Followers
Saturday, December 17, 2022
Memperhitungkan Kekuatan Prancis dan Argentina dalam Laga Penahbisan Raja Bola 2022
Thursday, December 15, 2022
Sikap Simpatik Mbappe Pasca Prancis Menumbangkan Maroko
Tuesday, December 13, 2022
Selamat Buat Julian Alvarez, Messi dan Argentina
Monday, December 12, 2022
Otak-Atik Calon Juara Piala Dunia 2022 Qatar
Gelaran akbar sepak bola tinggal menyisakan empat pertandingan lagi. Momentum medekati puncak, makin sederhana dianalisa. Juga makin sulit menentukan sang juara.
Berikut jam tayang Argentina Vs Kroasia, Rabu tanggal 14 Desember, jam 02.00 pagi dini hari. Prancis Vs Maroko, Kamis tanggal 15 Desember, jam 02.00 pagi dini hari. Catat, jangan sampai kelewat, ntar nyeselnya gak kelar-kelar. Momentum ini empat tahun sekali lho ya.
Berandai-andai saja, separuhnya kemungkinan. Kroasia sebagai pemenang, pada hari Rabu nanti. Dan hari Kamisnya Maroko yang memenangkan pertandingan. Partai puncak akan disuguhkan pertandingan dua tim penuh kejutan, dengan sistem klasik ala Italia, catenaccio.
Baca juga : Ini yang Dilakukan Pep Guardiola Sehingga Menjadi Pelatih Terhebat Sedunia
Permainan yang menitikberatkan pada kokohnya lini pertahanan, dengan sesekali melancarkan serangan balik cepat. Kalau perlu secepat pesawat sukhoi. Dan setajam mata panah Arjuna. Jiah.
Menilik dari riwayat kedua tim yang kerap melanjutkan ke babak perpanjangan waktu. Selanjutnya, menghabisi lawan dengan adu pinalti. Dan ternyata dua tim sama-sama memiliki dua keeper tangguh. Dominik Livakovic milik Kroasia dan Yassine Bounou di bawah mistar Maroko.
Anggap saja, prediksi tim kejutan memenangkan pertandingan tidak terjadi. Yang keluar sebagai pemenang, Argentina dan Prancis. Di final akan disuguhkan sepakbola attraktif ala Amerika Latin dan keseimbangan tim style Eropa.
Opsi kedua ini, akan jauh lebih menarik untuk ditonton. Dengan adanya pertarungan para striker top dunia. Sebut saja Mbappe di Prancis dan Messi memperkuat Argentina. Cuma, membosankan dari sisi persaingan dan dominasi tim Eropa dan Amerika Latin.
Baca juga : CATUR PERMAINAN DAN MANFAATNYA
Taruhlah kedua opsi ini tidak terjadi. Salah satu Argentina atau Prancis yang menang, sedang salah satu dari Kroasia dan Maroko kalah. Maka kisah tim defensif memenangkan pertandingan lagi di final kemungkinan besar terulang. Atau tim ofensif, berhasil memutus trend itu. Kita tunggu saja hari H-nya. Bola itu bulat mas bro.
Salam sehat tanpa batas !
Saturday, December 10, 2022
Maroko Kejutan Inggris Butuh Mentalitas Juara
Inggris Vs Prancis Big Match Piala Dunia 2022 Qatar
Mampukah Maroko Memulangkan Portugal dari Qatar?
Maroko merupakan tim kejutan yang merangsek masuk ke dalam salah satu tim terbaik di babak 8 besar dunia. Sebelumnya tidak terlalu diperhitungkan. Karena biasanya tim-tim dari Afrika hanyalah kuda hitam. Sama kayak Asia-Australia yang hanya numpang lewat.
Kemudian menjadi fenomenal karena mampu melengserkan Spanyol, salah satu kandidat juara, dari perhelatan akbar ini. Bisakan kejutan yang ditunjukkan Maroko berlanjut? Atau hanya cukup terhenti di 8 besar, sebagai catatan terbaiknya.
Ada dua nama bintang yang layak untuk diperhitungkan di tim Afrika ini. Achraf Hakimi dan Hakim Ziyech. Achraf Hakimi yang besar di akademi Real Madrid, sekarang memperkuat sektor bek PSG, di League 1.
Baca juga : Ingin Berlaga di Piala Dunia? Ini yang Dibutuhkan Indonesia!
Hakim Ziyech, juga salah satu nama di tim Maroko yang juga patut diperhitungkan perannya di tim asal Afrika. Pemain yang memperkuat salah satu raksasa London, Chelsea di Premier League. Liga utama Inggris, yang terkenal liga terbaik saat ini.
Posisi Ziyech sendiri bisa gelandang, atau penyerang sayap. Pria kelahiran Belanda ini, sudah memperkuat Belanda untuk setiap kelompok umur. Sekarang terlempar ke Maroko.
Tentu sebagai tim, Maroko tidak hanya bergantung kepada dua pemain ini. Namun, keberadaan kedua pemain bintang ini, akan mengangkat moral tim. Ditambah lagi diperkuat Yassine Bono di bawah mistar gawang, telah menunjukkan kualitasnya ketika menyingkirkan tim matador di babak gugur.
Sekaranglah saat yang tepat bagi Timnas Maroko, wakil Afrika untuk membuktikan mereka mampu menciptakan sejarah baru. Mengalahkan salah satu raksasa Eropa, Portugal dengan Cristiano Ronaldonya. Atau tidak sama sekali.
Di pihak Portugal sendiri sudah sangat siap untuk meladeni tantangan Bono Cs. Ini dibuktikan dengan keberhasilan Pepe dan kawan-kawan meluluhlantakan Swiss dengan kemenangn 6-1 di babak 16 besar. Merupakan alarm yang berdering nyaring bagi tim manapun yang bersua Portugal.
Sederet label bintang bertebaran di skuat Portugal. Mulai dari keeper sampai penyerangnya. Sebut sebagian saja.
Baca juga : CATUR PERMAINAN DAN MANFAATNYA
Ruben Dias pemain Manchester City akan berpartner dengan mantan bek tangguh Madrid, Pepe. Cancelo bek kiri dan Dalot di sektor bek kanan.
Lini tengah akan dipercayakan kepada Bernardo Silva gelandang lincah milik City. Berpartner dengan William Carvalho dan gelandang Porto, Otavio. Menilik nama-nama lini tengah, diperkirakan Portugal akan menguasai lini tengah.
Sektor penyerangan kemungkinan besar akan dipercayakan kepada Goncalo Ramos, peencetak hattrick ke gawang Swiss. Diapit oleh Joao Felix penyerang Atletico Madrid dan Bruno Fernandes pemain Manchester United. Tentu dengan nama-nama beken ini, Portugal berpotensi menciptakan bencana buat Maroko.
Tapi sepak bola bukan ilmu pasti. Di atas kertas Maroko akan gampang dikalahkan Portugal. Minimal 2-0, berdasar analisis skuat yang ada.
Kalau Maroko mampu memaksakan pertandingan pada babak pinalti. Ada kemungkinan dan peluang untuk memenangkan pertandingan, melangkah lebih jauh. Mengingat keahlian Mas Mono, eh Bono dalam menepis pinalti.
Salam sehat tanpa batas !
Friday, December 9, 2022
Hasil Laga Menuju 4 Besar Piala Dunia 2022 Qatar
Ini Dia Kekuatan Belanda dan Argentina dalam Pertandingan Perempat Final World Cup Qatar
Belanda sepuluh kali tampil di Piala Dunia sejak 1934, 3 kali mencapai final. Tepatnya pada gelaran tahun 1974, 1978 dan 2010. Sayangnya dari tiga kali mencapai laga puncak tidak satupun berakhir sebagai juara. Makanya tim orange ini dikenal sebagai raja tanpa mahkota.
Ada banyak bintang yang dilahirkan Belanda. Para pemain hebat ini meramaikan berbagai kompetisi top Eropa. Sebut saja Wesley Sneidjer, yang malang melintang bersaama Ajax, Real Madrid, Inter Milan dan Galatasaray. Salah satu nama besar yang dimiliki negri kincir angin.
Nama lain ada mantan gelandang Madrid dan Hotspur, Rafael Ferdinand Van der Vaart. Juga salah satu bintang dan nama populer di kalangan pecinta bola pada masanya. Layak disandingkan dengan para profesional lainnya. Serta masih banyak lagi yang tidak bisa disebut satu-satu.
Baca juga : Gara-Gara Pemain Sering Thowaf di Ka'bah Arab Saudi Mengalahkan Argentina
Yang terbaru para bintang yang masih bersinar, dibawa Belanda ke Piala Dunia Qatar, ada nama Gakpo yang bersanding dengan Mbappe dan Rashford dalam daftar pencetak goal terbanyak saat ini. Dengan gelontoran 3 goal.
Sektor gelandang diisi bintang Barcelona Frenkie de Jong. Lini belakang ada Vandijk, yang sedang bersinar bersama Liverpool dan Natan Ake bek andalan Manchester City. Tim Nasional Belanda lumayan bertabur bintang di setiap lininya.
Di kursi kepelatihan, Louis Van Gaal salah satu pelatih papan atas Eropa, walau tidak terlalu sukses ketika menangani tim MU. Melihat materi pemain dan pelatih yang ada, orange siap bersaing memperebutkan gelar juara. Tinggal dilihat jalan takdir akan menentukan siapa yang akan jadi juara. Pada fase ini, semua tim sudah masuk 8 tim terbaik dunia, bedanya kecil sekali.
Di tim Argentina juga tidak kalah bagusnya. Ada nama-nama tenar menghiasi tim. Messi bintang PSG. Julian Alvarez penghuni tim utama Manchester City. Lautaro Martinez ujung tombak Inter Milan.
Lini depan Tim Tango dihuni nama-nama bomber haus goal yang sudah teruji di klub masing-masing. Baik secara mental kompetisi atau tekhnis. Lagi-lagi Argentina juga slah satu tim yang layak diperhitungkan sebagai juara.
La Albiceleste julukan Argentina ditukangi oleh pelatih yang masih tergolong muda, Lionil Scolani. Pelatih yang sudah mempersembahkan Copa America edisi 2021 yang lalu bersama skuat ini. Tentu tidak diragukan lagi kemampuan taktiknya.
Tidak seperti Belanda, Argentina sudah pernah menjadi raja piala dunia dengan dua mahkota. Tahun 1978 dan 1986. Secara sejarah tim Tango lebih kaya.
Negara ini sudah banyak melahirkan para bintang sepak bola. Yang paling fenomenal adalah Diego Armando Maradona dan legenda hidup dan masih aktif bermain saat ini Leonel Messi sendiri. Dan sederet nama beken lainnya.
Laga ini bisa disaksikan hari Sabtu, jam 02.00 WIB disiarkan langsung TV swasta nasional. Sayang sekali kalau melewatkan tayangannya. Karena evennya 4 tahun sekali.
Baca juga : Oleh-Oleh dari Singapore
Prediksi pertandingan :
Pertandingan ini akan menyajikan tontonan pertandingan level tinggi. Peluangnya 50:50 untuk kedua tim. Dengan Argentina sedikit diunggulkan karena faktor materi pemain dan sejarah yang mengirinya. Namun sepak bola bukan matematika, hasilnya pasti. Bola itu bulat, hasilnya bisa saja keluar dari prediksi banyak orang. Kedua tim layak juara tahun ini. Tinggal menunggu takdir yang akan memilihnya.
Salam sehat tanpa batas !
Wednesday, December 7, 2022
Mengintip Kekuatan Brazil dan Kroasia dalam Pertarungan Perempat Final Piala Dunia 2022
Pada hari Jum'at tanggal 9 Desember 2022, jam 22.00, kita akan menyaksikan laga seru antara dua tim yang telah berhasil membuktikan diri sebagai salah satu tim terbaik dunia saat ini. Brazil Vs Kroasia. Dua tim lintas benua, yang mewakili negara dengan kultur sepak bola yang sangat kental.
Prestasi terbaik Kroasia sejak keikutsertaannya dalam ajang piala dunia, berhasil menembus babak final Piala Dunia tahun 2018 di Rusia. Sebelum ditumbangkan Prancis dengan skor 4-2. Sekaligus Prancis berhasil menjuarai ajang tersebut. Dan Kroasia menjadi runner-upnya.
Pemain yang masih tersisa seperti Luka Modric masih menjadi andalan di lini tengah. Meski sudah berumur 37 tahun dan tidak lagi muda, pemain yang merumput bersama Real Madrid ini masih dipercaya sebagai mentor bagi timnya. Mengingat pengalaman bermiain di level tertinggi dan berbagai tropi yang telah diraih.
Kroasia masih dilatih oleh orang yang sama yang berhasil mengantarkan negara ini sebagai runner-up pada tahun 2018 silam, Zlatko Dalic. Taktisian oportunis yang sering gonta-ganti formasi dalam mengahadapi berbagai pertandingan. Tergantung lawan yang akan dihadapi. Terlihat dari formasi yang sering digunakannya dalam menyussun pemain, 4-2-3-1, 4-3-2-1, dan 4-1-4-1.
Baca juga : Membaca Peta Formasi 4-1-4-1 dalam Memenangkan Football Game
Sejauh ini Dalic sudah membuktikan bahwa dia juga layak diperhitungkan. Raihan runner-up tentu sebuah prestasi tersendiri bagi seorang pelatih. Sekarang berlaga di perempat final, merupakan bukti berikutnya dari sebuah kecerdikan dan konsistensi.
Coba kita lirik tim samba Brazil. Berbeda dengan Kroasia yang mentok pada posisi runner-up. Brazil merupakan pemengang gelar juara terbanyak di turnamen internasional ini. Dengan merengkuh 5 tropi. Negara ini rajanya. Tepatnya tahun 1958, 1962, 1970, 1994 dan 2002.
Dengan sejarah besar yang menempel pada Brazil, di setiap turnamem 4 tahunan ini berlangsung, otomatis akan menjadi kandidat juara. Walau bersifat tidak pasti, tapi seluruh pengamat bola dunia, akan menempatkannya pada posisi favorit. Super powernya sepak bola.
Baca juga : Ini Alasan Tim-Tim Kecil di Inggris Kerap Menggunakan Formasi 3-5-2
Kita lihat nama lain, ada Antony yang merumput bersama MU. Vinicius dan Rodrygo dengan Real Madrid. Jesus di Arsenal. Richarlison bersama Hotspurs. Alisson bersama Liverpool. Ederson keeper utama City. Dan sederet nama bintang di setiap lininya.
Di kursi pelatih tercantum nama Tite, pelatih yang berhasil mengantar Brazil sampai perempat final piala dunia edisi 2018. Menjuarai Copa America 2019, setelah 12 tahun puasa gelar. Prestasi yang cukup bagus bagi seorang pelatih. Formasi yang sering dipakai 4-3-3.
Melihat sisi sejarah kedua tim, Brazil jelas lebih unggul dari Kroasia. Demikian juga dari komposisi pemain, lagi-lagi Brazil lebih terlihat menjanjikan dari segi skill bermain, karena diperkuat para pemain bintang yang bertebaran di klub-klub elite Eropa. Di kursi pelatih Dalic dan Tite relatif seimbang.
Dalam laga nanti Brazil lebih diunggulkan untuk memenangkan pertandingan dan melaju ke babak selanjutnya. Prediksi ini tidak mutlak karena sifat relatif yang menempel dalam sepak bola. 70:30 untuk kemenangan tim samba. Bola itu bulat.
Salam sehat tanpa batas !
Tuesday, December 6, 2022
Hebat ! Ada Pemain Indonesia dalam Kemenangan Maroko atas Spanyol
Mungkin hanya segelintir orang yang memperkirakan Maroko akan menjungkalkan tim matador. Tim dengan kultur sepak bola yang kuat. Salah satu kiblat sepak bola modern.
Hanya bermodalkan satu bintang Chelsea, Hakim Ziyeh yang ikut mengantarkan The Blues menjuarai Liga Champion Eropa edisi 2021 kala bersua Manchester City di Final. Di bawah komando Tuchel, yang menakodai tim biru asal Kota London kala itu. Melawan taktisian genius di kubu The Sky Blues, Pep Guardiola.
Baja juga : Perjodohan Messi dengan Manchester City Berkah ataukah Musibah ? Ini Jawabannya
Terlibat dengan momentum pertarungan tingkat tinggi di antara dua pelatih dan sekaligus dua tim tangguh Eropa, seolah menyuntikkan virus mindset pemenang dalam diri Ziyeh. Virus itu pun menjalar ke seluruh tim Maroko. Tak ayal lagi, tim yang bahkan kurang dilirik seluruh pengamat bola manapun ini, mampu menahan para penakluk banteng selama 2x45 menit waktu normal. Itupun sudah prestasi tersendiri sebenarnya.
