Followers

Saturday, August 15, 2020

Nasib Manc.City di Atas Kulit Bulat Bola Liga Champion



Luar biasa senangnya gak kira-kira. Mulai jam 02.00 pagi sampai jam 04.00 ditemani secangkir kopi susu campur aduk dengan jahe, menyaksikan tim kesayangan berlaga di Liga Champion 2019/2020. Manc.City VS Olympique Lyonnais. Sendirian melotot di depan TV. Jangan ditiru ya, ini kebiasaan buruk. Gak baik buat kesehatan. Ini saya lakukan karena liburan saja, dan menyalurkan kesenangan jua, supaya enjoy my life. Hehehe udah mulai lebay ya? Ho-oh dikit.


Sambil sesekali ditemani oleh raungan alarm handphone yang setia mengingatkan istri, lagi istirahat untuk bangun. Pi kayaknya, dia gak merespon tuh. Jadi biarin ja lah, mungkin dia niatnya mo qiyamullail, karena kecapean ya babblas ja tidurnya.


Nah mulai gak fokus nih. Yuk kita balik ja ke tema. Mumpung alarm udah gak bunyi lagi dan TV udah saya matiin. Penginnya sih, saya tendangin ja nih TV karena tim kesayangan saya kalah, kesel juga tau. Hehehe, bercanda jangan dimasukkan di hati. Kali, saya kayak gitu, masak tim kesayangan kalah, TVnya yang dirusak, mikir dong ! Klo TVnya rusak ntar beli lagi, mubaddzirlah klo pun ceritanya lagi punya banyak duit. Inget ya, klo kata anak saya, mubadzdzir itu temennya syetan. Hehehe.


OOOO iya, kok jadi ngelantur kemana-mana ya?! Kita kan lagi ngobrolin Manc.City Vs Lyonnais. Berdasarkan prediksi seluruh manusia sejagad raya, pasti Man.City menang mudah atas Lyon. Dengan kemungkinan gol, 10 – 0 untuk kemenangan City. Mungkin yang tidak mengunggulkan City menang palingan supporter Lyon garis keras alias para fanatis karatan. Ini bisa dimaklumi sih, City kurang apa coba, para pemain bintang lima ada di setiap lini skuad City. Satu ja nich saya kasih tau harga, Si Riyadh Mahrez ketika didatangkan dari Licester, 60 juta paun, ntar saya Googling dulu ya, oya 1,171,260,000,000.00 (Setriliyun, seratus tujuh puluh satu milyar, dua ratus enam puluh juta rupiah) dengan kurs rupiah dengan Ponsterling, 19.521,64. Itupun angka 64 di belakang koma saya buang biar gak ribet ngitungnya, belum lagi pemain bintang yang lainnya. Waduh, duit sebanyak itu udah lebih dari cukup kali ya untuk membeli kehormatan kamu-kamu nich yang masih pada kere. Hehehe, maaf becanda, jangan dimasukin di hati. Anggap saja angin sepoi-sepoi, maksud saya angin lalu.


Baca juga : Selalu Ada yang Bisa Disyukuri


Tapi nyatanya, faktanya dan realitasnya di lapangan jauh panggang daripada api. Pas saya nulis ini, kok perasaan saya mengatakan ini lebay ngesot banget ya? Menurut lo lo pada, gitu gak sih? Saya yakinnya gitu. Hehehe. Lupakan saja. Kita balik lagi ke tema ya. Emang bener sih, permainan indah ala tiki-taka Pep Guardiola, Sang filosof taktisian sepak bola sejagad raya, dibuat tidak berdaya oleh strategi parkir bis di areal kotak pinalti dengan rapi, yang diterapkan oleh pelatih Lyon, Rudi Garcia. Sekadar informasi, taktik ini sebenarnya sering dipakai oleh seorang pelatih bengal dan edan, tapi jangan salah sudah sukses mempersembahkan banyak tropi juara, Jose Mourinho. Inspirasinya adalah filosofi Catenacio milik bangsa Italia. Kita simplekan saja menjadi “Italiano Style”.


Sedihnya lagi ya, plus hati berasa sakit seperti tersayat sembilu berkeping-keping, bek kanan buangan Jason Denayer si kribo yang sering disekolahkan City ke klub-klub lain malah tampil mempesona memikat hati, aduhai pokoknya, berhasil meredam daya ledak Raheem Sterling, winger kiri kesayangan Pep Guardiola. Addooo, nyesel nich kayakya Bos Pep telah ngebuang Denayer. Pi, apapun hasilnya inilah pilihan dan hasil ijtihad terbaik Pep Guardiola, yang jeniusnya di sepak bola tak kewer-kewer. Hehehe. Jangan berani-beraninya ya kamu nyalah-nyalahin dia. Ini kejuaraan antar tim terbaik se Eropa ya. Dia juga udah langganan juari di kompetisi-kompetisi terbaik di sono. Nah, elo juara antar kampong enggak, awas klo berani nyalah-nyalahin. Jaga lisan ya, karena lisan lebih tajam daripada golok. Hehehe.


Aduh cape juga ngomong mlulu, eh nulis terus dari tadi. Gini ja deh, sebenarnya City kalah dari Lyon, 1-3 karena faktor tidak beruntung saja. Ada momen di menit ke-80an, Raheem Sterling mendapat umpan mateng klo gak salah Debruyne keepernya udah mati kutu, bek Lyon udah tertinggal 3 langkah, tinggal nyocor aja ke gawang yang kosong gak terjaga, entah kenapa Sterling jadi gak tenang tu bocah, hingga bola cocorannya malah melambung di atas tiang  gawang. Secara hitungan matematis tu peluang sebenarnya, 99, 9 % tuh goal. Mungkin ini kali ya guys yang kita sebut sebagai takdir. Gak tau lah harus ngomog apa. Sambil garuk-garuk kepala nih, plus tangan di bawah dagu. Hehehe.


Ada lagi proses terjadinya gol ketiga Lyon oleh Musa Dembele, seluruh bek City sudah beranggapan itu sudah offside, sehingga tidak ada satu pun bek-bek City bereaksi, dan membiarkan Si Dembele berhadapan man-to-man langsung dengan keeper City. Jebolah gawang City. Entah kenapa wasit tidak menganggap itu offside.


Inilah indahnya sepak bola, bola sepak. Bulet menggelinding membawa permainan dan takdir. Terkadang keluar dari logika dan teori probability matematika. Maka keluarlah kata-kata bijak dari mulut para pelatih dan pemain yang kadang sukar mengerti dengan hasil sebuah pertandingan. Inilah sepak bola dan semua bisa terjadi.


Selamat buat Lyon karena sudah melaju ke babak final. Dan tetap cinta buat Man.City dan para pemain, karena telah menampilkan permainan yang luar biasa, penguasaan bola 65%, dengan permainan yang indah pula. 16 peluang tercipta, namun ternyata hanya satu yang berbuah gol. Tegakkan kepala, dan belajar dari hari ini untuk menjadi juara di musim depan. Ini bukanlah kegagalan, melainkan sebuah petunjuk bagaimana cara menjadi juara. Salam sehat bahagia, kaya raya dekat dengan Yang Kuasa. Tersenyum itu lebih indah.

 

Diadaptasi oleh :


Tholibul Khair MVB 



Pengamat dan analis sepak bola masa kini

No comments: