Kesepakatan manajemen Manchester United menjadikan Erik Ten
Hag sebagai manajer baru pada periode 2022-2023.
Salah satu usaha yang cukup bagus dari jajaran manajemen. Setelah berkali-kali
gagal mengulang peruntungan dengan mendatangkan pelatih-pelatih top di Eropa.
Tentu fans MU akan dibuat ketar-ketir juga, mengingat
catatan kursi pelatih kepala yang gonta-ganti. Itupun, dihuni dengan oleh
nama-nama besar. Bukan hanya pelatih kacangan. Namun, hasilnya jauh panggang
daripada api. MU menjelma menjadi tim medioker.
MU yang semula Singa Inggris dan Eropa di tangan Fergie,
menjelma jadi kucing Inggris di tangan yang lain. Ketergantungan pada sosok
pelatih legendaris itu, terlalu dominan. Pelatih dengan seabrek trophy macam
Jose Mourinho pun seolah kehilangan ke’Specialanone’nya. Dengan segudang alasan
yang melatar belakanginya. Maka tidak heran kalau sebagian fans MU masih
traumatik dengan seringnya ganti pelatih, seolah gak guna.
Baca juga : Membaca Peta Formasi 4-1-4-1 dalam Memenangkan Football Game
Belum lagi yang terbaru kebijakan duplikasi dari manajemen
karena melihat kesuksesan transfer Kloppo di Liverpool dan Tuchel di Chelsea,
dengan penunjukan guru mereka berdua. Siapa lagi kalau bukan Sang Profesor
taktik, Ralf Rangnik. Nyatanya juga gak ngaruh. Pantas saja salah satu legenda
mereka mengatakan, jangan terlalu berharap dengan penunjukan Ten Haq, dengan
segala kritik dan kemungkinannya.
Menarik mencermati sosok Ten Hag, di tengah keinginan
manajemen MU untuk prestasi instan yang harus dicapai tim. Terlihat dari cara mereka menunjuk pelatih
setelah puluhan tahun tidak pernah ganti. Dan bagaimana mereka bermanuver di
bursa transfer, seolah-olah mereka kehilangan visi dalam membangun sebuah tim
sepakbola. Hasilnya, kacau.
Pengalaman melatih Ten Hag, terbilang oke untuk tim yang
seadanya. Untuk MU tentu beda lagi ceritanya. Lemari trophy MU jauh lebih
banyak isinya, ketimbang koleksinya. Tapi itu juga lebih banyak dipersembahkan
Fergie. Tidak heran salah satu legenda klub meragukan kapasitas Ten Hag yang
belum pernah melatih klub besar. Mari kita lirik prestasi pelatih yang satu
ini.
Pada 21 Desember 2017, ia diangkat sebagai pelatih kepala
Ajax. Pada tahun 2019, ia memimpin timnya mencapai semi-final Liga Champions
UEFA 2018–2019 untuk pertama kalinya sejak tahun 1997. Pada saat itu Ajax
menang melawan juara bertahan Real Madrid 4–1 di Stadion Santiago BernabĂ©u pada
babak 16 besar. Mengalahkan Juventus saat laga tandang dengan skor 1-2 setelah
sebelumnya bermain imbang pada leg pertama 1-1 di kandang di perempatfinal.
Pada leg pertama semifinal, Ajax berhasil memenangkan pertandingan melawan
Tottenham Hotspur dengan skor 1-0 di Stadion Tottenham Hotspur yang baru saja
selesai dibangun. Namun di leg kedua,
hat-trick babak kedua oleh Lucas Moura mengakhiri harapan Ajax dengan agregat
3-3 dengan kekalahan gol tandang. (https://id.wikipedia.org/wiki/Erik_ten_Hag).
Ia memenangkan trofi manajerial pertamanya bersama Ajax pada
tanggal 5 Mei 2019, dengan menjuarai Piala KNVB 2018–2019, mengalahkan Willem
II di final. Hanya 10 hari setelah memenangkan piala tersebut, Ajax, yang
dipimpin oleh Ten Hag kemudian memenangkan Eredivisie juga setelah kemenangan
tandang 1-4 atas De Graafschap. (https://id.wikipedia.org/wiki/Erik_ten_Hag).
ten
Hag menjadi manajer tercepat dalam sejarah liga yang mencapai 100 kemenangan
bersama Ajax. Ia mencapai prestasi tersebut hanya dalam 128 pertandingan,
ketika timnya mengalahkan FC Utrecht 3-0. (https://id.wikipedia.org/wiki/Erik_ten_Hag).
Sedikit gambaran profil Erick Ten Hag ini, terlihat jelas
bukan seorang pelatih sembarangan. Tentu termasuk salah satu yang bertalenta. Meski
banyak orang yang masih meragukan kemampuannya melatih sebuah tim yang kaya
sejarah seperti MU. Ditambah lagi dengan
fakta rekam jejak para pelatih sebelumnya, pasca era Fergie, juga tidak kalah
mentereng dengannya.
Baca juga : Adu Jenius Diego Simeone vs Pep Guardiola di Pentas Liga Champion 2022
Di sisi yang lain, juga tidak bisa dianggap remeh, Ten Hag mampu menaklukkan tim sekelas Madrid dan Juventus di Liga Champion. Dengan fakta hanya dengan sebuah tim yang pada saat itu, dipandang seadanya. Buka napa-apa dan siapa-siapa. Simplenya tim bau kencur.