Pelatih Maroko seolah hanya perlu menduplikasi taktik Tuchel ketika mengalahkan Pep di final Liga Champion. Manchester City kala itu menguasai penguasaan bola. Memaksa Chelsea bertahan dengan mengandalkan serangan balik. Uniknya, Ziyahlah yang jadi penentu kemenangan Chelsea dengan goal tunggalnya.
Baca juga : Membaca Peta Formasi 4-1-4-1 dalam Memenangkan Football Game
Luis Enrique bukanlah pelatih sembarangan. Mantan pelatih Barca plus Messi ini, telah munyumbangkan banyak tropi untuk klubnya. Penerus tiki-taka khas Spanyol. Dipaksa bermain imbang di waktu normal sampai 2x15 menit babak perpanjangan waktu usai.
Kali ini bukan Ziyeh yang menjadi penentu kemenangan Maroko atas Spanyol. Tapi keeper Maroko dengan nama Jawa ini yang menjadi pahlawan salah satu perwakilan timur tengah. Mono. Ya, kita gak salah eja. Mirip dengan nama pemilik restoran ayam bakar "Mas Mono".
Mas Mono, maaf yang dimaksud Mono keeper Maroko, berhasil mementahkan 3 tembakan pemain Spanyol dalam adu pinalti. Termasuk tembakan salah satu pemain senior, Busquest. Yang sudah merasakan berbagai gelar juara bersama Barca. Skor akirpun menjadi 3-0 untuk kemenangan Maroko.
Luar biasa Maroko. Telah menginspirasi bagaimana cara bermain melawan kandidat juara. Kita tunggu kiprahmu di fase berikutnya. Lawan selanjutnya, Portugal menunggu di depan mata.
Salam sehat tanpa batas !
Sunday, December 4, 2022
Prancis Vs Polandia Bukan Sekadar Pertarungan Mbappe dan Lewandowski, Ini Hasilnya
Thursday, December 1, 2022
Belgia Emang Tidak Sebagus Manchester City
Saturday, November 26, 2022
Arab Saudi Menyulitkan Lewandowski Bersama Polandia
Lagi-lagi Arab Saudi. Menaklukkan Argentina mungkin hanya sebuah kebetulan. Jika hanya terjadi sekali. Penilaian akan berbeda kalau mampu mengimbangi permainan tim-tim mapan dunia.
Kali ini pertandingan tertuju pada lawan dengan standard Eropa. Polandia yang dipeerkuat salah satu bintang klub legendaris, Barcona. Lewandowski dengan Polandia, tentu bukan nama sembarangan.
Tampak Arab Saudi bermain dengan kepercayaan diri yang tinggi setelah sebelumnya mengalahkan Argentina. Permainannya pun mengalir dengan rapi, dari belakang ke lini gelandang sampai le lini serang. Pola permainan ini mampu memaksa para pemain Polandia bermain bertahan.
Baca juga : Gara-Gara Pemain Sering Thowaf di Ka'bah Arab Saudi Mengalahkan Argentina
Melihat cara bermain Arab Saudi, tidak ada ketakutan sama sekali. Seolah mereka tidak peduli tim yang dihadapi salah satu tim yang layak diperhitungkan bersaing dengan tim elit dunia. Dengan keunggulan tekhnis dan pemahaman taktik yang matang.
Tim Arab kurang beruntung babak pertama dengan banyaknya peluang yang terbuang percuma. Terbentur kegemilangan Sczesny yang berhasil mementahkan pinalti Saudi. Berhasil menyuntikkan moral Polandia, yang justru unggul 1-0 di babak pertama.
Pada babak kedua para pemain Saudi tetap saja bermain dengan tempo tinggi. Ketahanan fisik mereka sepertinya tidak berkurang sedikitpun. Bermain dengan umpan-umpan pendek, terkadang berlari dengan kecepatan.
Polandia mampu meredam serangan dengan bertahan dengan rapat, dan melakukan counter attack dengan efektif. Ada beberapa peluang Polandia yang menerpa mistar gawang. Ketenangan dan mentalitas tim Eropa memang tidak bisa dipungkiri.
Baca juga : Qatar Vs Ecuador Laga yang Tidak Seimbang
Sial bagi Arab di menit ke 82 bek melakukan kontrol bola yang tidak sempurna, berhasil direbut dan dimaksimalkan jadi goal kedua oleh Lewi. Skor berubah 2-0 untuk keunggulan Polandia. Sepertinya permainan telah selesai. Dengan sisa waktu 8 menit sulit mengejar ketertinggalan.
Arab bermain dengan baik, namun kurang klinis memanfaatkan peluang di depan gawang. Polandia yang hampir sepanjang pertandingan ditekan berhasil menetralisir serangan. Serta lebih licin di depan gawang. Skor 2-0 bertahan hingga peluit akhir dibunyikan.
Salam sehat tanpa batas !
Tuesday, November 22, 2022
Gara-Gara Pemain Sering Thowaf di Ka'bah Arab Saudi Mengalahkan Argentina
Monday, November 21, 2022
Rekap Hasil Pertandingan Piala Dunia 2022 Grub A dan B
Sunday, November 20, 2022
Qatar Vs Ecuador Laga yang Tidak Seimbang
Luar Biasa! Indonesia Terlibat dalam Piala Dunia 2022 di Qatar
Sunday, November 6, 2022
Kenapa Zlatan Ibrahimovic Begitu Sakit Hati pada Pep Guardiola ?
Thursday, November 3, 2022
Sevilla Vs Manchester City Ajang Pembuktian Pemain Akademi
Menarik menyaksikan permainan Manchester City Vs Sevilla di ajang Liga Champion. Mungkin sebagian pengamat bola agak sedikit memandang sebelah mata laga ini. Sah-sah saja.
Manchester City menurunkan dua pemain muda akademi. Palmer dan Lewis. Terlihat mereka tampil sangat hebat untuk ukuran pemain akademi yang merumput di tim utama.
Dari sisi taktik dengan memarkir Haland dan menurunkan dua pemain akademi, itu artinya City sedang menyelam sambil minum kopi. Parkir Haland untuk menyimpan tenaga demi laga yang lebih krusial, karena di liga ini sudah pasti lolos. Mengorbitkan pemain potensial akademi untuk memberikan menit bermain dan pengalaman bermain di pentas yang prestisius Liga Champion. Penting untuk membentuk mental pemain.
Melawan Sevilla tim Spanyol dengan pakem permainan sedikit Italiano. Dengan catenaccio, bahkan terkesan sedikit parkir tronton, bukan lawan yang mudah buat tim biru langit. Bahkan terkesan menyulitkan, terlihat para penyerang tim Manchester kesulitan menembus pertahanan berlapis ini. Malah, di babak pertama harus kebobolan lewat tandukan Rafa Mir dengan skema set piece.
Baca juga : Sebaiknya Haland atau Manchester City yang Harus Menyesuaikan Diri? Ini Analisisnya!
Hampir semua lawan The Blues Sky memainkan sistem permainan parkir bis untuk meminimalisir jumlah goal. Atau kalau bisa mencuri poin dengan serangan balik. Sekaligus variasinya, set piece.
Babak kedua seolah menjadi bencana buat Sevilla, nama bocah kecil (bocil) Rico Lewis mampu menembus brigade parkir tronton yang diperagakan tim tamu. Lewis mampu memecah kebuntuan tim tuan rumah. Satu goal berhasil disarangkan bocil. Calon bintang baru Kota Manchester.
Babak kedua pula, Coach biru langit banyak melakukan pergantian pemain. Bek kiri masuk pemain akademi Wilson. De Bruyne juga terlihat di lapangangan. Terlihat Cancelo juga sudah dimainkan.
Dengan beberapa pergantian pelatih, Alvarez mampu menggandakan keunggulan City menjadi 2-0. Beberapa menit berselang, ada nama Mahrez yang berhasil menambah keunggulan tuan rumah menjadi 3-0.
Baca juga : Ingin Berlaga di Piala Dunia? Ini yang Dibutuhkan Indonesia!
Laga melawan Sevilla gak ngaruh apa-apa untuk kelanjutan tim bintang Manchester ini di Liga Champion. Laga sebagai pemanasan untuk calon bintang baru. Dan menunjukkan betapa suksesnya akademi sepak bola Manchester City dalam mencetak para pesepak bola profesional. Manchester itu biru langit.
Salam sehat tanpa batas !
Monday, October 24, 2022
Sebaiknya Haland atau Manchester City yang Harus Menyesuaikan Diri? Ini Analisisnya!
Monday, October 10, 2022
Ingin Berlaga di Piala Dunia? Ini yang Dibutuhkan Indonesia!
Sebagian orang akan kehilangan kepercayaan kalau membicarakan Sepak Bola Indonesia di kancah dunia. Mengingat peringkat terbaru Indonesia di list FIFA. Demikian juga kiprah yang kurang meyakinkah di kancah Asia. Bahkan asia tenggara sekalipun.
Akan menjadi sebuah pepes kosong apabila ada yang memunculkan ide Indonesia sebagai kontestan piala dunia. Akan bermunculan para hater yang akan menyerang dengan perkataan bahkan cendrung melecehkan. Hal ini bisa di maklumi.
Ide Indonesia kontestan Piala Dunia, sebenarnya lumrah saja, yang paling penting para pemangku kepentingan siap membayar harganya. Harga yang dimaksudkan adalah proses dan pembinaan yang benar. Bukan proses yang hanya asal-asalan bahkan terkesan main-main, seperti yang selama ini biasa disaksikan.
Baca juga : Warna Sepak Bola Spanyol dalam Kemenangan 14-0 Timnas Indonesia U-17 atas Guam
Indonesia harus membangun visi sepak bola minimal untuk tiga puluh tahun ke depan. Dimana para pemain sepak bola baru akan dipersiapkan sejak dini. Mulai umur 7 tahun. Dan mulai matang sebagai pesepak bola profesional direntang umur 22 s.d 30 tahun. Sekaligus sudah siap tekhnis, taktik dan mental untuk mengemban misi kompetisi dan kontestasi piala dunia.
Aanggaplah para pesepak bola usia dini mulai dipersiapkan di usia 7 tahun. Secara sederhana, mereka mulai belajar dan bermain sepak bola di usia kelas 1 sekolah dasar. Dengan pola latihan yang menyenagkan sesuai dengan usia mereka. Tentu dengan gizi yang dibutuhkan mereka.
Berdasar hitungan kasar, maka pesepak bola junior tersebut akan siap fisik dan mental mengemban beban jersey Timnas Indonesia, pada tahun 2044. Dengan usia yang masih sangat produktif sebagai pesepak bola, 22 tahun. Tentu dengan pembinaan fisik dan mental yang benar, plus gizi yang benar pula sebagai seorang pesepak bola yang benar-benar pro. Bukan peseak bola yang setengah pro seperti sekarang ini.
Mengenal dan mencintai sepak bola sejak dini itu penting. Dan jauh lebih penting lagi, berlatih dengan pola latihan yang benar sejak dini. Untuk bisa mencapai pola latihan yang benar, butuh beberapa aspek yang harus dipenuhi.
Yang pertama aspek fisik. Sepak bola membutuhkan fisik pemain yang prima. Setiap kali mendatangkan pelatih dengan prestasi mentereng pun akan mubaddzir jika fisik pemain kita tidak bisa diandalkan. Kasus terbaru bagaimana pelatih Timnas Indonesia Shin Tae-Yong mengeluhkan daya tahan fisik pemain, yang hanya kuat separuh babak jika bermain dengan intensitas tinggi.
Di masa depan, keluhan tentang fisik pemain tidak ada lagi. Karena pemain yang masuk timnas, sudah benar-benar terlatih secara profesional. Mereka mampu bermain selama 90 menit penuh. Plus 2X babak tambahan waktu 15 menit. Jika ketahanan fisik pemain sudah dipesiapkan secara maksimal, maka jika ada pelatih yang mengeluhkan fisik pemain, tinggal dibalik saja, berarti pelatihnya yang tidak profesional.
Yang kedua aspek tekhnik olah bola. Bermain sepak bola tanpa tekhnik olah bola yang bagus, maka disebut pemain kampung. Bukan pesepak bola pro. Untuk mendapatkan pesepak bola dengan tekhnik yang mumpuni tentu perlu latihan yang tepat dan disiplin. Boleh juga ditambah menyenangkan. Jangan dikurangi, menyenangkan tanpa disiplin, tidak menghasilkan out put yang diharapkan.
Disiplin dan menyenangkan dalam berlatih memang penting untuk membentuk tekhink olah bola yang diharapkan. Hal ini, hanya bisa tercapai dengan baik kalau ditangani oleh pelatih yang bagus juga. Maka perlu ada pembinaan pelatih profesional plus lisensi kepelatihan yang benar-benar serius.
Pelatih yang berkualitas bagus, akan membuat program latihan tekhnik olah bola yang bagus pula. Ujungnya, menghasilkan pemain dengan tekhnik yang hebat. Maka tidak ada lagi, sejenis keluhan mantan pelatih Timnas, Ivan Kolev dan Ridle karena akurasi passing pemain timnas yang masih rendah. Gampangnya sering salah umpan. Kalo akurasi umpan sudah benar, kadang sulit diterima temannya.
Di timnas sudah tidak layak ada pemain yang pasingnya masih berkualitas rendah. Tidak lucu juga, pelatih timnas, diberikan tugas melatih akurasi pasing. Seperti pelatih SSB saja.
Yang ketiga aspek mentalitas. Aspek ini tidak terlihat mata. Bagaimana para pemain harus dibiasakan dengan mentalitas pemenang. Klub yang berisi para pemain dengan mentalitas yang tidak tepat, akan mudah dikalahkan walau sebenarnya ada sedikit kelebihan di aspek fisik dan tekhnik.
Baca juga : Ada Taktik Klopp dan Pep Guardiola Pada Laga Indonesia Vs Curacao Leg Ke-2
Pemain harus dibuat tidak suka dengan kekalahan. Para juara melakukan itu. Walau sebenarnya, dalam permainan sepak bola, kemenengan dan kekalahan seperti dua sisi mata koin.
Mentaliatas yang tepat diperoleh dari sistem persaingan kompetisi yang bagus dan sehat. Gampangnya, kompetisi yang sehat akan menghasilkan mentalitas petarung yang sebenarnya. Maka jangan harap akan lahir mentalitas pemain yang tangguh dari sistem kompetisi yang tidak bagus. Contoh kecil, suap menyuap, pengaturan skor dan sepak bola "gajah" dalam kompetisi.
Orang-orang yang masih mengidap pola pikir parasit, sebaiknya dibersihkan dari badan sepak bola nasional. Karena 100 tahun pun bagi mereka terlalu sebentar untuk mengukir nama persepak bolaan Indonesia. Janagankan dunia, Asia Tenggara saja sudah ngos-ngosan.
Yang keempat membuat dan menanamkan filosofi bermain sepak bola secara nasional. Ini sangat penting dilakukan oleh badan sepak bola nasional, agar menjadi acuan bermain sepak bola oleh seluruh sekolah sepak bola Indonesia. Dimanapun adanya.
Filosofi bermain sepak bola ini didasarkan pada pemikiran tekhnik dan taktis yang paling mungkin Indonesia memenagkan pertandingan. Dengan pertimbangan tinggi badan yang kalah dari negara-negara Eropa, Afrika, dan Amerika. Maka tidak memungkinkan Indonesia bermain dominan dengan bola-bola atas.
Paling memungkinkan Indonesia bermain dengan penguasaan bola dari kaki ke kaki. Menggunakan umpan-umpan pendek. Maka sejak masih di SSB, pemain sudah diajarkan pola bermain seperti ini. Walau sebagai pengayaan, pemain diajarkan cara bermain berbeda. Tapi, dominannya harus sesuai dengan apa yang sudah digariskan sepak bola nasional.
Jika empat hal ini terpenuhi, hampir bisa dipastikan Indonesia tidak hanya berlaga di ajang piala dunia. Lebih dari itu, akan mampu berbicara banyak di kancah itu. Kalau mau lebih hebat lagi, juara piala dunia.
Sahabat Genius Football, untuk mendapatkan update terbaru yang berkualitas, silahan klik "ikuti". Salam sehat tanpa batas !