Followers

Saturday, November 26, 2022

Arab Saudi Menyulitkan Lewandowski Bersama Polandia


Lagi-lagi Arab Saudi. Menaklukkan Argentina mungkin hanya sebuah kebetulan. Jika hanya terjadi sekali. Penilaian akan berbeda kalau mampu mengimbangi permainan tim-tim mapan dunia. 

Kali ini pertandingan tertuju pada lawan dengan standard Eropa. Polandia yang dipeerkuat salah satu bintang klub legendaris, Barcona. Lewandowski dengan Polandia, tentu bukan nama sembarangan. 

Tampak Arab Saudi bermain dengan kepercayaan diri yang tinggi setelah sebelumnya mengalahkan Argentina. Permainannya pun mengalir dengan rapi, dari belakang ke lini gelandang sampai le lini serang. Pola permainan ini mampu memaksa para pemain Polandia bermain bertahan. 

Baca juga : Gara-Gara Pemain Sering Thowaf di Ka'bah Arab Saudi Mengalahkan Argentina 

Melihat cara bermain Arab Saudi, tidak ada ketakutan sama sekali. Seolah mereka tidak peduli tim yang dihadapi salah satu tim yang layak diperhitungkan bersaing dengan tim elit dunia. Dengan keunggulan tekhnis dan pemahaman taktik yang matang. 

Tim Arab kurang beruntung babak pertama dengan banyaknya peluang yang terbuang percuma. Terbentur kegemilangan Sczesny yang berhasil mementahkan pinalti Saudi. Berhasil menyuntikkan moral Polandia, yang justru unggul 1-0 di babak pertama. 

Pada babak kedua para pemain Saudi tetap saja bermain dengan tempo tinggi. Ketahanan fisik mereka sepertinya tidak berkurang sedikitpun. Bermain dengan umpan-umpan pendek, terkadang berlari dengan kecepatan. 

Polandia mampu meredam serangan dengan bertahan dengan rapat, dan melakukan counter attack dengan efektif. Ada beberapa peluang Polandia yang menerpa mistar gawang. Ketenangan dan mentalitas tim Eropa memang tidak bisa dipungkiri. 

Baca juga : Qatar Vs Ecuador Laga yang Tidak Seimbang

Sial bagi Arab di menit ke 82 bek melakukan kontrol bola yang tidak sempurna, berhasil direbut dan dimaksimalkan jadi goal kedua oleh Lewi. Skor berubah 2-0 untuk keunggulan Polandia. Sepertinya permainan telah selesai. Dengan sisa waktu 8 menit sulit mengejar ketertinggalan. 

Arab bermain dengan baik, namun kurang klinis memanfaatkan peluang di depan gawang. Polandia yang hampir sepanjang pertandingan ditekan berhasil menetralisir serangan. Serta lebih licin di depan gawang. Skor 2-0 bertahan hingga peluit akhir dibunyikan. 

Salam sehat tanpa batas !

Tuesday, November 22, 2022

Gara-Gara Pemain Sering Thowaf di Ka'bah Arab Saudi Mengalahkan Argentina

Menakjubkan! Hanya kata ini yang bisa terungkap. Arab Saudi yang bisanya gamisan ja, ternyata juga bisa bermain bola. Mungkin para pemainnya udah pada haji dan melakukan "Thowaf" di Ka'bah, makanya mampu mengalahkan salah satu super power sepak bola dunia. 

Masak sih? Ya bisa jadi. Alias bisa aja. Atau mungkin saja. Sebelum pertandingan dimulai, seluruh dunia pasti nganggap ini hanya sebagai pertandingan seremonial saja. Gak perlu mikir banyak, tebakan pemenang akan tertuju pada Argentina. 

Diperkuat fakta bahwa Argentina diperkuat salah satu legenda hidup sepak bola dunia seolah jaminan 3 poin untuk setiap laga. Belum lagi ada nama Striker Manchester City di sana, J. Alvarez. Jangan lupakan juga nama Dimaria bintang PSG. Lautaro Martinez langganan starting line-up di skuat Inter Milan. Dan seabrek nama bintang pada tiap lininya, tentunya skill-full pokoknya. 


Trus Arab Saudi, tim antah berantah yang mungkin meong Indonesia ja, gak akan mengenalnya. Tim yang sering lewat depan kamera satiap Piala Dunia mewakili zona Asia, kemudian menghilang. Layaknya pemeran figuran dalam sebuah melodrama. 

Nyatanya saat ini, tim negara 'onta' sukses mengandaskan tim penuh bintang Argentina. Mereka menegaskan prinsip sepak bola itu bulat. Tidak ada tim yang enggak bisa dikalahkan. Ini tentang 11 melawan 11.

Salut buat sang pelatih, Herve Renard  yang mampu menyuntikkan semangat tempur dan mentalitas pemenang kepada para pemain arabian ini.  Banyak kabar yang menyebutkan pelatih berkebangsaan Prancis ini, pernah bertugas sebagai petugas kebersihan. Ternyata bisa sangat sukses di pentas Afrika dan Asia. Terbaru menumbangkan Argentina 2-1 hanya dengan skuat seadanya. 

Bahkan penulis sendiri, gak tertarik sekadar searching di internet tentang profil skuat Negeri Arab ini. Dari saking tidak menariknya. Tapi setelah peristiwa ini, mungkin beberapa peemain tim ini akan menjadi incaran klub top Eropa. Tak terkecuali pelatihnya. 

Dengan keyakinan dan kerja keras tidak ada yang tidak mungkin dicapai. Salam sehat tanpa batas! 

 

Monday, November 21, 2022

Rekap Hasil Pertandingan Piala Dunia 2022 Grub A dan B


Hasil pertandingan grup A dan B sejauh ini berjalan normal sesuai dengan perkiraan di atas kertas. Tim kuat mengalahkan yang lebih lemah. Skill dan pengalaman tim berbicara banyak dalam turnamen besar semacam ini. 

Berikut rangkumannya:

1. Iran Vs Inggris

Kebanyakan pemerhati bola hampir bisa dipastikan akan menjagokan Inggris sebagai pemenang. Nyatanya begitu. Skor akhir 6-2. Maklum, Inggris pemilik kompetisi paling wah di dunia. Sebaliknya Iran malah gak kedengeran kabar liganya. 


2. Senegal Vs Belanda

Senegal berpotensi memberikan kejutan. Negara-negara Afrika banyak mengirim para pemainnya ke liga-liga terbaik Eropa. Maka gak heran banyak yang mewaspadai kejutan yang bisa ditimbulkan tim-tim Afrika. 

Namun pada akhirnya, tetaplah Belanda yang memenangkan pertandingan dengan skor 2-0. Memang liga Belanda tidak semewah liga Inggris, tapi banyak juga pemain bintang yang diorbitkan liga ini. 

3. Amerika Serikat Vs Wales

Partai ini peluangnya 50:50 karena liga dalam negerinya tidak terlalu menonjol. Bukan negara sepak bola. Tapi ada beberapa pemain kedua negara yang memperkuat tim-tim top Eropa. Sebut saja Bale di Madrid dan Pulisic di Chelsea.  


Hasil akhirnya pun 1-1, sama kuat. Di babak ini sebenarnya gampang-gampang susah menebak tim mana saja yang akan lolos babak berikutnya. Tinggal lihat nama besar dan sejarah yang menyertainya. 

Italia bagaimana? Itu hanya insiden saja. Tidak berlaku majmuk. Yang jelas, akan menarik ketika para raksasa sepak bola saling terkam. 

Salam sehat tanpa batas! 



Sunday, November 20, 2022

Qatar Vs Ecuador Laga yang Tidak Seimbang


Laga baru berjalan beberapa menit, gawang Qatar sudah dikejutkan goal tandukan Enner Valencia. Dengan umpan passing tendangan kala jengking dari pemain sayap kanan Ecuador. Untung saja setelah melakukan pengecekan VAR, ada salah satu kaki pemain Ecuador dalam posisi offside ketika menerima umpan terobosan. Jadi goal dianulir. 

Seolah tidak siaga dengan alarm bahaya yang dibunyikan penyerang Ecuador, para pemain Qatar tampak kesulitan membendung kecepatan dan umpan-umpan silang yang dilepaskan para pemain negara Amerika Latin ini. Terlihat jelas, ketika bertahan pemain Qatar membentuk formasi 5-3-2. Ultra defensif. Anehnya tumpukan pemain di belakang, tidak mampu menjaga seorang Enner Valencia. 

Salah satu penyerang gaek kaya pengalaman yang malang melintang di Inggris. Tercatat pernah memperkuat Everton dan West Ham. Dan berainar bersama Fenerbahce. 


Babak pertama saja, pemain 33 tahun ini sudah mengoyak gawang Qatar dua kali.  3 dengan satu goal yang dianulir. Benar-benar noda bagi negara tuan rumah.

Secara tim, para pemain Qatar jelas kalah semuanya dari Ecuador. Kualitas passing, pemahaman taktik bermain bahkan kekuatan fisik jomplang sekali. Tim tamu super percaya diri, tuan rumah kelihatan gugup. Seolah ini menunjukkan level kompetisi di negaranya masing-masing. 

Pada babak kedua, Timnas Qatar mulai menunjukkan perbaikan performa. Mereka mulai berani menahan dan memainkan bola. Sesekali memberikan ancaman pada gawang Ecuador. Lini pertahanan pun mulai terorganisir. 

Dari hasil pertandingan ini, pelatih Qatar belum berhasil menularkan filosofi Johan Cruyff seperti yang dia ajarkan di akademi La Masia milik Barcelona. Menilik profil sang pelatih yang telah lama melatih di akademi tersebut. Dan terkenal setia dengan filosofi total football dan tiki-taka khas Barca. 

Dari profil pelatih yang didatangkan Qatar untuk timnasnya. Sangat jelas tim seperti apa yang ingin dibentuk PSSInya Qatar. Dengan struktur permainan bagaimana pula, tim akan bermain. 

Tapi semua itu belum bisa dipenuhi oleh para pemain Timnas Qatar di lapangan. Kemungkinan besar, kemampuan tekhnis pemain yang tidak memadai. Sering sekali keeper gagal melakukan passing dengan kakinya. Dalam sistem tiki-taka, keeper berfungsi deep playing, yang fasih mengalirkan bola dari kakinya. Selain jago mengamankan gawang dengan tangannya.


Contoh yang sangat bagus keeper deep playing yang tersedia saat ini, Ederson Moraes milik City. Ter Stegan yang bermain di Barca. Qatar belum punya. Ini hanya salah satu aspek. Dan masih banyak aspek lain, yang membuat total football begitu dominan. 

Oya, kita balik lagi ke pertandingan. Skor 2-0 bertahan untuk kemenangan Ekuador,  hingga pluit akhir dibunyikan wasit. Salut buat tim Amerika Latin. 

Salam sehat tanpa batas! 






Luar Biasa! Indonesia Terlibat dalam Piala Dunia 2022 di Qatar


Sebentar lagi kita akan menyaksikan perhelatan sepak bola level dunia di Qatar. Dengan segala kontroversinya, Qatar dianggap sebagai negara yang terlalu kecil untuk menampung jutaan orang yang akan hadir di sana. Ini menurut berbagai media yang bersumber dari pemerhati sepak bola. 

Di satu sisi Qatar mampu membuktikan dapat menyediakan fasilitas yang dibutuhkan untuk venue-venue latihan dan stadion-stadion yang dibutuhkan untuk menggelar laga-laga internasiona sekelas Piala Dunia. Tentu tempat penginapan dan hotel-hotel dengan variasi pilihan juga tersedia. Sesuai dengan isi kantong para suporter yang mau hadir di sana. 

Sedikit terjadi benturan budaya mungkin ada. Karena Qatar dengan Arabic Moslem Culture  menerapkan aturan mengharamkan bir, alkohol, seks bebas, LGBT dan lainnya. Sedangkan penduduk dunia yang mayoritas kontestan piala dunia berasal dari benua Eropa, Amerika, Afrika dan Asia Tengah memiliki budaya yang sedikit berbeda. 


Perbedaan budaya di manapun, sudah pasti adanya. Mengingat even ini begitu potensial bagi dunia pariwisata dan perekonomian Qatar, maka perlu adanya sedikit penyesuaian budaya dari masyarakat Qatar sendiri dan masyarakat internasional baik kontestan atau para suporternya. Supaya benturan budaya bisa dihindari. 

Terinspirasi dari Qatar yang mampu menyelenggarakan even sepak bola dunia, yang menyedot jutaan wisatawan, mengapa Indonesia jadi tidak bisa? Indonesia yang bukan negara agama, mestinya lebih bisa fleksibel dalam menyikapi perbedaan budaya lintas benua. Apalagi even semacam ini memiliki potensi pariwisata dan ekonomi yang luar biasa. 

Sedikit percikan pemikiran dan analisa, pertanyaan berikut bisa jadi pemandu. Stadion apa saja yang bisa kita gunakan untuk menyelenggarakan even akbar ini. Contoh kecil, dengan standar Gelora Bung Karno dan Jakarta International Stadium.

Karena gelaran ini memakan waktu sebulanan, maka ketersediaan penginapan mutlak diperlukan. Para suporter sepak bola akan datang berduyun-duyun untuk mendukung tim ke sayangannya. Bahkan dari berbagai belahan dunia. Selepas itu tentu membutuhkan tempat istirahat. 

Aspek selanjutnya keamanan. Keamanan di lapangan saat permainan berlangsung. Keamanan dan antisipasi adanya bentrokan antar suporter. Serta keamanan antar suporter yang berkaitan dengan masyarakat setempat. Intinya keamanan untuk semua. Tidak elok di mata dunia, apabila sampai terulang tragedi kanjuruhan. Yang ada Indonesia tercoreng di mata internasional. 

Selain keamanan, sisi keramahtamahan masyarakat Indonesia juga perlu ditampilkan. Tentu untuk memberikan kesan mendalam agar mereka mau berkunjung kembali dan menghabiskan uangnya.  Ini yang diharapkan. 


Kebersihan lingkungan juga merupakan sesuatu yang harus diperhatikan. Sehebat apapun infrastruktur dibangun tapi kotor, jorok dan penuh sampah, jadinya nilainya turun. Mengingat budaya masyarakat Indonesia tentang budaya bersih masih rendah. Terbukti sampah berserakan dimana-mana. 

Semoga pada saatnya kelak, Indonesia mampu menyelenggaran Piala Dunia. Bukan sekadar mimpi seperti sekarang. Bersyukur, karena bangsa Indonesia juga bisa terlibat dalam pagelaran Piala Dunia kali ini. Walau sebatas menontonnya di televisi. 

Salam sehat tanpa batas! 

Sunday, November 6, 2022

Kenapa Zlatan Ibrahimovic Begitu Sakit Hati pada Pep Guardiola ?


Baru-baru ini salah satu pemain hebat dunia, Zlatan Ibrahimovic mengungkit perseteruan masa lalunya dengan mantan juru taktik Barcelona, Pep Guardiola. Perlakuan Pep padanya seolah menggoreskan luka yang mendalam. Sehingga sang pemain sering melontarkan pernyataan yang menyerang mantan pelatihnya itu.

Di berbagai media online, banyak sekali bertebaran berita yang memuat pernyataan Ibra yang memuji kualitas Haaland. Yang langsung on fire di Manchester City. Sekaligus pujian itu, disisipkan serangan kepada pelatih Manchester City saat ini, Pep Guardiola. Bahwa bisa saja karier sepak bola Haland tamat, terbentur ego kebintangan pelatihnya saat ini. Emang semua orang bebas berpendapat, tapi aroma sakit hatinya masih kentara kental banget.

Sontak Pep yang mengetahui pernyataan Ibra, membalas dengan sarkas. Memang Pep menyuruh agar Haaland jangan mencetak goal, agar sorotan kamera dan pemberitaan tidak tertuju padanya. Karena hanya pelatih berkepala pelontos itu yang layak disorot. Wah, mulai panas ini perang antar mantan.


Sebagai pengamat dan pecinta bola yang tidak terlibat langsung dengan keduanya, mari kita berdikusi dengan santuy dan kepala dingin. Sedikit membuka ruang untuk menganalisa, supaya tercipta analisa kritis dan objektif dalam menilai perseteruan. Dalam bingkai sepak bola profesional.

Dalam sepak bola, pemilihan strategi dan taktik sekaligus pemain, adalah hak prerogatif pelatih. Pelatihlah yang bertanggung jawab pada klub dan fans mengenai hasil dari sebuah pertandingan. Sederhannya, pelatih memilih pemain yang bisa diandalkan untuk memenangkan pertandingan sesuai analisa tim pelatih.

Trus, apakah Ibra kurang bagus di mata Pep? Ya gak juga. Bisa saja sangat bagus, tapi mungkin ada yang lebih bagus lagi di tim pada saat itu. Bahkan secara taktis lebih sesuai dengan skema permainan yang diusung.

Sebutlah satu nama yang satu tim dengan Ibra pada saat itu Messi. Nama terakhir berhasil membuat Ibra sakit hati karena terpinggirkan ke bench. Sekaligus membuatnya jeles sampek ke ubun-ubun. Pertanyaan yang sama, apakah Pep salah ? Sekali lagi, terbukti pilihan pelatih justru sangat tepat. Dengan mengorbitkan Messi terbukti Pep berhasil meraih Piala Liga Champion dua kali berturut-turut di Barca. Dan Messi menjadi langganan dalam persaingan Balon D'or bersama Cristiano Ronaldo di tim rival. Sampai di sini sangat clear, kenapa Ibra terpinggirkan.


Trus, kenapa Ibra sampai sesakit itu ? Ya namanya pesepak bola yang sama-sama bagusnya cuma kalah bersaing ya sakit hati mas bro. Apalagi kalah ama anak ingusan pada saat itu, yang bernama Messi. Ya sakitnya tuh sampek ubun-ubun.

Bagusnya setelah pensiun nanti, Ibra Kadabra beralih profesi jadi pelatih, biar tau bagaimana rasanya si Raja Milan menghadapi banyak pemain. Yang main hanya 11, dengan stok pemain sampek 22 pemain. Pemain profesional semuanya tidak suka ada di bangku cadangan. Semuanya pengin main.

Satu hal lagi yang lebih penting, Ibra harus mampu membuktikan bahwa dia mampu menciptakan The Winning Team. Paling tidak sang pemain layak untuk untuk disandingkan dengan para pelatih hebat dunia. Dengan catatan, banyak pemain hebat ketika jadi pelatih, cendrung biasa saja. Sebut saja Lampard, Gerrard dan Maradona. Semoga Raja Milan bisa membuktikan bahwa Pep salah menilainya.

Sahabat Genius Football, salam sehat tanpa batas ! 



Thursday, November 3, 2022

Sevilla Vs Manchester City Ajang Pembuktian Pemain Akademi

Menarik menyaksikan permainan Manchester City Vs Sevilla di ajang Liga Champion. Mungkin sebagian pengamat bola agak sedikit memandang sebelah mata laga ini. Sah-sah saja. 

Manchester City menurunkan dua pemain muda akademi. Palmer dan Lewis. Terlihat mereka tampil sangat hebat untuk ukuran pemain akademi yang merumput di tim utama. 

Dari sisi taktik dengan memarkir Haland dan menurunkan dua pemain akademi, itu artinya City sedang menyelam sambil minum kopi. Parkir Haland untuk menyimpan tenaga demi laga yang lebih krusial, karena di liga ini sudah pasti lolos. Mengorbitkan pemain potensial akademi untuk memberikan menit bermain dan pengalaman bermain di pentas yang prestisius Liga Champion. Penting untuk membentuk mental pemain. 

Melawan Sevilla tim Spanyol dengan pakem permainan sedikit Italiano. Dengan catenaccio, bahkan terkesan sedikit parkir tronton, bukan lawan yang mudah buat tim biru langit. Bahkan terkesan menyulitkan, terlihat para penyerang tim Manchester kesulitan menembus pertahanan berlapis ini. Malah, di babak pertama harus kebobolan lewat tandukan Rafa Mir dengan skema set piece. 

Baca juga : Sebaiknya Haland atau Manchester City yang Harus Menyesuaikan Diri? Ini Analisisnya!

Hampir semua lawan The Blues Sky memainkan sistem permainan parkir bis untuk meminimalisir jumlah goal. Atau kalau bisa mencuri poin dengan serangan balik. Sekaligus variasinya, set piece. 

Babak kedua seolah menjadi bencana buat Sevilla, nama bocah kecil (bocil)  Rico Lewis mampu menembus brigade parkir tronton  yang diperagakan tim tamu. Lewis mampu memecah kebuntuan tim tuan rumah. Satu goal berhasil disarangkan bocil. Calon bintang baru Kota Manchester. 

Babak kedua pula, Coach biru langit banyak melakukan pergantian pemain. Bek kiri masuk pemain akademi Wilson. De Bruyne juga terlihat di lapangangan. Terlihat Cancelo juga sudah dimainkan. 

Dengan beberapa pergantian pelatih, Alvarez mampu menggandakan keunggulan City menjadi 2-0. Beberapa menit berselang, ada nama Mahrez yang berhasil menambah keunggulan tuan rumah menjadi 3-0.

Baca juga : Ingin Berlaga di Piala Dunia? Ini yang Dibutuhkan Indonesia!

Laga melawan Sevilla gak ngaruh apa-apa untuk kelanjutan tim bintang Manchester ini di Liga Champion. Laga sebagai pemanasan untuk calon bintang baru. Dan menunjukkan betapa suksesnya akademi sepak bola Manchester City dalam mencetak para pesepak bola profesional. Manchester itu biru langit. 

Salam sehat tanpa batas !