Followers

Sunday, November 6, 2022

Kenapa Zlatan Ibrahimovic Begitu Sakit Hati pada Pep Guardiola ?


Baru-baru ini salah satu pemain hebat dunia, Zlatan Ibrahimovic mengungkit perseteruan masa lalunya dengan mantan juru taktik Barcelona, Pep Guardiola. Perlakuan Pep padanya seolah menggoreskan luka yang mendalam. Sehingga sang pemain sering melontarkan pernyataan yang menyerang mantan pelatihnya itu.

Di berbagai media online, banyak sekali bertebaran berita yang memuat pernyataan Ibra yang memuji kualitas Haaland. Yang langsung on fire di Manchester City. Sekaligus pujian itu, disisipkan serangan kepada pelatih Manchester City saat ini, Pep Guardiola. Bahwa bisa saja karier sepak bola Haland tamat, terbentur ego kebintangan pelatihnya saat ini. Emang semua orang bebas berpendapat, tapi aroma sakit hatinya masih kentara kental banget.

Sontak Pep yang mengetahui pernyataan Ibra, membalas dengan sarkas. Memang Pep menyuruh agar Haaland jangan mencetak goal, agar sorotan kamera dan pemberitaan tidak tertuju padanya. Karena hanya pelatih berkepala pelontos itu yang layak disorot. Wah, mulai panas ini perang antar mantan.


Sebagai pengamat dan pecinta bola yang tidak terlibat langsung dengan keduanya, mari kita berdikusi dengan santuy dan kepala dingin. Sedikit membuka ruang untuk menganalisa, supaya tercipta analisa kritis dan objektif dalam menilai perseteruan. Dalam bingkai sepak bola profesional.

Dalam sepak bola, pemilihan strategi dan taktik sekaligus pemain, adalah hak prerogatif pelatih. Pelatihlah yang bertanggung jawab pada klub dan fans mengenai hasil dari sebuah pertandingan. Sederhannya, pelatih memilih pemain yang bisa diandalkan untuk memenangkan pertandingan sesuai analisa tim pelatih.

Trus, apakah Ibra kurang bagus di mata Pep? Ya gak juga. Bisa saja sangat bagus, tapi mungkin ada yang lebih bagus lagi di tim pada saat itu. Bahkan secara taktis lebih sesuai dengan skema permainan yang diusung.

Sebutlah satu nama yang satu tim dengan Ibra pada saat itu Messi. Nama terakhir berhasil membuat Ibra sakit hati karena terpinggirkan ke bench. Sekaligus membuatnya jeles sampek ke ubun-ubun. Pertanyaan yang sama, apakah Pep salah ? Sekali lagi, terbukti pilihan pelatih justru sangat tepat. Dengan mengorbitkan Messi terbukti Pep berhasil meraih Piala Liga Champion dua kali berturut-turut di Barca. Dan Messi menjadi langganan dalam persaingan Balon D'or bersama Cristiano Ronaldo di tim rival. Sampai di sini sangat clear, kenapa Ibra terpinggirkan.


Trus, kenapa Ibra sampai sesakit itu ? Ya namanya pesepak bola yang sama-sama bagusnya cuma kalah bersaing ya sakit hati mas bro. Apalagi kalah ama anak ingusan pada saat itu, yang bernama Messi. Ya sakitnya tuh sampek ubun-ubun.

Bagusnya setelah pensiun nanti, Ibra Kadabra beralih profesi jadi pelatih, biar tau bagaimana rasanya si Raja Milan menghadapi banyak pemain. Yang main hanya 11, dengan stok pemain sampek 22 pemain. Pemain profesional semuanya tidak suka ada di bangku cadangan. Semuanya pengin main.

Satu hal lagi yang lebih penting, Ibra harus mampu membuktikan bahwa dia mampu menciptakan The Winning Team. Paling tidak sang pemain layak untuk untuk disandingkan dengan para pelatih hebat dunia. Dengan catatan, banyak pemain hebat ketika jadi pelatih, cendrung biasa saja. Sebut saja Lampard, Gerrard dan Maradona. Semoga Raja Milan bisa membuktikan bahwa Pep salah menilainya.

Sahabat Genius Football, salam sehat tanpa batas ! 



No comments: