Menarik
mengamati pertandingan final Liga Champion edisi 2021-2022 yang mempertemukan
Madrid Vs Liverpool. Liverpool maju ke final dengan pola permainan terbuka,
dengan pendekatan gegenpressingnya. Sedangkan Madrid maju ke final, dengan
pendekatan sepakbola efektif. Dengan filosofi lebih ke sisi pertahanan grendel.
Bisa dimaklumi ada sosok Anceloti di dalamnya.
Saya tidak
akan menyebutnya sebagai pertarungan filosofi sepakbola modern dengan klasik,
walau secara feeling saya ngerasa seperti itu. Karena, dalam sebuah
pertandingan seorang pelatih bebas memilih pendekatan taktik seperti apa yang
akan dipakai. Juara atau tidak tetap hasil akhir yang menentukan.
Baca juga : Adu Jenius Diego Simeone vs Pep Guardiola di Pentas Liga Champion 2022
Kebetulan
edisi kali ini Madridlah yang keluar sebagai juara. Walau hanya mengandalkan
serangan balik. Selebihnya bertahan. Selanjutnya keberuntungan. Kemengan 1-0 telah mengantarkan Madrid merengkuh tropi juara yang ke-14.
Dalam
sepakbola, bermain baik dan cantik juga bukan jaminan juara. Buktinya dalam
pertandingan ini, Liverpool sudah bermain sangat menarik. Bermain terbuka
dengan umpan-umpan yang akurat dan penguasaan bola yang dominan. Cuma satu
kurangnya, tidak mampu mencetak ‘goal’. Kalah.
Bayangkan,
di babak pertama saja, 8 shoot on target milik Liverpool berbanding nol bagi
Madrid. Dari ini saja, kelihatan bagaimana timpangnya pola serangan dari kedua
tim. Jelas Liverpool lebih baik dalam memainkan sepakbola, tapi Madrid lebih
beruntung karena tidak kebobolan dan menjadi juara.
Sengaja
tidak kita singgung susunan pemain yang berlaga di final kali ini. Karena
secara materi permain, kedua tim dihuni pemain-pemain bintang di segala lini.
Bedanya mungkin hanya, rata-rata pemain Liverpool lebih muda, ketimbang pemain
Madrid yang kombinasi pemain senior junior. Itupun, sama-sam punya plusminus.
Gampangnya, Madrid unggul pengalaman Liverpool unggul energi.
Perpaduan
taktik dan pemain yang tepat, telah membawa Madrid berjaya lagi di Eropa. Pelatih
yang oke dengan taktik catenaccio dalam diri Ancelotti didukung keeper semi
tradisional juga bagus dalam sosok Coourtois. Courtois bermain brilian di bawah
mistar gawang. Sering sekali dia melakukan penyelamatan dengan aksinya. Sehingga
penyerang-penyerang Liverpool dibuat kelabakan.
Tidak kalah
penting juga, mentalitas tim juara yang dimiliki Madrid. Status raja Liga
Champion dengan 14 tropi yang disandang Los Blancos, merupakan keuntungan
tersendiri walau tidak mutlak. Terbukti di musim sebelumnya, mereka juga bisa
ditumbangkan.
Baca juga : Menganalisis Formasi Taktikal 4-4-2 dalam Permainan Sepak Bola
Apapun
hasilnya, selamat buat Madrid atas prestasi yang diraih. Musim ini menjadi
musim yang menyenagkan tentunya. Untuk Liverpool selamat berjuang lagi musim
depan. Kegagalan hanyalah sukses yang terntunda. Untuk fans keduanya terus saja
mendukung tim kesayangan.
Bola berdampingan
dengan waktu. Selama waktu masih ada, maka bola akan terus menggelinding. Menghampiri
dan akan menentukan Bersama takdir, tim mana yang akan menjadi juara
berikutnya. Di seluruh Eropa. Salam sehat luar biasa !