Followers

Sunday, August 16, 2020

Dirgahayu Indonesia Super Power !

 


Di usia yang semakin dewasa, tentunya sudah banyak hal yang dilalui. Suka duka sudah dirasakan selama nafas kemerdekaan terus berdenyut di bumi pertiwi. Tempat tumpah darah sekaligus tempat mencari nafkah dan beranak pinak. Hahahai. Lah kok gitu? Ya iyalah, harus diikutkan yang seneng-seneng juga, biar gak serem gitu. Klo “tumpah darah” mulu, yang ada otak kita akan tersugesti bawaannnya pada urusan darah yang tumpah. Udah gak jaman keles ! Trus yang tumpah apa? Ya tumpahkan yang lain ja.

Menelaah kembali paham kemerdekaan yang sering kita dengungkan di setiap kesempatan 17 agustusan, yang tercermin dari ekspresi acara-acara yang kita lakukan. Mulai lomba makan kerupuk, bakiak, tarik tambang, pidato, lari karung dan yang lainnya. Paling tidak biasanya rakyat Indonesia mengibarkan bendera merah putih di rumahnya. Itu rakyat Indonesia ya kan? Ya bener. Trus, klo pemerintahnya gmna? Urusan itu saya belum tau ya, pi berhusnuddzon ja lah. Kan di istana negara ngadain upaca bendera. Itu juga sebagai bentuk kecintaan dan penghormatan pada bangsa ini.

Tujuannya apa sich acara-acara itu diadakan? Tentu masing-masing orang akan punya jawaban masing-masing. Mulai yang hanya ikut memeriahkan, ikut-ikutan saja, heppi-heppi ja atau bahkan gak tau alasannya. Yang penting ngadain ja. Beres, daripada ngomong panjang lebar. Hehehe.

Baca juga : CATUR PERMAINAN DAN MANFAATNYA

Pi mungkin ada yang tidak sengaja menganggap itu sebagai sebuah kekonyolan belaka. Kenapa gak makan yang lain aja? Makan martabak misalnya. Kenapa harus lari karung ? Kenapa gak lari maraton ato lari-lari yang lainnya? Buang-buang waktu ja. Sekali lagi orang punya persepsi dan paham masing-masing, kita gak bisa memaksakan kehendak kita, dan perlu menghargai pemahaman orang lain.

Ini sambil ngupas jeruk, yang barusan saya beli di pinggir jalan, manis sekali. Mari kita lanjutkan obrolan tentang budaya yang sering kita lakukan pas acara 17an. Saya coba untuk melihat kebiasaan tersebut dari kacamata positif. Misal lari karung, sebenarnya saya juga gak ngerti dan siapa yang pertama memunculkan ide lomba ini, yang jelas kemudian seolah membudaya di setiap acara 17an. Tapi coba saya tafsirkan saja dengan pola pandang yang positif, lari karung adalah simbol pengekangan dan keterbatasan, namun kita tetap terus dan harus bisa bergerak bahkan berlari bagaimanapun caranya. Jadi segala keterbatasan tidak menghentikan kita untuk terus mengupayakan sesuatu yang lebih baik lagi.

Makan kerupuk, sebenarnya saya melihat ada banyak hal positif yang bisa dilihat secara filosofis. Kalau di generasi saya, hampir kurang lengkap rasanya kalau makan tanpa makanan yang satu ini. Di sisi lain dengan melakukan lomba ini, kita diharapkan melestarikan budaya yang kita punya termasuk kuliner kerupuk ini. Karena sesederhana apapun, kerupuk adalah sebuah karya yang bernilai ekonomis. Melestarikan makan kerupuk, berarti kita mendukung produksi kerupuk untuk tetap lestari dan memberikan penghidupan bagi para produsen dan pedagangnya. Pesannya adalah lestarikan budaya sendiri, karena kita mendapat penghidupan dari budaya sendiri.

Oya, ada satu lagi lomba yang biasanya sering menghiasi 17an, panjat pinang. Di atas pohon pinang biasanya di taruhin barang-barang berharga untuk diperebutkan oleh para peserta. Tiada lain dan tiada bukan, saya melihatnya sebagai sebuah pesan tersirat, bahwa untuk mencapai sesuatu atau untuk mewujudkan mimpi, seharusnya kita harus berjuang dengan sungguh-sungguh untuk mencapainya. Jangan lupa juga, tinggikan cita-citamu, karena klo jatuh akan bersama bintang-bintang. Caileh. Hehehe.

Baca juga : Kegagalan Mengajarkan Cara untuk Sukses !

Udah ah, gak usah ditafsirkan semua lomba 17an, cuapek tau. Sambil bibir dimonyongin ya, kecuali bibir lo udah monyong, gak usah, ntar lo tambah jelek lagi. Hehehe. Becanda ya, jangan muke lo merah padam gitu, kaya cabe kriting. Maap, map ya, sambil angguk-angguk kayak orang jepang.

Yuk kita serius lagi, jangan becanda terus, hidup ini bukan hanya candaan soalnya. Ya kan? Serius ni saya. Bagi ello ello pada yang punya pemikiran lebih keren dan beken tentang format acara 17an, boleh tuh share program dengan panitia 17an. Biar acaranya gak gitu-gitu aja. Hasil kreatifitas dari suatu momen, yang kemudian dilakukan berulang-ulang hanya akan menjadi ketidakkreatifan. Bener gak sih? Tos dulu klo sepakat, klo gak sepakat ya gak pa-pa, kita tetep temenan kok, tenang ja. Hehehe.

Dirgahayu Indonesiaku yang ke-75. Umur 75th adalah umur satu generasi dari sebuah bangsa. Orang-orang yang mencicipi pahit getirnya penjahan secara fisik kebanyakan mungkin sudah tidak ada. Bersama ketiadaan mereka yang sudah tenang di alam sana, mental dan trauma penjajahan sudah tidak ada lagi di jiwa putra-putri bangsa Indonesia. Artinya, mestinya Indonesia sudah merdeka lahir batin.

Dengan segala hormat, rasa syukur dan angkat topi bagi angkatan 40an yang sudah mempersembahkan kemerdekaan dengan cucuran keringat dan darah. Alangkah lebih baiknya, kalau kita menata ulang mentalitas dan cara pandang kita terhadap bangsa ini. Dan kita mulai dari visi Indonesia untuk 75th berikutnya. Sepertinya kata mengisi kemerdekaan sudah sangat tua, kuno bin karatan. Sudah gak kontekstual dan gak jaman lagi. Wuih, hebat bener. Sambil mulut menganga ya. Hehehe.

Terinspirasi plus teraspirasi oleh realitas bangsa ini, yang membangun dengan seolah sporadis. Terkesan tanpa plan yang rapi. Ditambah lagi kesan yang saya tangkep, visi yang masih burem tentang bagaimana seharusnya Indonesia menjadi apa? Dari mana sumber kesimpulan ini ? Dari hasil pengamatan saya pada tokoh-tokoh penting yang memangku kebijakan bangsa ini. Tapi, maaf persepsi saya, bisa salah dan semoga salah.

Baca juga : Strategi Jenius Millioner Dunia dalam Mencapai Kebebasan Finansial

Menurut saya, bangsa ini perlu menetapkan visi “Indonesia Super Power” pada tahun 2095, tepat pada ulang tahunnya yang ke-150. Berarti tepatnya 17 Agustus 2095. Dimana bangsa ini, mempengaruhi dunia, seperti layaknya Amerika dan Rusia mempengaruhi dunia saat ini. Keren sekali kan? Emang bisa? Eits, saya tanya balik, kenapa tidak bisa? Maka belajarlah pada filosofi lomba panjat pinang. Dulu juga kita diketawain dunia, karena mau meluncurkan produksi pesawat terbang. Lihat dong apa yang ditunjutkan oleh manusia jenius, Mr. Habibi almarhum.

Ini lho gagasan dan uneg-uneg yang perlu saya kemukakan. Untuk menjadi negara “super power” ada berapa hal yang harus bangsa ini tingkatkan. Pertama, penguasaan dan produksi alutsista super canggih. Kedua, penguatan ekonomi dalam negeri dan penguasaan ekonomi Indonesia di dunia. Ketiga, memperkokoh kemitraan dengan dunia internasional.

Memproduksi dan mengembangkan alutsista super canggih, bukan berarti kita mau berperang dan menginvasi negara lain. Sama sekali bukan, lebih tepatnya Indonesia hanya memagari diri sendiri dan meningkatkan bargaining position di percaturan ekonomi politik international. Demikian juga, meperkuat ekonomi dan industri dalam negeri, untuk kemudian memperluas menguasai pasar dunia. Bisa gak ya? Saya pikir bisa, kalau pemerintah mengatur sedemikian rupa, sentra-sentra produksi spesifik uanggulan di setiap provinsi. Maka Indonesia harus punya tim research untuk dikembangkan secara terstruktur dan massal di suatu propinsi dan dilarang produksi di propinsi lain, untuk memenuhi kebutuhan propinsi tersebut dan seluruh propinsi di Indonesia sehingga bangsa ini tidak perlu impor. Sehingga terjadi silang dagang antar propinsi. Imbasnya, tenaga kerja Indonesia terserap dengan baik. Jika ini sudah terpenuhi, baru langkah selanjutnya menguasai pasar international.

Untuk mencapai semua ini, maka tugas sekolah dan perguruan tinggi mempersiapkan mentalitas siswa/mahasiswa dan mengeksplorasi serta menyeleksi SDM yang tepat untuk visi misi “Indonesia Super Power”. Lembaga pendidikan bukan lagi hanya berfokus transfer pengetahuan dan pendidikan mental apalagi hanya teori semata, sekaligus berfungsi sebagai tempat pelatihan keterampilan skill yang menunjang dan memperkuat industri dan visi bangsa ini yang sudah dirumuskan dengan sedemikian rupa. Seluruh rakyat dan elemen bangsa ini harus mematuhinya. Sepertinya bolehlah TNI-POLRI terlibat mendisiplinkan pelaksanaan di lapangan demi terwujudnya visi ini.

Dirgahayu Indonesia, salam sehat kaya raya bagia, serta dekat dengan Yang Kuasa !


Ditulis oleh :
Tholibul Khair MVB


Seorang nasionalis dan pemerhati perkembangan kemajuan bangsa


No comments: