Followers

Friday, October 7, 2022

Sepak Bola Berduka atas Tragedi Kanjuruhan Menjadi Kuburan


Ikut berduka atas meninggalnya para suporter sepak bola di Stadion Kanjuruhan, Malang. Markas tim sepak bola Singo Edan julukan Arema FC.  Dari berbagai sumber ada sekitar ratusan orang meninggal, karena kisruh berdesakan dan kemudian kekurangan oksigen. 

Aneh bin ajaib emang. Tim se-wilayah dalam banyak kasus klub sepak bola dunia, terjadi gesekan yang lebih. Bahkan bila dibandingkan laga antar propinsi lain. Di laga negara sepak bola sekalipun, seperti Inggris, Spanyol dan lainnya. 

Sangat banyak sekali contoh yang bisa diambil. El-Classico di Spanyol, Derbi Manchester di Inggris, dan Derbi Milano di Italia. Tensi pertandingan yang sangat tinggi disertai potensi konflik yang cukup besar. 


Potensi konflik membesar karena kedua tim memiliki basis massa yang besar. Dengan fanatisme yang cukup kental dalam mendukung tim kesayangan mereka. Kemenangan tim idolanya seolah menjadi tambahan harga diri bagi suporter.

Ditambah lagi, kedua tim memiliki latar persaingan juara di liga. Makin jadi lagi rivalitasnya. Termasuk Persebaya dan Arema dalam kancah kopetisi Liga Indonesia. 

Belum lagi terjadi pergeseran nilai sepak bola profesional dari permainan dan olahraga, menjadi industri.  Mutlak kehadiran penonton di stadion dibutuhkan klub profesional. Karena keuangan klub, banyak disokong dari hasil penjualan tiket penonton. Selain juga dari sponsor. 

Banyak klub sepak bola top dunia, gak cuma Indonesia yang mengalami masalah finansial, karena pelarangan penonton hadir di stadion.  Otomatis, klub hanya mengandalkan sumber keuangan dari sponsor. Kalau rating liganya bagus, dari hasil penjualan hak siar televisi juga. 

Bagi atlet profesional, sepak bola sebuah karier. Mereka menggantungkan hidup dan keluarganya, dari bermain bola. Sumber penghasilan mereka ya dari gaji main bola. 

Karena sepak bola sudah berubah menjadi industri. Dan banyak orang menggantungkan hidupnya di sana. Maka perlu kesadaran majmuk, untuk menciptakan kondisi dan situasi yang ramah untuk semua orang. Tentu, agar semua kalangan berkenan hadir ke stadion, sebagai media refreshing. Bukan malah sebaliknya, menjadi ajang menjemput ajal. 

Tentu sebuah klub harus diberikan kewajiban menertibkan dan memberikan pemahaman yang benar bagi basis fansnya.  Karena konsekwensi sebuah kompetisi pasti ada menang dan kalah. Bahkan klub terbaik di dunia pun merasakan kekalahan. 

Aspek profesionalisme dalam sepak bola Indonesia harus ditingkatkan. Mulai dari penyelenggara, offisial, wasit, pengamanan dan pemainnya.  Berprilaku layaknya seorang profesional. Bukan prilaku berandalan.

Sangat memalukan sekali, apabila ada satu unsur saja yang tidak kompeten. Apalagi memainkan sepak bola, main-main. Atau ada lagi istilahnya sepak bola main mata dan sejenisnya. Potensi konfliknya akan makin membesar. 

Sekali lagi, penyelenggara dan klub laksanakan kompetisi seporofesional dan sesportif mungkin. Pemain berikan dedikasi dengan penampilan terbaik, supaya suporter senang dan ikhlas bayar tiket. Demikian juga, suporter tidak hanya bangga kala timnya berjaya. Tapi juga berbasar hati pada saat menderita kekalahan. Menang dan kalah bagian dari permainan. 

Sahabat Genius Football, semoga tragedi Kanjuruhan tidak terulang lagi di masa depan. Sepak bola adalah persahabatan dan sportifitas, bukan tempat menggali kuburan sendiri. Salam sehat tanpa batas! 












No comments: