemenang kepada para pemain arabian ini.  Banyak kabar yang menyebutkan pelatih berkebangsaan Prancis ini, pernah bertugas sebagai petugas kebersihan. Ternyata bisa sangat sukses di pentas Afrika dan Asia. Terbaru menumbangkan Argentina 2-1 hanya dengan skuat seadanya. 

Bahkan penulis sendiri, gak tertarik sekadar searching di internet tentang profil skuat Negeri Arab ini. Dari saking tidak menariknya. Tapi setelah peristiwa ini, mungkin beberapa peemain tim ini akan menjadi incaran klub top Eropa. Tak terkecuali pelatihnya. 

Dengan keyakinan dan kerja keras tidak ada yang tidak mungkin dicapai. Salam sehat tanpa batas! 

 

Monday, November 21, 2022

Rekap Hasil Pertandingan Piala Dunia 2022 Grub A dan B


Hasil pertandingan grup A dan B sejauh ini berjalan normal sesuai dengan perkiraan di atas kertas. Tim kuat mengalahkan yang lebih lemah. Skill dan pengalaman tim berbicara banyak dalam turnamen besar semacam ini. 

Berikut rangkumannya:

1. Iran Vs Inggris

Kebanyakan pemerhati bola hampir bisa dipastikan akan menjagokan Inggris sebagai pemenang. Nyatanya begitu. Skor akhir 6-2. Maklum, Inggris pemilik kompetisi paling wah di dunia. Sebaliknya Iran malah gak kedengeran kabar liganya. 


2. Senegal Vs Belanda

Senegal berpotensi memberikan kejutan. Negara-negara Afrika banyak mengirim para pemainnya ke liga-liga terbaik Eropa. Maka gak heran banyak yang mewaspadai kejutan yang bisa ditimbulkan tim-tim Afrika. 

Namun pada akhirnya, tetaplah Belanda yang memenangkan pertandingan dengan skor 2-0. Memang liga Belanda tidak semewah liga Inggris, tapi banyak juga pemain bintang yang diorbitkan liga ini. 

3. Amerika Serikat Vs Wales

Partai ini peluangnya 50:50 karena liga dalam negerinya tidak terlalu menonjol. Bukan negara sepak bola. Tapi ada beberapa pemain kedua negara yang memperkuat tim-tim top Eropa. Sebut saja Bale di Madrid dan Pulisic di Chelsea.  


Hasil akhirnya pun 1-1, sama kuat. Di babak ini sebenarnya gampang-gampang susah menebak tim mana saja yang akan lolos babak berikutnya. Tinggal lihat nama besar dan sejarah yang menyertainya. 

Italia bagaimana? Itu hanya insiden saja. Tidak berlaku majmuk. Yang jelas, akan menarik ketika para raksasa sepak bola saling terkam. 

Salam sehat tanpa batas! 



Sunday, November 20, 2022

Qatar Vs Ecuador Laga yang Tidak Seimbang


Laga baru berjalan beberapa menit, gawang Qatar sudah dikejutkan goal tandukan Enner Valencia. Dengan umpan passing tendangan kala jengking dari pemain sayap kanan Ecuador. Untung saja setelah melakukan pengecekan VAR, ada salah satu kaki pemain Ecuador dalam posisi offside ketika menerima umpan terobosan. Jadi goal dianulir. 

Seolah tidak siaga dengan alarm bahaya yang dibunyikan penyerang Ecuador, para pemain Qatar tampak kesulitan membendung kecepatan dan umpan-umpan silang yang dilepaskan para pemain negara Amerika Latin ini. Terlihat jelas, ketika bertahan pemain Qatar membentuk formasi 5-3-2. Ultra defensif. Anehnya tumpukan pemain di belakang, tidak mampu menjaga seorang Enner Valencia. 

Salah satu penyerang gaek kaya pengalaman yang malang melintang di Inggris. Tercatat pernah memperkuat Everton dan West Ham. Dan berainar bersama Fenerbahce. 


Babak pertama saja, pemain 33 tahun ini sudah mengoyak gawang Qatar dua kali.  3 dengan satu goal yang dianulir. Benar-benar noda bagi negara tuan rumah.

Secara tim, para pemain Qatar jelas kalah semuanya dari Ecuador. Kualitas passing, pemahaman taktik bermain bahkan kekuatan fisik jomplang sekali. Tim tamu super percaya diri, tuan rumah kelihatan gugup. Seolah ini menunjukkan level kompetisi di negaranya masing-masing. 

Pada babak kedua, Timnas Qatar mulai menunjukkan perbaikan performa. Mereka mulai berani menahan dan memainkan bola. Sesekali memberikan ancaman pada gawang Ecuador. Lini pertahanan pun mulai terorganisir. 

Dari hasil pertandingan ini, pelatih Qatar belum berhasil menularkan filosofi Johan Cruyff seperti yang dia ajarkan di akademi La Masia milik Barcelona. Menilik profil sang pelatih yang telah lama melatih di akademi tersebut. Dan terkenal setia dengan filosofi total football dan tiki-taka khas Barca. 

Dari profil pelatih yang didatangkan Qatar untuk timnasnya. Sangat jelas tim seperti apa yang ingin dibentuk PSSInya Qatar. Dengan struktur permainan bagaimana pula, tim akan bermain. 

Tapi semua itu belum bisa dipenuhi oleh para pemain Timnas Qatar di lapangan. Kemungkinan besar, kemampuan tekhnis pemain yang tidak memadai. Sering sekali keeper gagal melakukan passing dengan kakinya. Dalam sistem tiki-taka, keeper berfungsi deep playing, yang fasih mengalirkan bola dari kakinya. Selain jago mengamankan gawang dengan tangannya.


Contoh yang sangat bagus keeper deep playing yang tersedia saat ini, Ederson Moraes milik City. Ter Stegan yang bermain di Barca. Qatar belum punya. Ini hanya salah satu aspek. Dan masih banyak aspek lain, yang membuat total football begitu dominan. 

Oya, kita balik lagi ke pertandingan. Skor 2-0 bertahan untuk kemenangan Ekuador,  hingga pluit akhir dibunyikan wasit. Salut buat tim Amerika Latin. 

Salam sehat tanpa batas! 






Luar Biasa! Indonesia Terlibat dalam Piala Dunia 2022 di Qatar


Sebentar lagi kita akan menyaksikan perhelatan sepak bola level dunia di Qatar. Dengan segala kontroversinya, Qatar dianggap sebagai negara yang terlalu kecil untuk menampung jutaan orang yang akan hadir di sana. Ini menurut berbagai media yang bersumber dari pemerhati sepak bola. 

Di satu sisi Qatar mampu membuktikan dapat menyediakan fasilitas yang dibutuhkan untuk venue-venue latihan dan stadion-stadion yang dibutuhkan untuk menggelar laga-laga internasiona sekelas Piala Dunia. Tentu tempat penginapan dan hotel-hotel dengan variasi pilihan juga tersedia. Sesuai dengan isi kantong para suporter yang mau hadir di sana. 

Sedikit terjadi benturan budaya mungkin ada. Karena Qatar dengan Arabic Moslem Culture  menerapkan aturan mengharamkan bir, alkohol, seks bebas, LGBT dan lainnya. Sedangkan penduduk dunia yang mayoritas kontestan piala dunia berasal dari benua Eropa, Amerika, Afrika dan Asia Tengah memiliki budaya yang sedikit berbeda. 


Perbedaan budaya di manapun, sudah pasti adanya. Mengingat even ini begitu potensial bagi dunia pariwisata dan perekonomian Qatar, maka perlu adanya sedikit penyesuaian budaya dari masyarakat Qatar sendiri dan masyarakat internasional baik kontestan atau para suporternya. Supaya benturan budaya bisa dihindari. 

Terinspirasi dari Qatar yang mampu menyelenggarakan even sepak bola dunia, yang menyedot jutaan wisatawan, mengapa Indonesia jadi tidak bisa? Indonesia yang bukan negara agama, mestinya lebih bisa fleksibel dalam menyikapi perbedaan budaya lintas benua. Apalagi even semacam ini memiliki potensi pariwisata dan ekonomi yang luar biasa. 

Sedikit percikan pemikiran dan analisa, pertanyaan berikut bisa jadi pemandu. Stadion apa saja yang bisa kita gunakan untuk menyelenggarakan even akbar ini. Contoh kecil, dengan standar Gelora Bung Karno dan Jakarta International Stadium.

Karena gelaran ini memakan waktu sebulanan, maka ketersediaan penginapan mutlak diperlukan. Para suporter sepak bola akan datang berduyun-duyun untuk mendukung tim ke sayangannya. Bahkan dari berbagai belahan dunia. Selepas itu tentu membutuhkan tempat istirahat. 

Aspek selanjutnya keamanan. Keamanan di lapangan saat permainan berlangsung. Keamanan dan antisipasi adanya bentrokan antar suporter. Serta keamanan antar suporter yang berkaitan dengan masyarakat setempat. Intinya keamanan untuk semua. Tidak elok di mata dunia, apabila sampai terulang tragedi kanjuruhan. Yang ada Indonesia tercoreng di mata internasional. 

Selain keamanan, sisi keramahtamahan masyarakat Indonesia juga perlu ditampilkan. Tentu untuk memberikan kesan mendalam agar mereka mau berkunjung kembali dan menghabiskan uangnya.  Ini yang diharapkan. 


Kebersihan lingkungan juga merupakan sesuatu yang harus diperhatikan. Sehebat apapun infrastruktur dibangun tapi kotor, jorok dan penuh sampah, jadinya nilainya turun. Mengingat budaya masyarakat Indonesia tentang budaya bersih masih rendah. Terbukti sampah berserakan dimana-mana. 

Semoga pada saatnya kelak, Indonesia mampu menyelenggaran Piala Dunia. Bukan sekadar mimpi seperti sekarang. Bersyukur, karena bangsa Indonesia juga bisa terlibat dalam pagelaran Piala Dunia kali ini. Walau sebatas menontonnya di televisi. 

Salam sehat tanpa batas! 

Sunday, November 6, 2022

Kenapa Zlatan Ibrahimovic Begitu Sakit Hati pada Pep Guardiola ?


Baru-baru ini salah satu pemain hebat dunia, Zlatan Ibrahimovic mengungkit perseteruan masa lalunya dengan mantan juru taktik Barcelona, Pep Guardiola. Perlakuan Pep padanya seolah menggoreskan luka yang mendalam. Sehingga sang pemain sering melontarkan pernyataan yang menyerang mantan pelatihnya itu.

Di berbagai media online, banyak sekali bertebaran berita yang memuat pernyataan Ibra yang memuji kualitas Haaland. Yang langsung on fire di Manchester City. Sekaligus pujian itu, disisipkan serangan kepada pelatih Manchester City saat ini, Pep Guardiola. Bahwa bisa saja karier sepak bola Haland tamat, terbentur ego kebintangan pelatihnya saat ini. Emang semua orang bebas berpendapat, tapi aroma sakit hatinya masih kentara kental banget.

Sontak Pep yang mengetahui pernyataan Ibra, membalas dengan sarkas. Memang Pep menyuruh agar Haaland jangan mencetak goal, agar sorotan kamera dan pemberitaan tidak tertuju padanya. Karena hanya pelatih berkepala pelontos itu yang layak disorot. Wah, mulai panas ini perang antar mantan.


Sebagai pengamat dan pecinta bola yang tidak terlibat langsung dengan keduanya, mari kita berdikusi dengan santuy dan kepala dingin. Sedikit membuka ruang untuk menganalisa, supaya tercipta analisa kritis dan objektif dalam menilai perseteruan. Dalam bingkai sepak bola profesional.

Dalam sepak bola, pemilihan strategi dan taktik sekaligus pemain, adalah hak prerogatif pelatih. Pelatihlah yang bertanggung jawab pada klub dan fans mengenai hasil dari sebuah pertandingan. Sederhannya, pelatih memilih pemain yang bisa diandalkan untuk memenangkan pertandingan sesuai analisa tim pelatih.

Trus, apakah Ibra kurang bagus di mata Pep? Ya gak juga. Bisa saja sangat bagus, tapi mungkin ada yang lebih bagus lagi di tim pada saat itu. Bahkan secara taktis lebih sesuai dengan skema permainan yang diusung.

Sebutlah satu nama yang satu tim dengan Ibra pada saat itu Messi. Nama terakhir berhasil membuat Ibra sakit hati karena terpinggirkan ke bench. Sekaligus membuatnya jeles sampek ke ubun-ubun. Pertanyaan yang sama, apakah Pep salah ? Sekali lagi, terbukti pilihan pelatih justru sangat tepat. Dengan mengorbitkan Messi terbukti Pep berhasil meraih Piala Liga Champion dua kali berturut-turut di Barca. Dan Messi menjadi langganan dalam persaingan Balon D'or bersama Cristiano Ronaldo di tim rival. Sampai di sini sangat clear, kenapa Ibra terpinggirkan.


Trus, kenapa Ibra sampai sesakit itu ? Ya namanya pesepak bola yang sama-sama bagusnya cuma kalah bersaing ya sakit hati mas bro. Apalagi kalah ama anak ingusan pada saat itu, yang bernama Messi. Ya sakitnya tuh sampek ubun-ubun.

Bagusnya setelah pensiun nanti, Ibra Kadabra beralih profesi jadi pelatih, biar tau bagaimana rasanya si Raja Milan menghadapi banyak pemain. Yang main hanya 11, dengan stok pemain sampek 22 pemain. Pemain profesional semuanya tidak suka ada di bangku cadangan. Semuanya pengin main.

Satu hal lagi yang lebih penting, Ibra harus mampu membuktikan bahwa dia mampu menciptakan The Winning Team. Paling tidak sang pemain layak untuk untuk disandingkan dengan para pelatih hebat dunia. Dengan catatan, banyak pemain hebat ketika jadi pelatih, cendrung biasa saja. Sebut saja Lampard, Gerrard dan Maradona. Semoga Raja Milan bisa membuktikan bahwa Pep salah menilainya.

Sahabat Genius Football, salam sehat tanpa batas ! 



Thursday, November 3, 2022

Sevilla Vs Manchester City Ajang Pembuktian Pemain Akademi

Menarik menyaksikan permainan Manchester City Vs Sevilla di ajang Liga Champion. Mungkin sebagian pengamat bola agak sedikit memandang sebelah mata laga ini. Sah-sah saja. 

Manchester City menurunkan dua pemain muda akademi. Palmer dan Lewis. Terlihat mereka tampil sangat hebat untuk ukuran pemain akademi yang merumput di tim utama. 

Dari sisi taktik dengan memarkir Haland dan menurunkan dua pemain akademi, itu artinya City sedang menyelam sambil minum kopi. Parkir Haland untuk menyimpan tenaga demi laga yang lebih krusial, karena di liga ini sudah pasti lolos. Mengorbitkan pemain potensial akademi untuk memberikan menit bermain dan pengalaman bermain di pentas yang prestisius Liga Champion. Penting untuk membentuk mental pemain. 

Melawan Sevilla tim Spanyol dengan pakem permainan sedikit Italiano. Dengan catenaccio, bahkan terkesan sedikit parkir tronton, bukan lawan yang mudah buat tim biru langit. Bahkan terkesan menyulitkan, terlihat para penyerang tim Manchester kesulitan menembus pertahanan berlapis ini. Malah, di babak pertama harus kebobolan lewat tandukan Rafa Mir dengan skema set piece. 

Baca juga : Sebaiknya Haland atau Manchester City yang Harus Menyesuaikan Diri? Ini Analisisnya!

Hampir semua lawan The Blues Sky memainkan sistem permainan parkir bis untuk meminimalisir jumlah goal. Atau kalau bisa mencuri poin dengan serangan balik. Sekaligus variasinya, set piece. 

Babak kedua seolah menjadi bencana buat Sevilla, nama bocah kecil (bocil)  Rico Lewis mampu menembus brigade parkir tronton  yang diperagakan tim tamu. Lewis mampu memecah kebuntuan tim tuan rumah. Satu goal berhasil disarangkan bocil. Calon bintang baru Kota Manchester. 

Babak kedua pula, Coach biru langit banyak melakukan pergantian pemain. Bek kiri masuk pemain akademi Wilson. De Bruyne juga terlihat di lapangangan. Terlihat Cancelo juga sudah dimainkan. 

Dengan beberapa pergantian pelatih, Alvarez mampu menggandakan keunggulan City menjadi 2-0. Beberapa menit berselang, ada nama Mahrez yang berhasil menambah keunggulan tuan rumah menjadi 3-0.

Baca juga : Ingin Berlaga di Piala Dunia? Ini yang Dibutuhkan Indonesia!

Laga melawan Sevilla gak ngaruh apa-apa untuk kelanjutan tim bintang Manchester ini di Liga Champion. Laga sebagai pemanasan untuk calon bintang baru. Dan menunjukkan betapa suksesnya akademi sepak bola Manchester City dalam mencetak para pesepak bola profesional. Manchester itu biru langit. 

Salam sehat tanpa batas !


Monday, October 24, 2022

Sebaiknya Haland atau Manchester City yang Harus Menyesuaikan Diri? Ini Analisisnya!


Dalam laga kompetitif melawan Brighton hari Sabtu 22 Oktober 2022 lalu, jelas sekali Manchester City seolah kehilangan identitas permainan mereka. Sepak bola indah dengan umpan-umpan pendek yang ajaib. Dipadu dengan kecepatan lari dan skill olah bola di atas rata-rata khas biru langit. 

Ditambah lagi, ketika  kehilangan bola The Blues Sky julukan City akan membentuk high pressing untuk segera merebut bola kembali. Pola permainan seperti ini sudah menjadi identitas permainan konstan selama masa kepelatihan Pep Guardiola. Sepak bola indah. 

Melawan Brighton, sepertinya ada banyak warna yang hilang dari City. Satu-satunya warna yang masih ada adalah permainan pressing konstan yang terlihat sesekali. Malahan Brighton yang seolah-olah menduplikasi sistem permainan "Blues Sky" ke dalam permainan mereka. 


City tampak kehilangan kendali permainan.  Umpan-umpan pendek cepat terukur, malah berganti menjadi umpan-umpan panjang yang sering salah sasaran. Sepertinya pemain biru langit kurang fasih memperagakan sistem permainan bola panjang. Terlihat amatiran saja. 

Plus, kurang klinis memanfaatkan peluang seperi yang dilakukan Mahrez dari umpan matang Haland. Dari beberapa tahun terakhir ini saya mengamati City, ini sistem permainan yang aneh. Sama sekali kurang elok untuk ditonton. 


Jika memang mau memerikan warna permainan abu-abu dalam sistem bermain City. Sebaiknya jangan setengah-setengah. Maka City juga punya pemain-pemain hebat yang bisa menjalankan tugas itu di lapangan dengan dribling dan solo runnya. De Bruyne, Grealish, Haland dan Foden tentu talenta yang bisa dipakai untuk menghancurkan lawan lewat skema umpan-umpan panjang dengan kombinasi dribling dan solo run, yang perlu sering terlihat dalam permainan City abu-abu. 

Hadirnya Haland dalam tim City, memang memaksa pelatih untuk memberikan alam yang pas untuk kemampuan tekhnisnya. Tapi bukan berarti juga, City harus Haland sentris. Haland perlu diakomodasi dalam tim, tapi City haruslah tetap menjadi Manchester City selama 5 tahun terakhir. 

Ide abu-abu hanyalah sebuah alternatif bermain saja. Bukan pakem bermain yang sebenarnya harus diusung tim sekeren City. Tim ini sudah hebat dan fantastis dengan pola yang ada. Mungkin hanya sebagai variasi saja dalam satu atau dua momentum bermain, untuk menciptkan kolam yang tepat buat Haland. 

Sahabat Genius Football, untuk mendapatkan update konten otomatis, silahkan klik "ikuti" di pojok kiri atas. Salam sehat tanpa batas !


Monday, October 10, 2022

Ingin Berlaga di Piala Dunia? Ini yang Dibutuhkan Indonesia!

Sebagian orang akan kehilangan kepercayaan kalau membicarakan Sepak Bola Indonesia di kancah dunia. Mengingat peringkat terbaru Indonesia di list FIFA. Demikian juga kiprah yang kurang meyakinkah di kancah Asia. Bahkan asia tenggara sekalipun.

Akan menjadi sebuah pepes kosong apabila ada yang memunculkan ide Indonesia sebagai kontestan piala dunia. Akan bermunculan para hater yang akan menyerang dengan perkataan bahkan cendrung melecehkan. Hal ini bisa di maklumi.

Ide Indonesia kontestan Piala Dunia, sebenarnya lumrah saja, yang paling penting para pemangku kepentingan siap membayar harganya. Harga yang dimaksudkan adalah proses dan pembinaan yang benar. Bukan proses yang hanya asal-asalan bahkan terkesan main-main, seperti yang selama ini biasa disaksikan.

Baca juga : Warna Sepak Bola Spanyol dalam Kemenangan 14-0 Timnas Indonesia U-17 atas Guam

Indonesia harus membangun visi sepak bola minimal untuk tiga puluh tahun ke depan. Dimana para pemain sepak bola baru akan dipersiapkan sejak dini. Mulai umur 7 tahun. Dan mulai matang sebagai pesepak bola profesional direntang umur 22 s.d 30 tahun. Sekaligus sudah siap tekhnis, taktik dan mental untuk mengemban misi kompetisi dan kontestasi piala dunia.

Aanggaplah para pesepak bola usia dini mulai dipersiapkan di usia 7 tahun. Secara sederhana, mereka mulai belajar dan bermain sepak bola di usia kelas 1 sekolah dasar. Dengan pola latihan yang menyenagkan sesuai dengan usia mereka. Tentu dengan gizi yang dibutuhkan mereka.

Berdasar hitungan kasar, maka pesepak bola junior tersebut akan siap fisik dan mental mengemban beban jersey Timnas Indonesia, pada tahun 2044. Dengan usia yang masih sangat produktif sebagai pesepak bola, 22 tahun. Tentu dengan pembinaan fisik dan mental yang benar, plus gizi yang benar pula sebagai seorang pesepak bola yang benar-benar pro. Bukan peseak bola yang setengah pro seperti sekarang ini.

Mengenal dan mencintai sepak bola sejak dini itu penting. Dan jauh lebih penting lagi, berlatih dengan pola latihan yang benar sejak dini. Untuk bisa mencapai pola latihan yang benar, butuh beberapa aspek yang harus dipenuhi.

Yang pertama aspek fisik. Sepak bola membutuhkan fisik pemain yang prima. Setiap kali mendatangkan pelatih dengan prestasi mentereng pun akan mubaddzir jika fisik pemain kita tidak bisa diandalkan. Kasus terbaru bagaimana pelatih Timnas Indonesia Shin Tae-Yong mengeluhkan daya tahan fisik pemain, yang hanya kuat separuh babak jika bermain dengan intensitas tinggi.

Di masa depan, keluhan tentang fisik pemain tidak ada lagi. Karena pemain yang masuk timnas, sudah benar-benar terlatih secara profesional. Mereka mampu bermain selama 90 menit penuh. Plus 2X babak tambahan waktu 15 menit. Jika ketahanan fisik pemain sudah dipesiapkan secara maksimal, maka jika ada pelatih yang mengeluhkan fisik pemain, tinggal dibalik saja, berarti pelatihnya yang tidak profesional.

Yang kedua aspek tekhnik olah bola. Bermain sepak bola tanpa tekhnik olah bola yang bagus, maka disebut pemain kampung. Bukan pesepak bola pro. Untuk mendapatkan pesepak bola dengan tekhnik yang mumpuni tentu perlu latihan yang tepat dan disiplin. Boleh juga ditambah menyenangkan. Jangan dikurangi, menyenangkan tanpa disiplin, tidak menghasilkan out put yang diharapkan.

Disiplin dan menyenangkan dalam berlatih memang penting untuk membentuk tekhink olah bola yang diharapkan. Hal ini, hanya bisa tercapai dengan baik kalau ditangani oleh pelatih yang bagus juga. Maka perlu ada pembinaan pelatih profesional plus lisensi kepelatihan yang benar-benar serius.

Pelatih yang berkualitas bagus, akan membuat program latihan tekhnik olah bola yang bagus pula. Ujungnya, menghasilkan pemain dengan tekhnik yang hebat. Maka tidak ada lagi, sejenis keluhan mantan pelatih Timnas, Ivan Kolev dan Ridle karena akurasi passing pemain timnas yang masih rendah. Gampangnya sering salah umpan. Kalo akurasi umpan sudah benar, kadang sulit diterima temannya. 

Di timnas sudah tidak layak ada pemain yang pasingnya masih berkualitas rendah. Tidak lucu juga, pelatih timnas, diberikan tugas melatih akurasi pasing. Seperti pelatih SSB saja. 

Yang ketiga aspek mentalitas. Aspek ini tidak terlihat mata. Bagaimana para pemain harus dibiasakan dengan mentalitas pemenang. Klub yang berisi para pemain dengan mentalitas yang tidak tepat, akan mudah dikalahkan walau sebenarnya ada sedikit kelebihan di aspek fisik dan tekhnik.

Baca juga : Ada Taktik Klopp dan Pep Guardiola Pada Laga Indonesia Vs Curacao Leg Ke-2

Pemain harus dibuat tidak suka dengan kekalahan. Para juara melakukan itu. Walau sebenarnya, dalam permainan sepak bola, kemenengan dan kekalahan seperti dua sisi mata koin.

Mentaliatas yang tepat diperoleh dari sistem persaingan kompetisi yang bagus dan sehat. Gampangnya, kompetisi yang sehat akan menghasilkan mentalitas petarung yang sebenarnya. Maka jangan harap akan lahir mentalitas pemain yang tangguh dari sistem kompetisi yang tidak bagus. Contoh kecil, suap menyuap, pengaturan skor dan sepak bola "gajah" dalam kompetisi.

Orang-orang yang masih mengidap pola pikir parasit, sebaiknya dibersihkan dari badan sepak bola nasional. Karena 100 tahun pun bagi mereka terlalu sebentar untuk mengukir nama persepak bolaan Indonesia. Janagankan dunia, Asia Tenggara saja sudah ngos-ngosan.

Yang keempat membuat dan menanamkan filosofi  bermain sepak bola secara nasional. Ini sangat penting dilakukan oleh badan sepak bola nasional, agar menjadi acuan bermain sepak bola oleh seluruh sekolah sepak bola Indonesia. Dimanapun adanya.

Filosofi bermain sepak bola ini didasarkan pada pemikiran tekhnik dan taktis yang paling mungkin Indonesia memenagkan pertandingan. Dengan pertimbangan tinggi badan yang kalah dari negara-negara Eropa, Afrika, dan Amerika. Maka tidak memungkinkan Indonesia bermain dominan dengan bola-bola atas.

Paling memungkinkan Indonesia bermain dengan penguasaan bola dari kaki ke kaki. Menggunakan umpan-umpan pendek. Maka sejak masih di SSB, pemain sudah diajarkan pola bermain seperti ini. Walau sebagai pengayaan, pemain diajarkan cara bermain berbeda. Tapi, dominannya harus sesuai dengan apa yang sudah digariskan sepak bola nasional.

Jika empat hal ini terpenuhi, hampir bisa dipastikan Indonesia tidak hanya berlaga di ajang piala dunia. Lebih dari itu, akan mampu berbicara banyak di kancah itu. Kalau mau lebih hebat lagi, juara piala dunia.

Sahabat Genius Football, untuk mendapatkan update terbaru yang berkualitas, silahan klik "ikuti". Salam sehat tanpa batas !




Sunday, October 9, 2022

Garuda U-17 Diterkam Harimau Malaya


Semangat banget pengin menyaksikan pertandingan bola U-17 Indonesia melawan Malaysia.  Dibiarkan saja TV nyala sejak 18.30. Sambil nunggu main catur dulu. 

Pas balik ke TV jam 20an, eh, kaget bukan main skor 5-0 untuk kekalahan Timnas Indonesia. Setengah gak percaya, karena sebelumnya tim ini begitu powerfull. Banyak tim top ditumbangkan. 


Dari dua menit terakhir perpanjangan waktu babak pertama, terlihat para pemain timnas muda kehabisan stamina. Imbasnya banyak sekali umpan-umpan yang tidak akurat.  Biasanya tim yang sama memperagakan umpan-umpan pendek yang cepat dan akurat. Lah, ini kebalikannya. 

Di awal babak kedua kondisi sering salah umpan terus berlanjut.  Untung saja salah satu peluang tim harimau malaya masih membentur tiang gawang.  Indonesia seperti kehabisan bensin. 

Timnas remaja Indonesia, sepertinya masih belum solid ketika menggalang pertahanan meghadapi umpan-umpan silang di dalam kotak pinalti.  Jelas sekali terlihat para pemain malaysia begitu mudah menyundul bola. Walau babak kedua, beberapa peluang belum menembus gawang timnas garuda. 

Pada beberapa momentum, para pemain Malaysia bermain setengah lapangan.  Itu artinya pelatih mereka menginstruksikan untuk bermain defensif. Tentu dengan mengambil keuntungan, ketika para pemain Indonesia melakukan kesalahan, akan dihukum dengan serangan balik cepat. Hasilnya seperti yang sudah kita saksikan. Walau Indonesia berhasil meperkecil ketertinggalan menjadi 5-1 hingga laga usai.

Untuk perbaikan ke depannya, sebaiknya dengan pola permainan passing game Timnas U-17, pelatih mempersiapkan satu gelandang jangkar. Selain mengatur pola dan tempo permainan, ia juga sebagai orang pertama yang akan memutus serangan lawan. Termasuk serangan balik. 

Profil riil yang bisa dijadikan contoh, Rodri dan Fernandinho di Manchester City. Sergio Busquest di tim Barcelona. Karena pola permainan Timnas Indonesia remaja, mirip kedua klub ini. Walau secara stamina masih perlu ditingkatkan. 


Semoga ke depannya timnas lebih baik lagi. Sedih sekali Malaysia selalu menjadi batu sandungan di kompetisi regional. Ingin sekali ngeliat timnas enggak lagi hanya berkutat dengan persaingan hanya dengan tetangga receh itu. 

Akan jauh lebih bergengsi, kalau indonesia bersaing dengan Jepang atau Korea Selatan di Asia untuk kontestasi Piala Dunia. Jika memang mau serius di sepak bola lakukan pembinaan dengan standarisasi Internasional dari segala aspek. Bukan sepak bola udik lagi. Apalagi dengan cara pandang yang sudah sangat kuno. 

Selamat buat Malaysia, dan bersabar buat Indonesia. Sepak bola media persahabatan. Bukan permusuhan. Kompetisi hanya di dalam lapangan, setelah peluit selesai dibunyikan, pesepak bola adalah seprofesi.

Sahabat Genius Football, untuk mendapatkan up-date analisa terbaru, silahkan klik "ikuti" di pojok kiri atas. Salam sehat tanpa batas! 




Friday, October 7, 2022

Sepak Bola Berduka atas Tragedi Kanjuruhan Menjadi Kuburan


Ikut berduka atas meninggalnya para suporter sepak bola di Stadion Kanjuruhan, Malang. Markas tim sepak bola Singo Edan julukan Arema FC.  Dari berbagai sumber ada sekitar ratusan orang meninggal, karena kisruh berdesakan dan kemudian kekurangan oksigen. 

Aneh bin ajaib emang. Tim se-wilayah dalam banyak kasus klub sepak bola dunia, terjadi gesekan yang lebih. Bahkan bila dibandingkan laga antar propinsi lain. Di laga negara sepak bola sekalipun, seperti Inggris, Spanyol dan lainnya. 

Sangat banyak sekali contoh yang bisa diambil. El-Classico di Spanyol, Derbi Manchester di Inggris, dan Derbi Milano di Italia. Tensi pertandingan yang sangat tinggi disertai potensi konflik yang cukup besar. 


Potensi konflik membesar karena kedua tim memiliki basis massa yang besar. Dengan fanatisme yang cukup kental dalam mendukung tim kesayangan mereka. Kemenangan tim idolanya seolah menjadi tambahan harga diri bagi suporter.

Ditambah lagi, kedua tim memiliki latar persaingan juara di liga. Makin jadi lagi rivalitasnya. Termasuk Persebaya dan Arema dalam kancah kopetisi Liga Indonesia. 

Belum lagi terjadi pergeseran nilai sepak bola profesional dari permainan dan olahraga, menjadi industri.  Mutlak kehadiran penonton di stadion dibutuhkan klub profesional. Karena keuangan klub, banyak disokong dari hasil penjualan tiket penonton. Selain juga dari sponsor. 

Banyak klub sepak bola top dunia, gak cuma Indonesia yang mengalami masalah finansial, karena pelarangan penonton hadir di stadion.  Otomatis, klub hanya mengandalkan sumber keuangan dari sponsor. Kalau rating liganya bagus, dari hasil penjualan hak siar televisi juga. 

Bagi atlet profesional, sepak bola sebuah karier. Mereka menggantungkan hidup dan keluarganya, dari bermain bola. Sumber penghasilan mereka ya dari gaji main bola. 

Karena sepak bola sudah berubah menjadi industri. Dan banyak orang menggantungkan hidupnya di sana. Maka perlu kesadaran majmuk, untuk menciptakan kondisi dan situasi yang ramah untuk semua orang. Tentu, agar semua kalangan berkenan hadir ke stadion, sebagai media refreshing. Bukan malah sebaliknya, menjadi ajang menjemput ajal. 

Tentu sebuah klub harus diberikan kewajiban menertibkan dan memberikan pemahaman yang benar bagi basis fansnya.  Karena konsekwensi sebuah kompetisi pasti ada menang dan kalah. Bahkan klub terbaik di dunia pun merasakan kekalahan. 

Aspek profesionalisme dalam sepak bola Indonesia harus ditingkatkan. Mulai dari penyelenggara, offisial, wasit, pengamanan dan pemainnya.  Berprilaku layaknya seorang profesional. Bukan prilaku berandalan.

Sangat memalukan sekali, apabila ada satu unsur saja yang tidak kompeten. Apalagi memainkan sepak bola, main-main. Atau ada lagi istilahnya sepak bola main mata dan sejenisnya. Potensi konfliknya akan makin membesar. 

Sekali lagi, penyelenggara dan klub laksanakan kompetisi seporofesional dan sesportif mungkin. Pemain berikan dedikasi dengan penampilan terbaik, supaya suporter senang dan ikhlas bayar tiket. Demikian juga, suporter tidak hanya bangga kala timnya berjaya. Tapi juga berbasar hati pada saat menderita kekalahan. Menang dan kalah bagian dari permainan. 

Sahabat Genius Football, semoga tragedi Kanjuruhan tidak terulang lagi di masa depan. Sepak bola adalah persahabatan dan sportifitas, bukan tempat menggali kuburan sendiri. Salam sehat tanpa batas!